Baru-baru ini, muncul dan menjadi viral sebuah video yang memperlihatkan adanya suara ghaib di salah satu perempatan jalan di Bandung. Usut punya usut, suara ghaib tersebut adalah teknologi lalu-lintas terbaru yang baru diujicobakan di 10 kota di Indonesia untuk mengingatkan pengendara di jalan raya agar tertib dalam berlalu lintas.
Teknologi “ghaib” yang nggak ghaib-ghaib amat ini namanya Area Traffic Control System (ATCS).
Cara kerja sistem ini adalah, setiap pengendara yang berhenti di perempatan lampu merah dan kedapatan melanggar peraturan lalu-lintas akan ditegur oleh petugas melalui pengeras suara yang terpasang lampu merah tersebut. Si petugas bisa tahu kesalahan para pengendara karena mereka mengawasi langsung para pengendara melalui CCTV.
Dalam video berdurasi 48 detik tersebut, terekam cuplikan rekaman yang memperlihatkan dua perempuan pelajar SMA berboncengan sepeda motor. Mereka tercyduk dan langsung mendapat teguran ghaib karena salah satu pengendaranya tidak memakai helm. Si petugas, melalui speaker, mengingatkan agar siswi yang tidak memakai helm agar turun dan berpindah ke angkot saja.
Si siswi nampak begitu kebingungan, begitu juga dengan pengendara lainnya. Si petugas sampai harus meyakinkan si siswi yang terlihat masih tolah-toleh mencari sumber suara, “iya, kamu… anak SMA yang boncengan,” kata si petugas melalui speaker.
Walaupun tidak ada sanksi langsung dalam pelanggaran berlalu lintas tersebut, namun suara ghaib ini agaknya cukup mampu memberikan efek jera dengan adanya sanksi sosial. Lha siapa yang tidak malu kalau ditegur langsung di jalanan di tengah keramaian banyak orang? Orang yang paling gentho pun pasti akan mikir-mikir kalau diperingatkan begitu.
Tak hanya rasa malu di perempatan, rasa malu akibat melanggar peraturan lalu-lintas itu pun masih bisa berlanjut, sebab ada beberapa video pelanggaran lalu-lintas yang terekam itu yang diupload di akun instagram @atcs.kotabandung. Malu kuadrat ini namanya.
Selain mengingatkan tentang penggunaan helm di kepala, si suara ghaib juga mengingatkan tentang kelengkapan spion dan juga penggunaan lampu yang standar, petugas juga akan mengingatkan para kimcil yang kedapatan berboncengan lebih dari tiga, atau para manusia-manusia kelewat visioner yang masih saja berhenti tidak di belakang garis batas lampu merah.
Jika nantinya teknologi ini diaplikasikan di seluruh kota Indonesia, maka bisa dipastikan, akan banyak yang melamar kerja sebagai petugas penegur, maklum, di negara Indonesia ini, salah satu hobi yang banyak dimiliki oleh orang-orang adalah mencari-cari kesalahan orang lain, dan pekerjaan sebagai tukang tegur di perempatan itu tentu menjadi pekerjaan yang pas untuk mengakomodir hobi tersebut.