Embun Penyejuk dalam Diri Penjaga Loket Karcis dan Teater Bioskop

Nonton bioskop di malam Minggu memang selalu menjadi kegiatan yang menyenangkan, terlebih jika itu dilakukan bersama sang pujaan hati dan dengan film yang romantis. Aduhai, lengkap sudah kebahagiaan Sabtu malam.

Boleh percaya, boleh tidak, selain pacar dan film yang bagus, faktor lain yang bisa meningkatkan kegembiraan seorang lelaki saat menonton film di bioskop adalah kehadiran mbak-mbak penjaga loket karcis atau mbak-mbak penjaga pintu teater yang selalu mampu mengalihkan sejenak rating IMDb film yang akan ditonton.

Kehadiran mbak-mbak penjaga loket dan pintu teater ini menjadi embun penyejuk di tengah dahaga antrean pembelian karcis yang kering dan melelahkan.

Di balik keindahan embun penyejuk yang biasa kita nikmati ini, ternyata ada pengorbanan dan perjuangan yang tidak kita ketahui.

Beberapa waktu yang lalu, Mojok Institute berhasil mewawancarai salah seorang mantan penjaga pintu teater di salah satu bioskop berjaringan di Magelang. Sebut saja namanya Putri.

Menurut Putri, banyak suka duka yang pernah ia alami selama bekerja menjadi penjaga pintu teater.

Sebagai penjaga pintu teater di bioskop, ia diwajibkan untuk selalu tampil cantik dan menarik. Itulah sebabnya, ia dan kawan-kawan seprofesinya membutuhkan waktu agak lama untuk berdandan sebelum tampil ke permukaan.

“Biasanya butuh waktu kurang lebih tiga puluh menit, dandannya di ruang istirahat,” ujar Putri sewaktu ditanya perihal dandan sebelum bekerja.

Sebagai profesi yang selalu disyaratkan untuk tampil cantik, penjaga pintu teater dan penjaga loket karcis tentu selalu tak bisa jauh dari tawaran kenalan dari para lelaki.

Putri mengaku berkali-kali diajak kenalan oleh para lelaki, namun ia biasanya cuek saja dan hanya menanggapi dengan santai.

Selama menjadi penjaga pintu teater, Putri berkali-kali mengalami pengalaman lucu, mulai dari dititipi karcis untuk orang yang punya nama unik, sampai memergoki orang ciuman di studio.

Nah, untuk penjaga loket, pengalaman yang unik adalah mendapati customer yang kesulitan mengucapkan judul film dengan benar. Misal film Dunkirk yang belum lama ini tayang, diucapkan berbeda-beda. Ada yang dunkerk, dankerk, ada juga yang mengucapkan sebagai dankrik.

Sedangkan untuk pengalaman yang menyebalkan adalah mendapati customer yang terlalu lama memilih judul film, jam tayang, dan nomor kursi.

Ketika kami mencoba bertanya soal gaji, apakah sama gaji antara penjaga loket dengan penjaga pintu teater, Putri menjawab sama.

Dan ketika kami tanya berapa, ia menjawab singkat, “Terakhir sebelum saya keluar masih 1,3, Mas ….”

Putri keluar tahun lalu. Itu artinya, setahun yang lalu, gajinya per bulan adalah setara UMR.

Exit mobile version