Sekaten Bukan Pasar Malam

sekaten bukan pasar malam

MOJOK.CO – Penjelasan tentang sekaten dari seorang anak Jogja tulen untuk para pendatang yang sering ngira sekaten itu cuman pasar malam.

Selain Bulan Suro yang dianggap sakral, Bulan Mulud atau dalam kalender Islam adalah Bulan Rabi’ul Awal tak kalah penting bagi masyarakat Jawa, terutama daerah Jogja. Kita ketahui bersama bahwa Bulan Rabi’ul Awal atau Bulan Mulud merupakan bulan lahir Nabi Muhammad SAW. Kelahiran seorang Nabi Allah yang membawa kebenaran. Berbagai acara digelar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Seperti Muludhen yang diadakan oleh masyarakat Madura dan Sekaten yang diadakan oleh masyarakat Jogja.

Masyarakat yang tinggal di daerah Jogja pasti tahu apa itu Sekaten. Namun, bagi masyarakat pendatang acara Sekaten mungkin terdengar asing. Ada pun yang mengetahui acara ini, banyak yang salah kaprah mengartikan. Sekaten kerap dianggap sebagai pasar malam yang diadakan di Alun-alun Utara.

Sebagai orang Jogja tulen yang tinggal di Pakualaman selama 21 tahun. Saya akan mencoba meluruskan beberapa kesalahan yang kerap kali dilakukan oleh masyarakat tentang tradisi Sekaten yang turun temurun ini, jadi begini saudara.

Kesalahan yang kerap dilakukan oleh beberapa orang adalah menganggap bahwa Sekaten sama dengan pasar malam yang ada di Alun-alun Utara. Sebenarnya, itu tidak sepenuhnya salah, tapi tidak bisa juga benarkan.

Jadi begini, pasar malam yang diadakan di Alun-alun Utara sebenarnya bernama Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS). PMPS merupakan wadah yang dibuat oleh pemerintah bagi para UMKM, dan pedagang untuk mengais rejeki. Pemerintah setempat mengharapkan dengan adanya PMPS selain untuk nguri-uri kabudayan, bisa menambah pendapatan masyarakat setempat.

PMPS sebetulnya hanya untuk meramaikan acara sebenarnya yaitu Sekaten yang akan diadakan di Masjid Besar Kauman. Karena dengan adanya PMPS masyarakat akhirnya berkumpul di Alun-alun Utara dengan begitu dimanfaatkan untuk nguri-uri kabudayan Jawi yaitu Sekaten.

PMPS biasanya mulai lebih awal, satu atau dua minggu sebelum Sekaten berlangsung. Jika melihat tahun ini PMPS berlangsung 10 hari lebih awal sebelum upacara Sekaten.

Supaya tidak salah lagi, mari kita pelajari bersama sebenarnya apa Sekaten yang sesungguhnya. Jadi saudara, Sekaten merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan setiap tanggal 5 bulan Mulud hingga tanggal 11 bulan Mulud. Sekaten pada awalnya merupakan upacara yang diselenggarakan untuk menyebarkan agama Islam.

Bentuk-bentuk ritus yang ditampilkan dalam acara Sekaten adalah dikeluarkannya gamelan pusaka Kanjeng Kyai Sekati, Kyai Kanjeng Guntur, dan Kyai Kanjeng Nogowilogo dari persemayamannya di dalam Keraton. Setelah itu gamelan dibunyikan, gamelan yang awalnya di dalam Keraton dipindahkan menuju Masjid Besar Kauman di sebelah barat Altar. Tabuhan gamelan dilakukan selama tujuh hari berturut-turut. Acara selanjutnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwono akan menghadiri upacara tersebut dan menyebarkan udhik-udhik (menyebar uang receh) ke masyarakat sekitar dan wiyaga (pemukul gamelan).

Hingga pada hari terakhir gamelan dikembalikan ke dalam Keraton. Itulah yang dinamakan Sekaten, sebuah upacara adat yang rutin diadakan setiap tahun. Bukan pasar malam yang ada di Alun-alun Utara.

Exit mobile version