Natal Diatur Negara? Natal Itu Kisah Kelahiran Bayi yang Ditolak Negara Lho, Hohoho~

Natal Diatur Negara? Natal Itu Kisah Kelahiran Bayi yang Ditolak Negara Lho, Hohoho~

Natal Diatur Negara? Natal Itu Kisah Kelahiran Bayi yang Ditolak Negara Lho, Hohoho~

MOJOK.CO – Berhubung harga pohon plus dekorasinya mahal tak termaafkan, lebih baik ikut meramaikan euforia maulid Yesus Kristus dengan membagi status-status menarik tentang Natal.

Status pertama dari Profesor Ariel Heryanto adalah tanggapan paling unik atas keributan Natal di Monas tempo hari, sedikit banyak mengingatkan pada kisah kelahiran Nabi Musa, bapaknya orang-orang Israel. Sedangkan status dari Hairus Salim, seorang nahdliyin, membagikan kliping ucapan selamat di majalah Suara Aisyiyah, publikasi milik sayap perempuan Muhammadiyah.

Lain lagi Iqbal Aji Daryono, buzzer 200 juta per posting itu, meski ikut membicarakan Natal, tapi ia mengambil dari sudut perdebatannya. Sungguh khas buzzer. Terakhir, status pendek dari Patrick Manurung yang mungkin bisa ditafsirkan bahwa Natal sesungguhnya adalah perayaan akan kesederhanaan.

Tentang perdebatan ucapan selamat, memang masih gitu-gitu aja dari tahun ke tahun. Gitu-gitu aja yang selevel dengan repetisi perdebatan Hari Kartini. Kami sih berharap, semua orang bisa bebas mempraktikkan apa yang ia yakini tentang ucapan selamat Natal. Yang ingin mengucapkan maupun yang menolak mengucapkan selamat, bisa bebas dari bullying.

Harapan kedua, semoga tahun-tahun mendatang kita tidak menyaksikan misa Natal harus dijaga polisi, tentara, ataupun paramiliter. Sedih, Sist. Semoga ini bisa jadi pengingat buat kita, tidak sepakat dengan apa yang diyakini orang lain adalah satu hal, membahayakan orang lain sebagai wujud ketidaksepakatan adalah hal lain.

Jangan sampai ada Intan dan Riyanto yang lain. Intan adalah balita yang meninggal karena ledakan bom di sebuah gereja di Samarinda November tahun lalu. Sedangkan Riyanto adalah anggota Banser NU yang meninggal karena bom yang diletakkan di sebuah gereja di Mojokerto, tahun 2000 silam.

Mengutip Cepi Sabre, salah seorang kolumnis kesayangan kami, dirayakan atau tidak dirayakan, besok itu tetap Natal. Jika ada sisi gelap dari hari raya ini, ialah dua hal: satu, derita Pak Slamet Hari Natal di Malang yang sering kesulitan mengurus administrasi karena namanya dikira bercanda (duh, jadi ingat teman saya si Hoho); kedua, bertahun-tahun Natal dan televisi masih saja memutar Home Alone. Bahkan bisa kita bilang, Natal tanpa Home Alone serasa Idul Fitri tanpa kastengel. Lebih menyedihkannya lagi, meski sudah sering nonton, ketika diputar lagi kok ya kita tetap nonton. Dasar makhluk fana nan lemah!

Ariel Heryanto: Natalan kog diatur-atur Negara. Natal itu kisah kelahiran bayi yang ditolak negara, karena dianggap ancaman terhadap penguasa.

Hairus Salim: Selamat Natal dan tahun baru buat saudara-saudara kristiani.

Bagian bawah halaman majalah ini berisi ucapan Natal dari perusahaan rokok Gudang Garam di majalah Suara Aisyiyah No 1 tahun ke-57, Rabiul Awal 1402/Januari 1982.

Bagian atas pengumuman tata usaha majalah yang berisi imbauan melunasi langganan. Bagian kedua, pengumuman keperluan agen yang bersedia menyebarkan majalah “SA”.

Majalah ini dipimpin Dra. Chamamah Soeratno dengan penanggung jawab Prof. Dra. Siti Barorah Baried. Alamat kantornya di Jln. K.H. Ahmad Dahlan Yogyakarta.

Iklan ini muncul dua tahun setelah fatwa haram MUI yang dipimpin Hamka mengenai ucapan Natal pada tahun 1980 dan kurang lebih 30 tahun sebelum fatwa haram terhadap rokok oleh Majelis Tarjih (2010).

Iqbal Aji Daryono: Dengan ini saya mengucapkan selamat memperdebatkan boleh tidaknya ucapan selamat Natal bagi yang menjalankan.

Bagi yang tidak berdebat, mari kita hormati umat yang berdebat, dengan cara menjaga keamanan agar acara perdebatan berjalan lancar.

Tapi ingat, memegang hape berlama-lama itu merupakan tindakan yang menyerupai kaum yang berdebat. Jadi lebih baik Anda memegang-megang yang lain saja.

Apa? Nggak ada yang bisa dipegang-pegang? Wah, itu masalahmu. Tentang hal ini sudah jelas aturannya: Bagiku apa yang aku pegang-pegang, bagimu apa yang kamu pegang-pegang.

Patrick Manurung: Merayakan Natal di Monas tidak ada dalilnya di Alkitab. Merayakan Natal di kandang domba, belum ada yang mau.

Exit mobile version