10 Tantangan Generasi Milenial yang Bisa Menghantuimu Sampai Botak

Generasi milenial adalah kelompok pemuda yang lahir di antara tahun 1980 hingga tahun 2000-an.

10 Tantangan Generasi Milenial yang Bisa Menghantuimu Sampai Botak MOJOK.CO

10 Tantangan Generasi Milenial yang Bisa Menghantuimu Sampai Botak MOJOK.CO

MOJOK.COSetidaknya ada 10 tantangan generasi milenial di Indonesia saat ini. Mari kita baca satu per satu. Semoga nggak bikin botak, ya.

Nama dan tantangan generasi milenial belakangan ini ibarat primadona di media sosial. Ada anak gawl dikit, dikatain, “Wah, anak milenial.” Ada anak rempong dikit, dikatain, “Dasar, anak milenial.” Tapi, yang nga diketahui sama si tukang ngata-ngatain adalah betapa sesungguhnya dia juga termasuk anak dari generasi milenial.

Yhaaaaaa!!!!

Pertama-tama, mari kita cari tahu dulu apa dan siapakah generasi milenial itu.

Disebutkan banyak peneliti, generasi milenial adalah kelompok pemuda yang lahir di antara tahun 1980 hingga tahun 2000-an. Artinya, di tahun 2018 ini, anak-anak generasi milenial berusia antara 18 hingga 38 tahun~

Sampai di sini, apakah kamu termasuk generasi milenial?

Dari 200 jutaan penduduk Indonesia, 81 juta di antaranya berasal dari generasi milenial. Dan, dari 81 juta orang ini, seluruhnya sangat mungkin berbagi masalah yang sama. Solid!

Jadi gini nih, my lov; beberapa tantangan generasi milenial disebutkan tengah menjadi isu utama. Bahkan, jika melihat dari sudut pandang internasional, ada 10 tantangan utama bagi millennials di seluruh dunia dewasa ini.

Tuuuuuh, syapa bilang generasi milenial pikirannya cuma sebatas sticker Instagram Story???

Dari seluruh data-data tadi, pertanyaan selanjutnya pun muncul: apakah generasi milenial di Indonesia juga mengalami tantangan yang sama?

Secara umum, dilansir dari berbagai sumber, setidaknya ada 10 tantangan yang lebih dekat dialami oleh generasi milenial di Indonesia. Mari kita baca satu per satu, lalu melakukan refleksi diri.

*backsong: lagu ESQ 165*

Lapangan pekerjaan semakin sempit

Per Agustus 2017, jumlah pengangguran di Indonesia meningkat hingga 7 juta orang. Jika dibandingkan dengan setahun sebelumnya, kenaikan ini adalah sebesar 10.000 orang.

Uwoooow~

Harga sembako meroket

Kenaikan Sembilan Bahan Pokok, alias sembako, rasa-rasanya memang seperti kenaikan berat badan: entah kapan turunnya. Hingga Januari 2018, di beberapa daerah, kenaikan ini masih terasa. Bahan-bahan pokok yang mengalami kenaikan adalah beras (13.000 rupiah per kilogram), telur ayam (20.500 rupiah per kilogram), dan daging ayam (34.500 rupiah per kilogram).

Kemiskinan

Statistik kemiskinan di Indonesia memang menunjukkan penurunan. Namun, penurunan ini dikhawatirkan kelak terjadi lebih lambat di masa yang akan datang. Maka, tyda heran kalau berkat tantangan generasi milenial yang ini, mereka jadi harap-harap cemas soal masa.

Tapi, yang utama, my lov, janganlah kamu sampai miskin hati.

*terekdungces*

Sikap politik

Berdasarkan hasil survei dari Alvara Research Center tahun 2014, dalam gambaran sebuah pemilihan umum, generasi milenial di Indonesia cenderung menjadi pemilih yang bersikap swing (berubah-ubah) dan apathetic (apatis, tidak peduli).

Jangankan dari survei, wong di linimasa media sosial juga bisa, kok, kita menemukan mereka-mereka yang dukungannya berpindah-pindah dan malah jadi debat sendiri. Nga ngerti lagi 🙁

Kesenjangan kepercayaan diri

Tantangan generasi milenial hadir di tengah pendidikan memadai yang menempa mereka menjadi manusia kreatif. Tak jarang, kelebihan ini membuat mereka menuntut diperlakukan istimewa.

Di sisi lain, ada juga generasi milenial yang bawaannya minder melulu. Akibatnya, tingkat stres dan depresi meningkat pesat. Kalau nga di-handle dengan baik, fenomena ini bisa mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan :(((((

Ngga suka-suka amat pada kebiasaan lama

Kalau ditelaah, ojek online menjadi salah satu hasil kontemplasi dari tantangan ini. Yhaa, kenapa harus repot-repot cari ojek kalau bisa pencet tombol Order di hape sambil salto di rumah?

Tapi, mohon maaf nih, kadang-kadang memang ada suatu kebiasaan yang sudah jadi tradisi dan tyda bisa seenak udel diubah-ubah, my lov~

Konflik agama

Di zaman yang kian terbuka, mau nga mau, generasi milenial cenderung punya peluang menghadapi banyak konflik, termasuk konflik-konflik agama. Nga melulu soal pertikaian antaragama, masalah-masalah yang muncul di dalam suatu agama itu sendiri pun patut menjadi perhatian. Ini tantangan generasi milenial yang nyebelin banget, sih.

Misalnya: dilema cadar yang lagi heboh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan kasus-kasus penyerangan tokoh agama

Melawan hoaks

Majunya teknologi di tengah-tengah kehidupan generasi milenial memang mempermudah penggunanya untuk menekan tombol Share sekaligus terkejut-kejut melihat headline berita lainnya. Sayangnya, nga semua berita yang tersebar sekarang ini akurat, sobatkuw~

Jadi nih, bukan cuma filter di Instagram jha, kita pun harus punya filter khusus menangkal hoaks-hoaks nakal~

Tren pernikahan berubah

Menurut riset dari Bridestory, tren pernikahan di generasi milenial telah berubah.

Kalau dulu kita tahunya pernikahan itu kebanyakan di-PJ-in sama orang tua mempelai, ternyata sekarang ini mempelai pria dan wanitalah yang cenderung menjadi otak utama rencana pernikahan. Mereka pun bersikap lebih aktif dalam hal pembayaran biaya menikah.

Jadi gimana, Mz, Mb, udah siap? Hehe~

Lebih cepat botak

Bukan tanpa alasan, hal ini bisa terjadi akibat pola makan dan gaya hidup, serta hal yang telah kita sebut sebelumnya: tingkat stres berlebihan, apalagi dengan tantangan-tantangan di atas!!!

Lagi pula, berkat tantangan generasi milenial yang ini, mereka banyak yang mengaku mulai stres, baik karena minder maupun merasa kesepian. Uniknya, kesepiannya pun kesepian ala milenial, yaitu akibat semakin menurunnya jumlah like di Instagram.

Ealah, ternyata semua ini karena algoritma Instagram. Kejam emang!

BACA JUGA Mari Berbahagia dengan Jujur, Generasi Micin Premium! dan tulisan lainnya dari Aprilia Kumala.

Exit mobile version