Mereka yang Masih Jadi Langganan “Olok-Olokan” Setelah Satu Tahun Corona Masuk Indonesia

Prediksi Corona Berakhir 3 Juni Memang Lebih Mirip Ramalan Zodiak mojok.co

Prediksi Corona Berakhir 3 Juni Memang Lebih Mirip Ramalan Zodiak mojok.co

MOJOK.COSetahun pandemi Corona terjadi di Indonesia, dan orang-orang ini masih terus menerima hujatan dan olok-olokan.

Tanggal 2 Maret 2021 kemarin menjadi peringatan tepat satu tahun virus Covid-19 masuk ke Indonesia. Dalam kurun waktu satu tahun tersebut, Indonesia, selayaknya negara-negara lain yang ikut terkena pandemi, mengalami perubahan kehidupan yang sangat drastis.

Satu tahun tersebut tentu bakal menjadi momen yang menyiksa bagi banyak orang, utamanya orang-orang yang pernyataannya, atau yang terjadi padanya, membuat orang-orang marah kepadanya.

Pasien 01 Sita Tyasutami merasakan betul hal tersebut. Pasien pertama Covid-19 di Indonesia tersebut mengaku bahwa sampai saat ini, dirinya masih sering dihujat, diolok-olok, dan disalahkan.

Kepada Detik, ia menceritakan bagaimana hujatan tersebut sangat menyakiti dirinya.

“Sampai sekarang pun aku pun masih mendapat hujatan. Sampai sekarang ini. Apalagi satu tahun Corona ini. Jadi orang-orang masih mencari lagi siapa lagi yang bisa disalahkan,” ujarnya.

Apa yang dialami oleh Sita tentu saja sangat masuk akal, maklum saja, penanganan Covid-19 yang sangat buruk memang cenderung membuat orang untuk menyalahkan siapa saja yang dianggap bisa disalahkan, tak terkecuali Sita sebagai pasien Covid-19 pertama di Indonesia.

Tak hanya Sita, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia pun sampai sekarang masih sering diolok-olok. Jika Sita mendapat olok-olok karena status dirinya sebagai pasien pertama, Bahlil justru diolok-olok terkait pernyataannya.

Akhir Februari 2020 lalu, alias seminggu sebelum Covid-19 secara resmi masuk ke Indonesia, Bahlil memang sempat membuat pernyataan guyonan yang kelak boleh jadi akan sangat disesalinya.

“Virus Corona nggak masuk ke Indonesia karena izinnya susah,” begitu kata Bahlil.

Walaupun pernyataannya tersebut sebenarnya dalam koridor guyonan, namun tetap saja pernyataan tersebut membuat banyak orang marah sebab ia menjadi semacam bentuk kesembronoan pemerintah dalam menghadapi Covid-19.

Berita tentang pernyataannya tersebut sampai sekarang masih terus disebarkan oleh netizen di media sosial. Banyak meme-meme guyonan dibikin dengan mengutip pernyataannya tersebut.

Nah, dalam kurun waktu yang sama, Presiden Jokowi juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Bahlil. Bedanya, kalau Bahlil hanya ngomong, Jokowi bahkan melakukan hal yang pasti benar-benar ia sesali.

Jokowi, persis seminggu sebelum kasus Covid-19 pertama resmi terdaftar di Indonesia, memutuskan untuk memberikan subsidi pariwisata kepada para pelaku bisnis pariwisata.

Pemerintah saat itu menggelontorkan insentif Rp443,39 miliar untuk memberikan diskon tiket pesawat dan juga membayar para influencer untuk memperbaiki pariwisata Indonesia yang saat itu menurun akibat banyak negara menerbitkan peringatan perjalanan.

Langkah tersebut kemudian menjadi olok-olok di sosial media berbulan-bulan lamanya bahkan sampai saat ini sebab kita tahu, hal tersebut menjadi simbol ketidakwaspadaan pemerintah terhadap Covid-19.

Orang-orang yang ikut mendukung langkah Jokowi itu pun tak ketinggalan ikut kena olok-oloknya. Denny Siregar, misalnya.

Melalui aku Twitternya, Denny Siregar menulis: “Banyak daerah wisata di Indonesia sepi turis kena dampak Corona. Ekonomi anjlok, ribuan orang hilang pendapatan. Jokowi kucurkan ratusan miliar rupiah untuk diskon tiket dan bayar influencer supaya terus promo wisata. Eh, ada orang dengan teganya sibuk sebarkan isu Corona. Itu jelas-jelas binatang.”

Twit tersebut tak butuh waktu lama untuk di-screenshoot dan berubah menjadi guyonan, bahkan sampai saat ini, sebab hanya beberapa jam setelah twit tersebut ditulis, Pemerintah kemudian mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia.

Ah, benar-benar satu tahun yang penuh warna.

BACA JUGA Juliari Batubara dan Tahanan Korupsi Lainnya Pantas Divaksin Covid-19 Duluan, Kita Mah Nggak Apa-apa Belakangan dan artikel KILAS lainnya. 

Exit mobile version