Banyak orang yang bilang ujian praktik untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM) di Indonesia itu sulit. Beberapa di antaranya kemudian mengambil jalan pintas dengan nembak. Namun, sebagian lain tetap mencoba, berulang kali, sabar melewati kegagalan demi kegagalan.
***
Pukul setengah sembilan pagi saya sudah berada di depan Satuan Penyelenggara Administrasi SIM (Satpas) Polresta Kota Yogyakarta. Tempat pelayanan pembuatan SIM ini buka setiap hari Senin-Sabtu. Hanya saja, jamnya terbatas, Senin-Kamis jam 08.00-12.00 dan Jumat-Sabtu jam 08.00-10.00.
Sambil menunggu arena ujian praktik SIM dibuka, saya sarapan di angkringan. Ibu-ibu penjaga angkringan bertanya, “Mau ujian atau cuma perpanjangan, Mas?”
Tujuan saya kemari bukan untuk melakukan kedua hal tadi. Melainkan untuk melihat keseruan yang terjadi di arena ujian praktik. Beberapa orang di angkringan juga diberi pertanyaan yang sama oleh ibu tadi.
Sebagian dari mereka akan melakukan ujian praktik SIM. Beberapa di antaranya baru pertama kali. Namun, ada juga yang sudah percobaan ke sekian kalinya. Para peserta tampak hilir mudik di sekitar membawa map hasil ujian teori.
Harap-harap cemas jelang ujian
Tak berselang lama, saya beranjak dari angkringan dan masuk ke dalam. Menuju sisi utara Kantor Satpas tempat arena ujian praktik dilakukan. Di sana, puluhan peserta sudah bersiap. Harap-harap cemas dengan ujian praktik SIM yang akan mereka hadapi.
Sebagian tampak sedang serius berdiskusi dan merencanakan strategi sambil menunjuk-nunjuk rintangan ujian yang ada di hadapan mereka. Tiba-tiba saja, petugas kepolisian datang dan mengajak para peserta melakukan briefing singkat di dekat arena ujian.
Ia menjelaskan beragam tata cara ujian. Setiap hendak mulai berjalan, para peserta diwajibkan berpijak pada kaki kiri. Kaki kanan tidak boleh turun dari footstep motor. Selain itu, saat hendak jalan atau berhenti, semuanya wajib melakukan safety check atau konfirmasi keselamatan.
“Ingat bapak dan ibu, ini juga mengaplikasikannya di jalan. Banyak orang mau jalan tidak tengok belakang. Bahaya,” tegas petugas bernama Doddy N ini.
Petugas lalu melanjutkan penjelasannya mengenai lima rintangan yang akan dihadapi para peserta ujian SIM. Mulai dari rintangan lurus dengan ketentuan kecepatan minimal 30 km perjam, zig-zag, u turn. Hingga mengelilingi tiga kali lintasan dengan bentuk angka delapan tanpa turun kaki dan menyentuh pembatas arena sama sekali.
“Setiap rintangan dua kali kesempatan mencoba. Kalau kesempatan kedua gagal, dianggap gagal hari ini, nanti ambil kertas untuk mengulang minggu depan,” ucapnya. Ucapan yang membuat beberapa peserta garuk-garuk kepala.
Sang petugas lalu memberikan contoh di setiap rintangan. Menggunakan motor bebek milik kepolisian, ia dengan mudah melewati setiap tahap tanpa kesulitan sama sekali.
Para peserta dipersilahkan menggunakan kendaraan pribadi milik mereka untuk melakukan tes. Syaratnya, jangan menggunakan motor yang terlalu kecil atau terlalu besar. Motor yang dilarang misalnya Yamaha Mio generasi pertama karena dianggap terlalu kecil badannya. Peserta yang menggunakan kendaraan pribadi, kebanyakan motor matik maupun bebek 125cc.
“Langsung saja yang mengulang dari minggu lalu, langsung maju ke depan,” instruksinya.
