Maju pilihan lurah habis Rp10 miliar?
Condongcatur merupakan kawasan strategis di Sleman. Kalurahan dengan luas 920 hektare ini jadi tempat dengan geliat ekonomi yang tumbuh cepat. Beberapa perguruan tinggi besar pun terletak di kawasan ini.
Reno tak menampik, strategisnya Condongcatur ini membuat biaya politik yang dikeluarkan untuk menjadi lurah cukup besar. Menurutnya, semakin besar wilayah dan padat penduduk maka banyak ongkos-ongkos yang harus keluar. Bahkan konon untuk nyalon lurah di beberapa kalurahan strategis di Sleman butuh ongkos sampai Rp10 miliar.
“Tapi ada yang perlu diluruskan. Ada biaya yang harusnya saya timbulkan, tapi orang lain membantu,” paparnya.
Ia mencotohkan, misalnya untuk konsumsi para tim kampanye, ia terbantu oleh sejumlah resto yang memberi makanan secara cuma-cuma. Bahkan ada sejumlah warga yang bantingan dana untuk membantu kampanye.
“Ini uang untuk Pak Reno yang penting jangan sampai kalah,” ujar Reno, menirukan ucapan warga kepadanya pada sebuah forum sosialisasi pemilihan lurah.
Reno mengakui kalau serangan fajar masih lazim terjadi. Namun, ia punya strategi khusus untuk menyiasati dana lawan yang lebih besar. Taktik yang ia lakukan yakni mengamati figur-figur berpengaruh yang telah dipanggil lawan politiknya. Ia akan punya cara tersendiri untuk meyakinkan agar figur tersebut mendukungnya.
Menurutnya, kunci paling penting adalah menentukan sasaran tembak secara tepat. Condongcatur sendiri terdiri dari 211 RT, 64 RW, dan 18 padukuhan. Total penduduknya lebih dari 50 ribu dengan daftar pemilih tetap sampai 36 ribu pada pemilihan lurah terakhir lalu.
“Jadi salah kalau orang menganggap saya keluar uang banyak. Padahal ya tidak sebegitunya,” terangnya.
Ambil S3, angkat manajemen pasar
Di tengah kesibukannya sebagai lurah, sosok yang belum lama ini lulus S2 Ilmu Pemerintahan di STPMD/APMD ini juga tengah menempuh studi doktoral di Universitas Islam Indonesia. Ia mengambil studi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
Manajemen SDM menurutnya penting karena segala urusan pemerintahan selalu berkaitan dengan manusia. Ia mengaku sedang merancang disertasi terkait pengelolaan SDM di pasar.
“Berangkatnya dari pengalaman menata Pasar Colombo di Condongcatur. Dulu itu tidak menghasilkan sama sekali tapi sekarang bisa menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai Rp500 juta per tahun,” paparnya.
Ia tahu persis masalah di Pasar Colombo awalnya cukup pelik. Mulai dari pengelola pasar, preman, hingga beragam persoalan lainnya, bisa ia redam. Kuncinya adalah komunikasi dan sering-sering bertemu dengan warganya.
Reno lalu menunjukkan jadwal pada Google Calendar di ponselnya. Tampak di sana, ada jadwal agenda tersusun rapi setiap hari. Mulai dari jadwal perkuliahan, acara desa, sampai jadwal menjadi penceramah di pengajian pagi.
“Jadi lurah ki ya komitmen untuk masyarakat. Tidak bisa leha-leha,” kata lurah yang hobi bersepeda ini.
Setuju periode kades 9 tahun tapi…
Baginya, salah satu tantangan terberat untuk sebagai lurah adalah menyelesaikan kesulitan masyarakat. Selain itu, lurah juga perlu menyatukan perangkat desa dalam satu barisan yang solid. Konflik pasca-pemilihan lurah, bisa terasa dalam jangka waktu yang lama.
“Masalah rekonsiliasi pasca-pemilihan kepala desa ini banyak terjadi. Terutama di luar Jawa. Makanya banyak kades yang mengeluh tidak bisa melakukan kerja maksimal di periode enam tahun. Mereka minta tambahan periode lebih lama karena ini,” paparnya.
“Itu juga jadi alasan kenapa saya mendukung teman-teman yang mengajukan periode tambahan,” sambungnya.
Meski mendukung penambahan durasi menjabat dan periode kades, Reno mengaku belum yakin bisa menyelesaikan jabatannya di Condongcatur hingga 2027 mendatang. Ia mengaku, sejak awal menjabat periode kedua telah meminta izin ke masyarakat setempat.
“Saya sudah bilang, andai kata nanti Sleman memanggil, saya mohon izin,” ujarnya.
Mimpinya untuk menjadi kepala daerah masih hidup. Namun, ia belum terbayang akan maju lewat partai mana nantinya. Ia optimistis, baliho-baliho yang dulu pernah terpasang membuat masyarakat Sleman sudah lebih familiar dengan sosoknya pada pilkada mendatang.
“Sleman bisa berubah dengan geraknya anak muda. Energi ini yang saya inginkan,” pungkasnya.
Reporter: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Cara Menjadi Kepala Desa yang Baik dan Benar dan reportase menarik lainnya di rubrik Liputan.