MOJOK.CO – Ngerayain valentine atau hari kasih sayang emang bukan budaya kita, budaya kita itu ngerayain hari penolakan dan ngerayain hari cinta bertepuk sebelah tangan.
Sebelum ndakik-ndakik ngomongin valentine, sebelumnya kita perlu mengenali tiga tipe manusia dalam menyikapi hari ini. Tipe pertama yang merayakan, tipe kedua yang bodo amat, dan yang terakhir adalah tipe yang menolak.
Tipe pertama biasanya diisi oleh orang-orang yang sudah punya pasangan. Di hari ini, mbaknya biasanya lagi dag dig dug ser nungguin hadiah apa yang kira-kira diberikan oleh masnya. Apakah coklat? Boneka beruang? Atau malah seperangkat alat sholat? Uwuwuwu :3 ~
Tipe kedua diisi oleh orang-orang yang nggak terlalu peduli apakah ini hari valentine atau bukan. Bagi mereka, hari ini adalah hari kamis biasa yang tidak berpengaruh di kehidupan karena mereka tetap harus bekerja dan bersedih seperti hari-hari biasanya.
Terakhir, tipe yang menolak perayaan hari valentine. Tipe ini diisi orang-orang yang beranggapan bahwa merayakan valentine itu haram dan tidak sesuai dengan budaya bangsa. Orang-orang ini biasanya jomblo~
Karena saya jomblo dan membahas tipe pertama hanya akan membawa kedengkian, dan rasa-rasanya tidak perlu membahas tipe kedua karena mereka juga bodo amat (ngapain peduliin orang yang bodo amat HAH??) mari kita sama-sama fokus untuk membahas tipe yang ketiga saja~
Pertama, mari kita sama-sama apresiasi perjuangan manusia tipe ketiga karena sangat bededikasi untuk menolak merayakan valentine sampai-sampai membuat tranding topik dengan tagar #ValentieBukanBudayaKita. Terima kasih karena dengan tagar ini kita (HAH KITAA??) merasa tidak ngenes sendirian ketika tidak merayakan valentine. Dan yang terpenting menetralkan sosial media kita dari orang-orang yang pamer kemesraan.
Kedua, mari sama-sama mengakui bahwa ide yang dicetuskan bahwa valentine bukan budaya kita adalah sebuah fakta. Iya, FAKTA. Nyatanya, bagi banyak orang, hari kasih sayang itu fana. Yang abadi adalah hari-hari penuh penolakan dan cinta yang bertepuk sebelah tangan…. HAHAHAHA.
Eh tapi seriusan deh, valentine itu bukan budaya kita tahuu. Kita tuh lebih suka musuh-musuhan daripada sayang-sayangan. Buktinya, kita punya banyak sejarah perang dan jarang banget nemuin sejarah yang ngajarin kasih sayang. Sekalinya punya, lagi-lagi ceritanya tentang cinta bertepuk sebelah tangan kayak kisah Sangkuriang—atau Roro Jongrang dan pangeran Bandung Bondowoso.
Eh, itu nama orang atau jurusan bis? Bandung-Bondowoso wqwq.
Nah, daripada ngerayain valentine, mendingan kita bikin perayaan lain yang lebih sesuai dengan budaya kita. Ada banyak loh yang lebih relevan dari merayakan hari kasih sayang yang tidak pernah kita dapatkan. Mojok Institute merangkum setidaknya ada 9 budaya bangsa yang sebaiknya kita rayakan.
Apa aja sich 9 budaya itu? Langsung aja, mari kita~
1. Suka Sambat
Berbeda dengan kasih sayang yang tidak selalu didapatkan semua orang, sambat adalah (((anugerah))) tuhan yang diberikan kepada s e m u a orang Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dalam dalam keadaan apa pun, kita bisa dan diperbolehkan untuk sambat.
Mau berangkat kerja sambat, mau berak airnya habis sambat, gajihan masih lama sambat, pokoknya orang Indonesia itu dikit-diki sambat, dikit-dikit sambat. Eh Sambat kok dikit-dikit?