Optimis yang gagal dan yang terus mencoba
Berduyun-duyun peserta maju. Namun, ada seorang laki-laki paruh baya yang sudah maju lalu mundur kembali. Tampak ragu. Ia memegang-megang motor matik milik polisi, lalu mendudukinya. Ia lalu berdiri dan maju ke depan, bukannya bergabung di lintasan, ia malah mengamati para peserta ujian.
Saya lantas mendekati dan mengajaknya berbincang. Laki-laki bernama Kunto (65) ini ternyata sudah mengikuti ujian praktik dua kali. Pekan lalu ia gagal di rintangan pertama dan hari ini ingin mencoba lagi. Namun, belum berani maju ke depan bersama para peserta lainnya.
“Sek Mas, angel jhe. Tak mengamati dulu,” katanya ragu.
Kunto mengikuti ujian praktik SIM lantaran terlambat memperbarui lisensi lamanya. Sudah hangus tiga bulan baru sadar katanya.
“Kalau dulu itu saya buat SIM dibantu kantor, barengan sama karyawan. Jadi nggak ikut ujian begini,” katanya.
Di depan kami, sudah banyak peserta yang gugur di rintangan pertama. Ada yang gagal karena terlambat menarik tuas rem, ada yang kecepatannya kurang, hingga salah menggunakan pijakan kaki hingga lupa melakukan konfirmasi keselamatan.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Kunto maju hendak melangkah maju. Ia meminta didoakan. Lalu berujar, “optimis ini Mas.”
“Optimis gagal,” sambungnya dengan gelak tawa. Mendengarnya saya ikut terbahak-bahak. Dengan langkah ragu, Kunto mengambil motor Vario berwarna hitam miliknya lalu tancap gas mengikuti antrean yang sudah mengular.
Para peserta yang sudah maju mulai berguguran. Di antara peserta, saya amati ada satu perempuan paruh baya yang turut serta. Tampak ia adalah satu-satunya ibu-ibu yang ikut hadir di sesi hari ini. Bahkan ia sudah berhasil melewati rintangan pertama.
Sesi hari ini kebanyakan diikuti oleh peserta laki-laki. Ada beberapa perempuan tapi sebagian masih berusia muda. Tak seperti ibu satu ini.
Ibu yang anggap hanya Valentino Rossi yang bisa lulus ujian praktik SIM
Di depan, sang ibu bersiap menghadapi rintangan zig-zag. Ia melaju menggunakan motor Scoopy berwarna hitam dengan stiker merah miliknya. Melewati rintangan berkelok dengan ragu namun akhirnya berhasil melewati tahapan kedua.
Tapi di tahap ketiga, ia gagal saat harus melaju 30 km perjam dan melakukan pengereman dengan sedikit berbelok menghindari cone. Percobaan kedua pun gagal karena menabrak cone. Ia lalu berteriak sambil menepuk speedometer motornya, “Paaaak, kok angel tenan to,” ujarnya kesal.
“Kene ki hudu pembalap jhe, mosok dikon koyok (sini itu bukan pembalap, masak disuruh seperti) Valentino Rossi,” ucapnya agak menggerutu, sambil membawa motornya ke pinggir arena.
Saat saya hampiri, perempuan bernama Lusi (51) itu ternyata sudah dua kali mencoba ujian praktik SIM. Perempuan asal Karangkajen, Yogyakarta ini telat memperpanjang SIM.
“Telat dua hari, Mas,” ujarnya.
“Kalau dulu sih saya nembak. 17 tahun lalu itu, saat itu saya lagi hamil soalnya,” sambungnya.
Ia mengaku masih ingin mencoba untuk ujian praktik lagi pekan depan. Sampai nanti berhasil entah di percobaan yang ke berapa kalinya.
Usai berbincang dengan Lusi, mata saya seketika tertuju ke arena lagi. Di sana Kunto tampak gagal di percobaan pertama rintangan awal.
