MOJOK.CO – Fahri Hamzah menilai pidato Jokowi merupakan adu domba rakyat. Bahkan Fahri menuding pidato ini merupakan langkah awal untuk merusak bangsa Indonesia.
Setelah Partai Gerindra melayangkan kritik pidato Jokowi pada Rapat Umum Relawan Jokowi di Bogor Sabtu (4/8) yang menggunakan kata-kata “tapi kalau diajak berantem juga berani”, kali ini giliran Fahri Hamzah buka suara.
Menurut Fahri Hamzah, Jokowi harusnya mendorong mengenai persatuan, bukan malah mengeluarkan narasi yang bisa merusak Indonesia. “Pak Jokowi harus mulai pidato sebagai negarawan yang membuat kita semua terpukau. Kegagalan narasi pemerintahan ini dari awal itulah yang merusak bangsa Indonesia,” kata Wakil Ketua DPR RI seperti diberitakan detik.com.
Fahri Hamzah pun membandingkan cara pidato Jokowi dengan Presiden Indonesia pertama, Sukarno. Menurut Fahri, berbeda dengan Bung Karno yang mampu membawa kebanggaan rakyatnya. “Itu baru pemimpin seperti Bung Karno. Pidato yang mungkin menyebabkan bangsa ini, 17 ribu pulau menyatu di awal pada saat kita semua masih miskin,” kata Fahri.
Fahri pun lalu menuding Jokowi sejak dulu belum pernah menyampaikan pidato yang berisi mengenai semangat persatuan, bahkan pada pidato Jokowi yang terakhir, Fahri menilai ada unsur adu domba di sana. “Pidatonya dari awal ngadu domba rakyatnya sendiri. Pisahkan agama dengan politik, saya Pancasila, kamu bukan. Sampai begitu,” jelasnya.
Pidato yang dimaksud Fahri Hamzah adalah pada kalimat Jokowi yang ini: “Jangan bangun permusuhan, jangan membangun ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain, tapi kalau diajak berantem juga berani.”
Meski kemudian Jokowi melanjutkannya dengan kalimat, “Tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, tolong digarisbawahi. Jangan ngajak. Kalau diajak, tidak boleh takut.”
Hal itu juga sudah diwanti-wanti oleh Jokowi sendiri beberapa hari setelah pidatonya jadi polemik. Menurutnya video yang tersebar itu harus ditonton secara utuh, jangan hanya dipotong pada bagian tertentu.
“Ditonton yang komplet dong. Saya kan sampaikan aset terbesar kita adalah persatuan, kerukunan. Oleh sebab itu jangan sampai membangun kebencian, saling mencela, saling menjelekkan, saya sampaikan itu,” kata Jokowi.
Jokowi juga meminta masyarakat untuk melihat pidato itu secara utuh agar konteks yang sedang dibicarakan jadi jelas. “Coba dirunut dari atas, jangan diambil sepotongnya saja, nanti enak yang komentari kalau seperti itu. Dilihat secara keseluruhan, konteksnya kan kelihatan,” jelas Jokowi.
PRESIDEN MACAM APA INI?Pendukungnya pada teriak kegirangan mengamini… cc @maspiyuuu @zarazettirazr @LawanPoLitikJKW @AndiArief__ @dulatips pic.twitter.com/jswhfLLwZ4
— I ❤️ Jokowi (@fadreee) 4 Agustus 2018
Hanya saja sepertinya Fahri Hamzah kukuh ingin mengomentari persoalan akar masalahnya pada penggunaan kata “berantem”.
“Namanya relawan kan orang rela yang datang berkerumun dengan ketidakjelasan itu mau disuruh berantem, kalau berantem siapa mau tanggung jawab? Namanya relawan, kita nggak bisa lacak itu siapa,” tambahnya.
Bahkan Fahri menegaskan bahwa ucapan dari seorang presiden seperti ini bisa menciptakan kondisi yang tidak positif. “Itu bisa menciptakan anarki. Berhentilah memecah-belah rakyat,” katanya. (K/A)