Kalau sambat adalah ibadah, saya pikir orang Indonesia masuk ke dalam golonga orang-orang yang sanget beriman karena setidaknya dalam satu hari kita memanjatkan satu sambat.
2. Suka Gibah
Pepatah kuman di sebrang lautan terlihat, gajah di hidung sendiri nggak kelihatan adalah pepatah yang relatable af untuk menggambarkan budaya gibah bangsa kita yang satu ini.
Diawali dengan perkataan “bukan maksud ngomongin yha” berakhir dengan ngomongin orang.
Biasanya, yang digibahin tuh fisik atau tampilan seseorang. Mulai dari cara bepakaian yang dianggap norak, sampai make up yang dianggap ketebalan. Minat gibah ini biasanya tidak diimbangi dengan minat berkaca pada diri sendiri—yang meskipun secara fisik terlihat lebih baik, tapi secara akhlak sangat buruk.
3. Suka Ngaret
Bukan rahasia jika semua orang Indonesia suka ngaret. Ketika manusia di negara-negara maju bilang OTW—literally on the way, orang Indonesia sebagai manusia negara berkembang mengartikan OTW sebagai oke tungguan we (oke tunggu aja ya), atau bahkan ora teko wesss (nggak usah dateng aja sekalian wess).
4. Suka Damai
Demi menjalankan amanat undang-undang dasar 1945 dalam rangka menjaga perdamaian dunia, orang Indonesia jadi punya budaya untuk mendamaikan segala sesuatu. Mulai dari ngajak damai ke pak polisi ketika ditilang, ngajak damai ke mantan supaya bisa balikan, sampai ngajak damai korban kekerasan seksual biar…. Biar apa nich pak Rektor? Kejahatan kok didamaikan, hashhhh ramashokkk.
5. Suka Bikin Orang Bodoh Konyol Terkenal
Bikin orang konyol terkenal juga menjadi budaya bangsa yang patut kita lestarikan supaya kita bisa mempertahankan perasaan lebih baik, lebih bermoral, dan lebih superior dari orang-orang itu. Tanpa mereka, apalah bangsa kita ini, hanya sekumpulan pembully dan polisi moral yang nggak bisa unjuk kemampuan. Uwuwuwu~
6. Suka Minta traktiran
Suka minta-minta traktiran adalah budaya bangsa yang sangat enak bagi yang dikasih traktiran, dan sangat ambyar bagi yang ngasih traktiran wqwq.
Ya gimana nggak ambyar, perihal dapet kerjaan, jadian, sampai resign kerjaan aja dimintain traktiran je. Sungguh nggak masuk akal melihat orang-orang yang minta traktiran itu sebenarnya nggak punya kontribusi apa-apa di kehidupan mereka.
7. Suka Menyakiti Diri Sendiri
Berbagi kasih sayang memang bukan budaya kita. Budaya kita itu menyakiti diri sendiri. Yaaa, menyakiti diri dengan melakukan hal-hal yang sudah tahu bakal menyakiti kita ketika dilakukan.
Mulai dari menjalin cinta beda agama, stalking mantan yang sudah punya gebetan, ngechat duluan padahal udah tahu chatnya bakal diabaikan, dan berharap diperhatikan padahal nggak dianggap sebagai siapa-siapa… HAHAHAHA MAMAM TUCHH RASA SAKIT.
8. Suka Kangen
Kangen ketika orang yang kita kangenin nggak kangen balik adalah budaya bangsa yang sesungguhnya :'(
9. Suka Ikut-ikutan
Terakhir budaya bangsa yang selalu dilakukan setiap tahunnya adalah…. Sok-sok-an anti valentine-valentine club dengan ikut-ikutan bikin hastag #ValentieBukanBudayaKita padahal itu hastag yang diikutin typo… VALENTINE BUNG BUKAN VALENTIEE