MOJOK.CO – Marriage Story produksi Netflix katanya nggak boleh ditonton orang yang udah mau nikah karena nanti bisa bikin batal nikah. Nebeng kesuksesan film ini, Mojok mau berandai-andai gimana ya jalan cerita Marriage Story kalau film ini dibikin bersetting Indonesia (padahal mah Jawa).
Nicole seorang aktris yang meski baru merintis kariernya, sudah dianggap sebagai pendatang baru bersinar. Orang-orang perfilman memuja-muji aktingnya di film bioskop tersebut, sementara sejumlah acara gosip TV yang tayang saban pagi dan sore terpikir untuk mulai melibatkannya di skandal setingan terbaru.
Sampai Nicole putus dengan pacarnya. Di sini Nicole-lah yang terpuruk dan pacarnya baik-baik saja. Ya iyalah, orang yang baik-baik saja ketika putus kalau nggak karena dia berhasil keluar dari hubungan toxic, pasti karena dia yang brengsek. Mereka putus setelah pacar Nicole untuk kali ketiga janjian sama cewek open BO di salah satu apartemen di Jakarta.
Nicole yang sedang sedih merasa takut sendirian. Setiap ia sendiri, semua ingatan manis dan buruk sama pacarnya datang. Dia benci sama dirinya sendiri yang kadang masih kangen banget sama mantannya brengseknya—yang udah punya pacar lagi, bajingan memang—sementara ingatan pengkhianatan pacarnya juga masih segar.
Nicole kemudian datang di party yang diselenggarakan satu PH di Kemang. Di acara itu ia berkenalan dengan sutradara teater asal Jogja yang menawan. Namanya Charlie tapi nama aslinya Casmali.
Charlie laki-laki yang sempurna untuk meredakan kesedihan Nicole. Dia pintar, tinggi, rajin skinkeran, gondrong tapi nggak buluk, kalau ngomong kayak pinter banget, dan banyak berteman dengan seleb-seleb medsos. Nicole bahagia banget ketika suatu kali Charlie ngetwit no mention memuji akting Nicole terus di kolom reply ramai para seleb medsos itu nge-cie-cie-in.
Charlie dan Nicole pun berpacaran. Walau usia Nicole baru 23, tapi tiap hari grup WA temen-temen SD, SMP, SMA, kuliah, geng agensi model, sampai grup keluarga bahas nikah terus sehingga Nicole jadi ikut kebelet nikah.
“Char, kita nikah atau udahan,” kata Nicole mengultimatum lelaki yang baru ia pacari tiga bulan.
Charlie, yang merasa di Jogja bakal susah menemukan cewek se-perfect Nicole galau berat. Ia sebenarnya masih pengin menikmati masa mudanya, tapi akhirnya dalil nikah itu ibadah berhasil ia jadikan justifikasi untuk nikah bulan depan. Padahal ibadah yang wajib aja Charlie jarang melakukannya. Dasar cari-cari alasan aja.
Selama beberapa tahun, pernikahan mereka menyenangkan. Mereka nggak pernah berantem harus mudik ke mana dulu pas hari raya karena ortu Charlie sucks jadi nggak perlu dimudikin. Pergaulan mereka juga cenderung liberal sehingga nggak ada pertanyaan basi “Kapan Henry punya adek?” Oh ya, mereka sudah punya satu anak laki-laki balita namanya Henry. Henry ini manja dan demanding tapi namanya juga anak-anak.
Charlie bahagia punya istri kayak Nicole yang bisa nyukur rambut suaminya sehingga ongkos barber shop kalau pelan-pelan ditabung bisalah buat nonton konser reuni band-band tua. Nicole juga senang karena Charlie orangnya rajin rapi-rapi karena Nicole tipe yang cantik di luar, tapi kamarnya berantakan.
Namun, Nicole lama-lama sadar bahwa ia sedang korban hati ke Charlie. Cowok yang di matanya memukau ini ternyata dominan sekali di rumah tangga. Nicole nggak boleh syuting di luar kota padahal semua juga tahu, kalau mau cari karier, kamu harus pergi ke Jakarta. Usul Nicole buat pindah sekeluarga ke Jakarta biar bisa naik MRT tiap hari juga diabaikan.
Bahkan hal-hal kecil kayak check out Shopee tanpa nanya Charlie dulu pun bisa berbuah teguran. Padahal Nicole pake duitnya sendiri. Di kali lain, cuma karena lupa matiin lampu toilet, Charlie menceramahi Nicole habis-habisan pakai kisah hidup Greta Thunberg.
Semua itu bisa termaafkan sampai Nicole menemukan bahwa Xiaomi Charlie ternyata dual WhatsApp dan di salah satu WA itu Nicole mendapati chat mesum Charlie dengan seorang fakgirl.
Nicole marah besar. Ia memutuskan membawa Henry ke Jakarta dan menerima tawaran main FTV di salah satu PH.
Lewat perceraian yang alot dan ngabisin banyak duit karena Nicole pakai jasa Elza Syarief dan Charlie nggak mau kalah dengan menyewa Hotman Paris, Charlie akhirnya menyerah. Gapapa dia jadi duda daripada harus berakhir kayak papanya Marshanda.
Di akhir cerita, Charlie semakin menanjak sebagai sutradara spesialis film festival, sedangkan Nicole jadi aktris dengan jam terbang setara Reza Rahadian. Henry di awal-awal perceraian memang rada kagok karena harus giliran tidur di rumah papa dan mama, tapi pada akhirnya ia nggak peduli urusan keluarga karena sibuk bikin channel YouTube sama teman-teman SMP-nya.
Pesan moral: Perceraian adalah tragedi, dan seperti banyak tragedi, kadang kita nggak perlu nyalahin siapa-siapa.
BACA JUGA Perceraian dan Feminisme atau esai halu lainnya di rubrik POJOKAN.