“Bapak, tadi bapak tidak melakukan safety check. Kaki pijakannya juga salah saat berhenti. Coba lagi sekali monggo,” ujar petugas.
Kunto lalu kembali ke antrean. Mencoba lagi rintangan pertama. Namun ternyata, tetap gagal. Kesalahan kecil tidak ditoleransi oleh petugas.
Seorang laki-laki di samping saya lantas bergumam, “pantes pada nembak. Susah gini ujiannya.”
Laki-laki yang mengaku bernama Monda (56) ini ternyata baru saja kelar ujian teori pagi ini. Baru hendak ujian praktik SIM besok. Sengaja kemari untuk mengamati jalannya ujian. Berharap bisa memetik satu dua pelajaran penting untuk bekalnya esok hari.
“Ujian teori saja kemarin sempat gagal. Ada waktunya, jadi gugup. Tadi nyoba lagi baru berhasil. Kemarin benar 14 tadi benar 24 soal,” ujarnya pada reporter Mojok. Ia berharap besok tak perlu mencoba dua kali untuk ujian praktiknya.
Sesi hari ini hampir usai. Tinggal beberapa peserta lagi yang sedang melakukan percobaan melewati rintangan demi rintangan. Di dekat saya, ada seorang laki-laki lain yang masih terduduk di motor matik milik kepolisian. Ia melepas helmnya perlahan. Raut wajahnya lesu.
Laki-laki berkacamata tersebut memang baru saja gagal ujian. Saat saya tanya, ia berujar singkat bahwa sudah melakukan sepuluh kali percobaan.
Ia tak berkenan untuk saya tanyai lebih lanjut. Saya pun memakluminya. Ini adalah hari yang berat baginya. Entah pekan depan ia masih akan mencoba lagi atau sudah menyerah dan memilih jalan pintas.
Cerita dari yang lulus ujian praktik
Sesi hari ini usai. Kunto kembali bergabung dengan saya. Ia tampak kecewa tapi masih bisa tertawa lepas bersama saya dan beberapa peserta lain.
“Hari ini Mas, itu tadi yang lolos cuma dua lho. Pekan lalu pas saya ikut juga cuma ada tiga orang yang lolos,” jelasnya. Kunto mengaku masih penasaran dan ingin mencoba lagi pekan depan.
“Saya coba dulu. Kalau nggak ada batasannya sih saya coba terus sampai lulus,” ucapnya semangat.
Selain para peserta yang gagal, saya juga menjumpai orang yang berhasil lolos. Bahkan dalam sekali kesempatan ujian praktik SIM. Laki-laki asal Kotagede bernama Yoga (31) itu sudah bisa merokok dengan tenang di pojokan teras Satpas usai sesi ujian. Meski lolos ujian SIM C, ternyata ia kemarin baru gagal ujian SIM A.
“Kalau motor ini ya alhamdulillah lancar lah. Tapi kemarin ujian SIM A gagal. Zig-zag maju mungkin gampang. Lha kemarin disuruh zig-zag mundur, 50 meter lagi. Iku lho sek angel (itu yang susah),” keluhnya.
Sesi sudah usai, Yoga yang sudah lolos ujian SIM C bisa santai. Namun, Kunto dan beberapa peserta lain yang gagal hari ini ternyata tak langsung pulang. Mereka justru semangat berlatih lagi. Memanfaatkan lintasan yang sedang sepi.
Setiap hari, Satpas Polresta Yogyakarta tak pernah sepi. Peserta ujian SIM selalu memadati. Mereka yang ingin mencoba dan tak ingin memilih jalan pintas dengan nembak.
*) Tulisan pertama dari seri reportase ujian praktik SIM. Baca juga tulisan kedua seri reportase ujian praktik SIM : Susahnya Ujian Praktik SIM C : Ini Tips Lulus dari Polisi, Ahli, dan Orang yang Gagal Berkali-kali.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Ngurus SIM dan STNK Wajib BPJS Adalah Akal-akalan Penguasa Untuk Melibas Gengsi Orang Miskin