Surat Terbuka untuk Nadiem Makarim yang Heran Ditanya Mulu: ‘Kenapa Sekolah Belum Buka?’

Surat pengunduran diri kampus. MOJOK.CO

Ilustrasi surat pengunduran diri kampus (Mojok.co)

MOJOK.CONadiem Makarim merasa heran kenapa masih ditanya-tanya soal kenapa sekolah belum buka? Kan udah ada Pemda.

Halo, Pak Nadiem Makarim? Sehat, Pak? Semoga ketika Bapak membaca surat terbuka ini, Bapak senantiasa sehat walafiat dan diberi kelancaran dalam tugas-tugasnya ya, Pak. Amin.

Begini Pak, saya barusan membaca keluhan Bapak yang bingung sama masyarakat kita. Katanya Pak Nadiem Makarim heran kenapa masih sering ditanya kapan sekolah buka. Padahal Bapak udah ngasih tahu kalau keputusan soal ini sejak lama.

“Mohon, tolong tanya ke pemdanya masing-masing, bupati dan gubernurnya masing-masing. Kenapa belum dibuka? Padahal sudah dibuka dari kemarin,” begitu kata sampean.

“Ini saya bingung juga, kenapa saya terus yang ditanya. Dari bulan Januari semua sekolah sudah boleh tatap muka,” tambah sampean.

Padahal kan seharusnya Bapak nggak perlu bingung gitu. Biasa aja lagi, Pak.

Justu itu tandanya banyak masyarakat masih tahu kalau Menteri Pendidikan kita masih sampean, Pak. Lah kan malah wagu kalau masyarakat nanya masalah begini ke Pak Anies Baswedan atau Pak Muhadjir Effendy. Apalagi kalau nanyanya ke Pak Terawan. Haaa tambah ambyar maning, Pak.

Kebijakan Pak Nadiem Makarim juga bisa dimengerti kok kenapa berani menerbitkan rekomendasi agar sekolah bisa dibuka lagi. Hal ini terkait sama rencana pemerintah yang berencana menyelesaikan vaksinasi untuk guru dan murid sekolah.

“Jadi ini harapannya Pak Presiden sudah dukung, bulan Juni atau Juli sudah selesai vaksinasi. Jadi harapannya yang sudah vaksinasi itu harus melakukan tatap muka,” kata sampean.

Ya wajar sih ya, Pak. Kan ini demi mengejar ketinggalan anak-anak didik yang kebetulan daerahnya tertinggal, sehingga koneksi dan fasilitas internet nggak bisa diandalkan untuk ngajar atau belajar.

Haduuuh, lagian ya, Pak, boro-boro untuk daerah tertinggal. Di daerah yang maju aja, internet yang disediakan perusahaan BUMN kayak Indihome aja sering lemot dan putus tiba-tiba kok, Pak.

Kenapa saya bisa tahu? Hayaaa karena kebetulan saya juga ngajar, Pak.

Sudah sering, Pak, kejadian, gimana mahasiswa saya tiba-tiba harus jadi indigo buat nebak-nebak apa materi-materi yang saya sampaikan karena tiba-tiba layar saya jadi nge-freeze di laptop mereka.

Ah, tapi itu nggak mungkin salah Indihome-nya juga sih. Mana mungkin BUMN nggak mendengar keluhan pelanggannya. Mana mungkin kualitas Indihome jelek. Itu kan pasti salah dari kami-kami ini, pengajar-pengajar ini kurang modal aja buat langganan internet lebih mahal dan lebih besar bandwidth-nya.

Maklum, kami kan kena paket Guru dan Pelajar yang ekonomis punya, jadi wajar kalau internetnya nggak stabil-stabil amat.

Kalaupun itu karena bayaran dosen atau guru honorer tidak besar, ya itu juga salah kami-kami juga kenapa nggak daftar PNS. Intinya, itu bukan salah pemerintah kok Pak Nadiem, bukan salah Indihome juga.

Oleh sebab itu, melalui surat terbuka ini, maafkan kami ya Pak Nadiem kalau selama ini kami sebagai tenaga pengajar sudah merepotkan pemerintah.

Hanya saja, Pak Nadiem, hal yang harus dipahami kalau masyarakat atau ada tenaga pengajar nanya ke Pak Nadiem secara langsung itu ada sebab musabab dari era media sosial juga sih, Pak. Era yang bikin sekat pejabat dengan masyarakat jadi begitu rapat. Apa-apa jadi bisa ditanyakan langsung sama pejabat terkait.

Nggak perlu ada protokoler, nggak perlu ada perwakilan, langsung mensen akun medsos pejabat yang bersangkutan, pejabat langsung bisa membaca keresahan masyarakat.

Makanya saya juga bingung, kalau aspirasi masyarakat udah mulai bisa didenger langsung oleh pejabat kayak sampean gitu, terus gunanya wakil-wakil kami di Senayan buat apaan ya? Herman aja saya. Eh.

Selain itu ya, Pak, kalau masyarakat nanya langsung ke sampean ya itu sebenarnya tanda bahwa pejabat-pejabat di Pemda masing-masing itu nggak dikenal oleh masyarakat, Pak. Nggak deket gitu.

Hagimana ya, Pak, mereka itu kan baru nongol kalau lagi ada Pilkada doang. Kalau nggak ada pilihan gitu-gitu ya mana pernah kita tahu mereka ngapain aja. Kalaupun ada kebijakan yang viral, itu juga biasanya nongol di media-media lokal doang.

Boro-boro soal urusan sekolah buka kapan, Pak, orang kayak kami videoin jalan rusak menuju sekolah aja bisa didatengin pejabat lurah untuk dimarah-marahin kok kayak kejadian di Sukabumi itu. Ya wajar dong, Pak, kalau kami takut tanya-tanya ke pejabat Pemda. Takut aja, Pak, apa-apa bisa dilaporin sama dipersekusi jeh sekarang ini.

Satu-satunya pejabat daerah yang sangat relate dengan masyarakat bawah kayak kami itu kan cuma Pak RT atau Pak RW, kadang-kadang Kepala Dukuh. Jangankan Bupati atau Walikota, Pak, Pak Lurah aja kebanyakan baru turun ke masyarakat kalau ada pilihan lurah kok.

Jadi mohon dimaklumi ya Pak Nadiem Makarim, kalau kami rakyat bawah ini apa-apa jadi nanya ke pusat. Dikit-dikit nanya ke menteri. Tanya soal kenapa sekolah belum buka aja sampai harus nanya ke sampean. Ngerepotin Pak Nadiem Makarim banget emang. Maafin kami, ya, Pak?

Begini aja surat terbuka ini kami susun Pak Nadiem Makarim.

Salam sehat selalu ya, Pak. Dari kami, rakyat miskin kota dan pemuda desa yang tak kerja.

BACA JUGA Program ‘Merdeka Belajar’ Pak Nadiem itu Keren Abis, Cuman Monmaap Hal-hal Ini Bikin Saya Skeptis dan tulisan POJOKAN lainnya.

Exit mobile version