MOJOK.CO – Sadar ucapannya soal tempe setipis ATM jadi bahan olok-olokan, Sandiaga Uno sampaikan bahwa sebaiknya pernyataan dari rakyat seperti itu jangan dibully.
Gara-gara ucapan Sandiaga Uno mengenai kondisi ekonomi Indonesia yang memburuk di hadapan dolar Amerika dengan menggambarkan tempe sekarang sudah setipis kartu ATM, beberapa netizen menjadikannya sebagai bahan olok-olokan.
Sebagai sosok yang berlatar belakang pengusaha, Sandiaga memang punya kompetensi mumpuni jika bicara mengenai ekonomi makro, hanya saja ketika melakukan blusukan ke pasar-pasar pernyataanya yang menyentil kondisi ekonomi Indonesia malah jadi blunder yang lucu.
“Tempe sekarang sudah dikecilkan. Dan tipisnya sama kayak kartu ATM. Tahu Ibu Yuli di Duren Sawit, jualan tahu dikecilin karena tidak bisa menaikkan harga karena nggak akan laku karena daya belinya,” tutur Sandiaga Uno.
Sebelum urusan soal tempe, Sandiaga juga sempat memberikan gambaran betapa rakyat kecil sekarang semakin susah menghadapi kondisi ekonomi Indonesia sekarang. Salah satunya adalah soal seorang ibu yang ditemui Sandiaga mengaku menghabiskan duit 100 ribu dan dapat bawang dan cabai.
“Ibu Lia cekcok sama suaminya gara-gara uang belanja dikasih Rp100 ribu pulang cuma bawa bawang sama cabai,” kata Sandiaga saat itu.
Tak pelak ucapan ini segera direspons netizen Indonesia dengan cara-cara konyol. Meme-meme bertebaran di media sosial.
Bahkan ada yang iseng meragukan ucapan Sandiaga dengan menyebut bahwa kalau beli cabai dan bawang habisin uang sampai Rp100 ribu maka yang beli harusnya sudah bisa mandi cabai-bawang. Sudah, tinggal dioseng-oseng saja orang yang beli itu habis mandi cabai-bawang. Selain itu ada juga yang berkelakar apakah ketipisan tempe sekarang sudah setipis jembatan shiratal mustaqim.
Melihat ada banyaknya candaan-candaan di medsos, Sandiaga Uno kemudian bersuara agar masyarakat tidak salah tangkap dengan apa yang sebenarnya ingin dimaksud.
“Yang saya sampaikan itu adalah suara dari rakyat. Itu dari Bu Yuli dan rekannya di Duren Sawit. Itu exactly. Word by word yang disampaikan mereka,” kata Sandiaga.
“Kalau misalnya teman-teman itu mengartikannya sebagai suatu jeritan masyarakat, iya. Apakah itu hiperbolisme? Mungkin iya. Tapi menurut saya itu yang disampaikan masyarakat dan kita nggak boleh mendiskreditkan, mem-bully,” tambah calon wakil presiden ini.
Tentu saja ini juga jadi imbauan agar masyarakat tidak langsung menilai pada teks yang disampaikannya tanpa mau memahami konteks yang sedang dibicarakan. Lagian, kedelai masih banyak yang impor padahal kondisi rupiah sedang lemah. Sandiaga Uno pun yakin karena faktor inilah harga tempe jadi terpaksa dinaikkan.
“Tempe pasti akan naik harganya. Ini udahlah. Semua udah nulis. Kesejahteraan desa menurun. Dengan kedelai diimpor itu dolarnya naik, ya pasti akan naik harga tempe. As simple as that,” tutur Sandiaga lagi.
Oke Bang Sandi, tapi ya bagaimana, namanya juga netizen, mereka kan kerumunan yang bakal ngerubung isu sedang gayeng atau lucu. Padahal tempe itu bukan bahan yang bagus untuk jadi bahan lucu-lucuan ya kan? Tapi kalau ucapan Bang Sandi soal tempe, nah itu baru… (K/A)