MOJOK.CO – Pengalaman naik bus Madiun-Jogja dan sebaliknya secara rutin sejak tiga tahun yang lalu telah mengasah kemampuan saya untuk menjadi seorang ahli kemesraan khas bus AKAP Sumber Kencono.
Sekadar menginformasikan, Sumber Kencono merupakan salah satu armada bus AKAP yang melintasi Surabaya-Madiun-Solo-Yogyakarta dan sebaliknya. Walaupun namanya sudah ganti menjadi P.O. Sumber Selamat tapi nama Sumber Kencono masih tetap disebut-sebut karena sudah terlanjur melegenda dan melekat di ingatan para penumpangnya.
Jika musim tes mahasiswa baru, lebaran, atau tahun baru, bus Sumber Kencono selalu menjadi primadona dibandingkan armada lainnya. Alasannya yaitu, murah dan hampir selalu ada setiap 20 menit sekali. Dan satu lagi, Sumber Kencono bukan penganut alon-alon waton kelakon. Tetapi, lebih aman walau ugal-ugalan.
Alhasil, desakannya, goncangannya, dan aksi salip-menyalipnya merupakan hal yang tak terpisahkan dari kenangan setiap penumpangnya. Perjalanan antar kota antar provisi yang ditempuh, sudah cukup panjang untuk melahirkan kisah-kisah mesra di dalamnya. Berdasarkan pengalaman, saya ingin membagi kemesraan yang terjadi di dalam bus Sumber Kencono untuk kalian semua. Yuk Gasss.
1. Kemesraan yang Canggung-canggung Enak
Naik bus dan ngantuk merupakan paduan yang hampir dialami semua orang. Tetapi, bagi orang yang sendiri dalam perjalanan, hal ini agak menimbulkan keresahan. Mau bersandar di jendela tapi kok keras banget. Mau bersandar di bahu yang penuh kenyamanan tapi bahunya siapa?
Nah, di sini rasa canggung mulai datang. Apalagi jika duduk bersebelahan dengan lawan jenis yang tampak oke dan seumuran. Biasanya akan terjadi adegan pura-pura bersandar di jendela terlebih dahulu. Seiring bergoncangnya bus (Sumber Kencono yang mantab tiada tara goncangannya) kepala yang bersandar di jendela akan tergoncang dan menimpa bahu sebelahnya.
Hemmm, nikmatilah kenyamanan sesaat itu kawan! Ketika nanti bus sampai di kota tujuan salah satu di antara kalian, akan timbul kecanggungan baru. Harus bangun, ngusap-ngusap iler, dan berkata
“Eh, maaf Mas/Mbak nggak sengaja.” padahal dalam hati “Hehe, makasih ya Mas/Mbak, bahunya enak.”
Bagi yang belum pernah merasakan sensasinya, saya sarankan untuk mencoba. Di dalam bus, tiada tempat paling nyaman selain bahu sebelahnya.
2. Kemesraan yang Tragis
Ada yang pernah menangis dalam perjalan naik bus? Saya pernah, ketika harus berpisah dengan bribikan di Terminal Giwangan. Halah cengeng!
Iya, itu memang kisah yang biasa. Ada kisah yang tragis dari teman saya. Bukan tragis beneran, malah lebih condong ke rasa kasihan. Pasalnya, teman saya itu menangis sebab playlist lagu di dalam bus. Tahu kan playlist khas AKAP Surabaya-Yogyakarta?
Ya benar. Teman saya menangis karena lagu Ora Jodo, Pasti Kembali, Korban Janji, Ditinggal Rabi, Tak Mau Dimadu yang diputar secara berturut-turut. Ia hafal betul lagu-lagu tersebut. Ia turut menyanyi lirih bersama Via Vallen dan Nella Kharisma yang membawakannya secara bergantian. Tentu saja dengan irama dangdut koplo lengkap dengan goyangan tipis-tipisnya.
Coba sekarang bayangkan betapa nggerusnya hati teman saya melihat aksi panggung orkes melayu di layar 15 inchi sambil mbrebes mili. Memori perjalanan cinta yang sesungguhnya tidak sedih-sedih amat itu terpanggil. Dalam kepala, ia terpaksa mentragis-tragiskan kisah cintanya agar sejalan dengan makna lagu.
Saya yang pura-pura tidur di sebelahnya jadi tahu, betapa kuat dangdut koplo menggoyangkan perasaan penggemarnya. Mesra sih, tapi ya gimana.
Mungkin itu salah satu kemesraan yang ditawarkan oleh armada bus kebanggaan pecinta dangdut koplo Surabaya – Yogyakarta. Bagi kamu yang tidak kuat hatinya, saya sarankan tutup telinga sejak langkah pertama memasukinya, cari kemesraan yang lain saja.
3. Mesra Efek Domino
Bagi yang sudah familier dengan Sumber Kencono di kala sumpek pasti sudah bisa membayangkan atau bahkan pernah mengalami efek domino yang saya maksud. Membeludaknya penumpang saat weekend atau lebaran memaksa Sumber Kencono untuk menampung penumpang sampai dua kali lipat dari kapasitas yang seharusnya.
Dengan kerelaan hati, para penumpangnya mau berdiri dan berdesakan. Mengingat ramainya penumpang, keadaan armada lain pun tak akan jauh beda, umpel-umpelan. Maka lebih baik berdiri untuk sementara daripada menunggu terlalu lama.
Saya pernah mengalaminya. Setelah menunggu berjam-jam di sekitar Janti dan ditolak berkali-kali oleh bus yang melintas, akhirnya Sumber Kencono mau berhenti untuk saya tumpangi.
Saya berdiri bersama puluhan penumpang lainnya. Kengebutan dan aksi salip Sumber Kencono masih bisa saya nikmati. Tetapi saat baru keluar dari Terminal Klaten, terjadi sebuah peristiwa yang sebenarnya cukup biasa. Bisa menebak?
Sepasang Gondes alias gondrong deso naik motor tanpa helm menyeberang nyelonong begitu saja. Pak Sopir nglakson panjang sambil ngerem dadakan. Saya terkejut melepaskan pegangan, jatuh menimpa mas-mas di depan saya yang juga jatuh , dan badan saya tertimpa orang yang ada di belakang saya.
Ribet ya penjelasan saya? Iya, itu yang dimaksud efek domino Sumber Kencono. Semua orang yang berdiri jadi kruntelan tumpang tindih tak karuan sebab ada Gondes yang merasa bernyawa banyak. Sebuah peristiwa yang tak bisa dihindari. Setelah berdiri dan merasa sudah bisa menguasai diri, kami mulai mengumpat Gondes tadi.
Dari umpatan-umpatan tadi jadi terlihat logat masing-masing penumpang. Ini yang saya suka. Kami jadi bisa saling bertanya keadaan setelah jatuh. Dari mana mau ke mana. Bahkan saling menawarkan bekal perjalanan. Akhirnya kami lupa dengan lutut yang mulai gemetaran karena berdiri selama perjalanan.
Mesra tidak? Ya bisa dikatakan mesra. Berawal dari timpa-menimpa, ada kok yang sampai tukeran nomor WA. Memalukan tidak? Ya lumayan. Kamu punya pengalaman mesra tapi memalukan? Sudah simpan saja, jadikan rahasia. WKWKWK.
Selamat bernostalgia!