MOJOK.CO – Fadli Zon sudah betul ketika tampik kasus personal Umar Kei dihubung-hubungkan dengan Prabowo. Tidak ada urusannya. Tapi kalau sama Jokowi? Oh, ada.
Kasus narkoba yang menjerat seorang tokoh pemuda Maluku, Umar Kei, mendadak jadi merembet ke mana-mana. Bukan apa-apa, Umar Kei sebenarnya bukan merupakan bagian dari tim sukses Prabowo Subianto, tapi tertangkapnya Umar Kei saat pesta sabu dikaitkan-kaitkan dengan pilihan politiknya.
Kasus kriminal seseorang dengan pilihan politik sebenarnya merupakan santapan ghibah yang basi sekali. Hanya karena Umar Kei pernah menyatakan dukungan kepada Prabowo-Sandiaga saat Pilpres 2019 silam, bukan berarti kesalahan personalnya bisa merembet. Iya kalau dia bagian dari tim sukses, lha ini cuma rakyat biasa yang milih kok. Apa urusannya dengan Prabowo?
Maka benar saja jika Fadli Zon membela Prabowo. Bukan semata-mata karena nama Ketum Gerindra ini diseret-seret pada isu yang banal ini, melainkan memang pengaitan semacam ini terkesan politis.
“Nggak ada urusannya ya itu. Itu urusan pribadi. Beberapa banyak orang mendukung kiri A, 1 B,” kata Fadli Zon.
Dalam hal ini apa yang disampaikan Fadli Zon sudah benar. Benar-benar tak ada urusannya kasus personal pendukung Prabowo dikaitkan langsung dengan Prabowo. Masalahnya, sesudah menyampaikan hal yang sangat masuk akal ini, Fadli Zon malah kasih pernyataan yang jadi bola liar lagi.
“Kalau tidak salah, jumlah pengguna narkoba itu dari Pak Jokowi 2014 sampai hari ini, itu meningkat dua kali lipat. Itu berarti Pak Jokowi kurang berhasil dalam pemberantasan narkoba,” kata Fadli Zon.
Terang saja pernyataan ini segera mengingatkan kita akan pernyataan Arief Poyuono, Waketum Gerindra, pada Mei 2019 silam.
Saat itu salah satu elite Partai Demokrat, Andi Arief, ditangkap karena kasus narkoba. Karena saat itu posisi Partai Demokrat sedang satu kubu dengan Gerindra, Poyuono malah menyebut kasus Andi Arief adalah bukti kegagalan Pemerintahan Jokowi.
“Andi Arief cuma jadi korban kegagalan Pemerintah Joko Widodo dalam pemberantasan narkoba di Indonesia,” kata Arief Poyuono saat itu.
Dua pernyataan ini jelas sama-sama menggelikan. Terlepas kamu mau mendukung siapa saat Pilpres 2019, pengaitan antara kegagalan pemerintah dalam memberantas narkoba dengan jumlah pemakai narkoba yang tertangkap (termasuk orang-orang terkenal seperti Umar Kei dan Andi Arief) jelas cara berpikir yang lucu.
Lha gimana? Logika ini sama dengan logika yang pernah dipakai Tommy Soeharto ketika mengomentari korupsi saat ini makin parah. Apalagi Tommy melandasi kesimpulan itu dari banyaknya kasus korupsi yang diungkap dan koruptor yang ditangkap. Ealah.
Ya zaman dulu nggak ada yang ditangkap itu bukan berarti nggak ada korupsinya, Mas Tommy. Mas Tommy ini lama-lama lucu juga deh.
Tak perlu jadi profesor untuk memahami data yang salah dipahami Fadli Zon, Arief Poyuono, sampai Tommy Soeharto.
Sekarang gini, jumlah pengguna narkoba yang diketahui (artinya tersangka atau DPO) meningkat dua kali lipat sejak 2014, itu artinya pelakunya semakin ketahuan. Kalau semakin ketahuan kok dibilang gagal total ini bijimana logikanya sih? Lama-lama bakal banyak masyarakat kita yang kena stroke lho, Pak, kalau cara mikirnya gitu-gitu amat.
Akan tetapi, dari pernyataan-pernyataan ini pantas saja banyak yang semakin curiga. Kalau tim sukses terbaik Jokowi memang bukan Budiman Sudjatmiko dan kawan-kawan, melainkan ya Fadli Zon dan Arief Poyuono ini.