Jika kamu seorang musisi salah satu mimpi yang ingin diwujudkan tentu saja bisa melakukan tur ke luar negeri. Ada banyak agar band mu bisa tur ke luar negeri. Salah satunya kamu bisa simak cerita dari Indra Menus yang udah bolak-balik tur ke luar negeri. Kepada Mojok ia membeberkan rahasianya
***
Menus, demikian biasa dipanggil, dikenal sebagai musisi noise asal Yogyakarta. Sejak tahun 2012 hingga saat ini sudah tak terhitung berapa kali ia melakukan tur ke luar negeri. Selain sebagai solois, tercatat ia pernah melakukan tur Bersama band hardcore punk To Die, Jogja Noise Bombing, dan featuring Joe Million.
Hal pertama sebagai modal awal tentu saja kamu harus punya rilisan terlebih dahulu. Materi musikmu adalah jualan yang paling utama. Jika bandmu ingin didengar banyak orang tentu saja kamu harus punya materi musik yang bagus. “Dalam sebuah rilisan memang harus ada sesuatu yang unik yang tidak banyak orang tahu semisal kayak Senyawa. Selling pointnya itu unik dan punya karakter,” ucap Menus.
Nah, jika kamu sudah punya rilisan maka hal kedua yang perlu kamu lakukan adalah berjejaring. Kamu perlu punya koneksi dengan orang-orang yang aktivitasnya bergerak di seputaran penyelenggaran konser musik atau gigs. Kamu bisa menjadi bagian dari komunitas ini. Salah satu caranya adalah dengan kita ikut membantu jadi tuan rumah jika ada band dari luar negeri yang ingin tur di kotamu. Aktivitas ini bisa membuka banyak koneksi.
“Biasanya kalau saya mereka yang ngontak duluan kalau mau tur. Sebenarnya kan ada databasenya misalnya database indodiytour. Sekitar 44 kota di Indonesia ada kontaknya. Di Asia Tenggara juga ada. Itu indodiytour itu di facebook ada grupnya, ada kontak-kontaknya, sekarang pindah ke whatsapp, tapi itu memang yang organiser doang. Kalau kamu mengorganisir baru bisa dimasukin. Jadi ngga asal orang bisa masuk,” papar Menus.
Selain punya koneksi dengan komunitas musik lokal di daerahmu, kamu juga perlu punya jaringan dengan band yang ada di luar negeri. Relasi ini penting karena nantinya band lokal di kota setempat bisa kamu ajak tur bareng dan bisa menjadi guide yang memudahkanmu selama menjalani tur di luar negeri. Semisal kamu butuh untuk menyewa mobil untuk transportasi, menyewa alat, dll.
Selain itu dengan kamu punya koneksi band di luar negeri bisa memudahkanmu untuk mengatur rute perjalanan tur. Karena menurut penuturan Menus tak semua venue di luar negeri terutama Eropa terbuka terhadap semua genre musik.
“Venue-venue di Eropa cenderung millih berdasarkan genre. Kita harus ngirim proposal dulu untuk perkenalan sama ngasih tau music kita seperti apa. Kalau mereka ngga suka sama musik kita ya ditolak,” ucapnya.
“Pengalaman ditolak venue pernah terjadi waktu tur sama Joe Million di Paris dan Amsterdam. Alasannya ya karena dia ngga suka musiknya,” tambah Menus.
Lalu ketiga yang penting juga kamu perhatikan adalah urusan paspor dan visa. Ini masalah perijinan yang mungkin bikin ribet. Jika kamu mau tur ke Eropa setidaknya ada 20 dokumen yang harus kamu persiapkan. Butuh sekitar satu bulan untuk mengurus visa karena harus mengumpulkan berkas persyaratan sekaligus mentranslatenya.
“Kalau kamu dapat event yang besar dan bisa dapat penjamin dari panitia. Itu lebih enak. 50% masalah udah selesai,” tegas Menus.
Maka poin yang penting selanjutnya adalah kamu setidaknya bisa dapatkan satu event atau festival besar di luar negeri. Di era yang serba digital ini banyak kemudahan bagi musisi untuk mencari informasi ini. “Semisal mau nyari organizer di luar negeri itu lebih gampang, koneksinya lebih mudah. Lalu festival-festival juga lebih banyak dan mereka lebih open,” terang Menus.
Kalau semua udah ready lantas bagaimana soal biaya hidup selama melakukan tur? Menus mengakui bahwa dirinya tak pernah punya target menyiapkan dana dengan besaran tertentu untuk hidup di sana. Biaya hidup disesuaikan saja dengan uang yang kamu punya.
