Petahana Pilgub 2018 yang Harus Menerima Kekalahan

pilkada serentak

MOJOK.COSeorang kepala daerah tidak selalu dapat mewujudkan mimpinya untuk memimpin kembali di periode selanjutnya. Ada beberapa petahana Pilgub 2018 yang harus menerima kekalahan dalam tahun ini.

Dalam Pilkada 2018, banyak hal tidak terduga terjadi, seperti adanya kemenangan kotak kosong, Partai Gerindra yang kalah di Pulau Jawa, dan petahana yang kalah di beberapa wilayah.

Bagaimanapun juga, ada banyak alasan seorang kepala daerah ingin melanjutkan kepemimpinannya. Salah satu di antaranya adalah karena ia merasa berhasil dalam menuntaskan tugasnya selama menjabat dan perlu meneruskan keberhasilan tersebut melalui Pilkada serentak tahun ini. Apalagi, jika keinginan ini didukung oleh kerabat, teman dekat, serta rakyat.

Nah, sayangnya, rakyat tidak selalu akan mendukung kepala daerah yang ingin menjabat lagi, kecuali jika kepala daerah tadi dianggap sukses dalam melaksanakan program-program yang dirasa telah berdampak langsung. Dukungan dari rakyat seperti ini biasanya sudah menampakkan kemenangan di depan mata.

Namun, tentu saja keinginan tersebut tidak selalu dapat tercapai semulus yang dibayangkan. Walaupun telah memiliki pengalaman dalam memimpin wilayahnya masing-masing serta memperoleh dukungan dari kroni-kroninya, jika rakyat menginginkan adanya perubahan kepemimpinan, para calon pemimpin ini tidak dapat berbuat apa-apa.

Dalam Pilkada 2018, dari 17 calon gubernur yang maju, 13 di antaranya merupakan petahana. Nah, dari 13 pasangan petahana Pilgub 2018 tersebut, tidak semuanya dapat melanjutkan kepemimpinan. Berikut pasangan cagub-cawagub yang harus kalah berdasarkan catatan beberapa quick count dalam gelaran Pilkada 2018:

  1. Saifullah Yusuf

Saifullah Yusuf, atau lebih akrab disapa Gus Ipul, harus mengakhiri perjalanannya dalam memimpin Jawa Timur sebagai wakil gubernur selama dua periode. Gus Ipul telah telah menjadi pendamping Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, sejak tahun 2009-2018.

Dalam pilkada tahun ini, ia maju sebagai cagub didampingi oleh Puti Soekarno dan harus menerima keunggulan Khofifah Indar Parawansa.

Menurut quick count LSI, Khofifah-Emil yang diusung oleh Golkar, Demokrat, PPP, PKPI, dan PAN memperoleh suara sebesar 54,3%. Sementara itu, Gus Ipul-Puti yang diusung oleh PKB, PDI-P, Gerindra, dan PKS mendapatkan suara sebesar 45,7%. Hmm… sepertinya duet maut Via-Nella belum sukses menderek pasangan ini.

  1. Deddy Mizwar

Deddy Mizwar yang selama empat tahun lalu menjabat sebagai wakil gubernur Jawa Barat mendampingi Ahmad Heryawan harus menerima kekalahannya untuk maju sebagai Gubernur Jawa Barat. Deddy Mizwar dikalahkan oleh pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum.

Menurut quick count LSI, Ridwan Kamil-UU yang diusung oleh PPP, PKB, dan Hanura memperoleh suara sebesar 33%, sedangkan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang diusung oleh Demokrat dan Golkar mendapatkan suara 26,1%. Jika hasil hitungan cepat ini bertahan hingga hasil akhir, kemungkinan besar kita akan kembali mendengar Deddy melantunkan jingle iklan sosis… Nice!

  1. Ridho Ficardo-Bachtiar Basri

Petahana Pilgub 2018 berikutnya adalah pasangan Ridho-Basri yang merupakan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Lampung sejak tahun 2014.  Berdasarkan quick count dari SMRC, Ridho-Basri yang diusung oleh Demokrat, PAN, dan PPP hanya mendapatkan 24,83% suara, dikalahkan oleh pasangan Arinal Djunaidi-Chusnunia yang diusung oleh Golkar dan PKB dengan mendapatkan 38,32% suara.

  1. Said Assagaff-Anderias Rentranubun

Said Assagaff sebelumnya pernah menjabat selama dua periode: sebagai wakil gubernur mendampingi Karel Albert Ralahalu, lalu menjadi gubernur dalam periode selanjutnya. Namun sayang sekali, Said Assagaff harus menerima kekalahannya dari pasangan Murad Ismail-Barnabas Orno.

Berdasarkan hasil quick count dari LSI, pasangan Said Assagaff-Anderias Rentranubun yang diusung oleh Golkar, Demokrat, dan PKS ini memperoleh 31,48%. Sementara itu, pasangan Murad Ismail-Barnabas Orno yang diusung oleh PDI-P, Gerindra, NasDem, PKB, PAN, PKPI, dan Hanura memperoleh suara lebih unggul, yakni 40,22%.

Tak apa jika memang tidak dapat melanjutkan kepemimpinan untuk periode ini. Tak perlu berkecil hati. Jika memang diniatkan untuk berkontribusi, masih ada banyak ruang yang bersedia menampung energi meluap-luap itu, kok. Serahkan saja segala beban kerja yang ada pada pemimpin selanjutnya. Kalau ada kritik dan masukan, sampaikanlah jika itu memang untuk kebaikan bersama. Yang legowo ya, mylove~ (A/L)

Exit mobile version