Sandiaga Uno Akui 500 M Bukan Mahar Tapi Biaya Kampanye, Andi Minta PAN-PKS Bercermin

MOJOK.CO – Sandiaga Uno akhirnya buka suara soal tuduhan Andi Arief soal mahar politik sebesar Rp500 Miliar. Katanya itu bukan mahar, tapi biaya kampanye. Oalah, beda ya?

Polemik soal dugaan Sandiaga Uno yang memberikan mahar Rp500 miliar untuk jadi calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto kembali panas. Bakal cawapres Sandiaga akhirnya buka suara setelah muncul tuduhan dirinya memberikan mahar politik kepada PAN dan PKS.

Menurut Sandiaga, tidak benar dirinya memberikan mahar kepada partai politik yang berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam pengajuan calon presiden (capres) Prabowo Subianto. “Tidak benar mahar, karena semuanya harus sesuai undang-undang,” kata Sandiaga.

Meski begitu Sandiaga Uno tidak menampik bahwa dirinya memberikan dana kampanye kepada tim kemenangannya. “Saya bersedia untuk menyediakan sebagian dari biaya kampanye dan ada bantuan kepada tim pemenangan dan juga bantuan kepada partai pengusung,” katanya.

Meski meyakini bahwa “biaya kampanye” tersebut bukan mahar politik, Andi Arief, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, tetap menganggap bahwa Sandiaga secara tidak langsung sudah mengakui tuduhannya.

Hal ini muncul dari kicauannya yang sebelumnya meyakini bahwa soal mahar Sandiaga telah memberikan masing-masing Rp500 miliar kepada dua parpol, yakni PAN dan PKS. Walaupun Sandiaga menampik istilah “mahar”, menurut Andi Arief PAN dan PKS seharusnya bisa berkaca dari pernyataan Sandiaga. Bahkan Andi Arief menyarankan melalui akun Twitternya kepada kedua parpol ini untuk intropeksi diri sebelum menuduhnya menyebar berita bohong.


Di sisi lain Andi Arief juga mengaku hanya ingin berbuat baik kepada Prabowo yang dianggapnya telah mengambil langkah keliru. Bahkan dengan berani, kader Demokrat ini bisa saja membawa persoalan mahar Sandiaga ini ke ranah hukum sebagai bagian dari suap politik.


Kemarahan Andi Arief ini bisa dimaklumi. Sebagai politisi Demokrat, sudah barang tentu Andi Arief menginginkan Prabowo menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ketimbang Sandiaga Uno. Apalagi Sandiaga sudah berada di posisi “mapan” sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Anies Baswedan dengan mengalahkan AHY ketika Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Walaupun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum Demokrat merestui dipilihnya Sandiaga oleh Prabowo daripada anaknya, ternyata beberapa kader Demokrat masih ada yang tidak terima dengan manuver Sandiaga di tikungan-tikungan akhir, lalu koar-koar ke publik soal “biaya kampanye” yang dianggap sebagai “mahar”. Eh, serius, ini emang ada bedanya ya? (K/A)

Exit mobile version