“Kamu harus tahu kira-kira kebutuhan hidupmu disana apa aja baru bisa memperkirakan. Misal pas di Eropa aku cuma punya 5 juta ya dikalkulasikan saja berarti satu hari aku bisa mengeluarkan uang sekitar 10 Euro. Kamu juga bisa menutupi kebutuhanmu selama di sana dengan tur tiap hari ke beberapa lokasi,” jelasnya.
Karena menurutnya ia biasanya mendapat dana tambahan dari sharing penjualan tiket saat pentas. “Tiket itu masuk ke performer. Kasarannya itu venue jualan bir sama makanan aja. Tiketingnya nanti dibagi antara promotor dan band. Biasanya band turnya lebih gede. Paling ngga 100-150 euro itu bisa dapet. Selain itu juga bisa dari merchandise. Cuma untuk merchandise mereka agak milih. Kayak di Prancis mereka ngga seneng CD mereka senengnya vinyl,” paparnya.
Selain itu ketika berangkat untuk tur ke luar negeri bawalah alatmu seringkas mungkin. Karena bawa banyak barang ribet juga kalau orangnya sedikit. Biasanya untuk memangkas biaya selama perjalanan tur adalah dengan tidak membawa kru. Selain itu kamu juga harus mobile karena ngga setiap saat kamu nginep di hotel tapi nginepnya di venue. Di venue itu biasanya ada tempat nginepnya.
Terakhir yang paling penting juga adalah soal makanan. Kamu harus bisa membiasakan diri dengan makanan lokal karena kalau tidak biasa bisa jadi malah diare. “Aku belum pernah punya pengalaman seperti itu tapi aku pernah demam, batuk, dan pilek. Itu terjadi waktu tur sama Joe Million. Itu tiga hari di kamar doang. Tapi waktu itu pas day off. Waktu itu musim dingin,” pungkas Menus.
***
Selama menjalani tur ke luar negeri banyak pengalaman menarik yang dialami oleh Menus. Paling ia sukai adalah kesan positif penonton jika ia suka akan karya-karya yang dimainkan. Biasanya jika penonton suka sama musik yang dimainkan ia akan datang ke backstage untuk mengobrol, tukar kontak dan membeli merchandise.
Pengalaman seperti itu yang ia alami adalah ketika bermain di Jepang. Seorang penonton berusia sekitar 70 tahun amat menikmati konser di depan stage. Paska gigs selesai penonton tersebut menghampiri ke backstage untuk ngobrol-ngobrol dan membeli merchandise.
Bercerita soal Jepang, ada record store yang selalu ia kunjungi jika datang ke Jepang. Baginya Tokyo surga rilisan. Ada dua record store yang biasanya ia kunjungi; Disk Union dan Tower Records.
Gedung Union Disk ini unik karena tiap lantai jual rilisan dengan genre yang berbeda. Misalkan satu lantai genrenya hard rock maka satu lantai isinya vinyl, cd, kaser hard rock. “Kuwi murah-murah tenan, vinyl-vinyl band AS dijual 50ribu-30ribu. Kalau aku ke Tokyo mesti ke sana karena itu asik banget yang jaga juga anak band jadi ngerti kamu butuhnya apa dicariin sama dia,” katanya
“Aku ngerti beberapa record store di Indonesia kulakane ya di sana terus dijual di Indonesia dengan harga lebih tinggi. Senengnya aku disana karena rilisan AS dan Eropa itu lebih murah karena mereka lebih menghargai band Jepang,”
Jika menilik lagi ke belakang pertama kali Menus melakukan tur ke luar negeri terjadi pada tahun 2012 bersama band hardcore punk To Die ke singapura. Dari singapura dilanjut ke Kuala Lumpur. Sejak saat itu ia mulai sering melakukan tur ke luar negeri.
“Paling banyak tahun 2017 sekitar 4 tur. Sekali tur bisa 4 hingga 5 kota. Itu paling padat. Dan itu juga pertama kali ke Eropa bareng Jogja Noise Bombing (JNB),” ujar Menus.
Tur terpanjang sendiri pernah ia lakukan pada tahun 2016. Saat itu ia berkeliling ke Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Jepang. Selain konser ia juga memetakan skena noise di Asia Tenggara dan Jepang. Hasil dari penelitian tersebut adalah buku Pekak! Yang ia tulis sendiri.
BACA JUGA Yang Berlimpah dan Yang Mengalah: Cerita Miliarder Baru dan Cagar Budaya di Proyek Tol Jogja-Bawen dan liputan menarik lainnya di rubrik SUSUL.