Saya Ikut CPNS 2021 sampai Tahap Akhir agar Tahu Sesulit Apa Jadi PNS

Pengumuman CPNS 2021 tinggal menunggu hari. Perlu diingat, ada banyak orang yang sudah berdarah-darah sampai tahap tersebut.

Nggak Cuma Onet dan Zuma, PNS Perlu Melombakan Kebiasaan Sebagai Bentuk Apresiasi MOJOK.CO

MOJOK.CO Saya coba mengikuti CPNS. Penasaran saja, sejauh apa saya bisa bertahan sembari menanti hasil pengumuman CPNS 2021 nanti.

Tentu saja cerita ini diawali dari pemberkasan. Sebuah syarat sederhana yang—sama sekali—tidak mudah ketika saya menjalaninya.

Saya katakan tidak mudah karena sebagai karyawan swasta di perusahaan media selama bertahun-tahun, saya punya stigma kalau birokrasi pemerintah itu sangat-sangat ribet. Salah sedikit, kamu akan tersingkir otomatis.

Sebuah stigma yang ternyata tidak salah-salah amat. Apalagi kalau melihat ada banyak orang yang tersingkir gara-gara masalah pemberkasan ini.

Setidaknya saya punya kesimpulan itu karena teman-teman seangkatan saya bahkan sudah ada yang berguguran di tahap-tahap awal: tahap seleksi administrasi CPNS 2021.

Bahkan dari pengumuman CPNS 2021 soal seleksi administrasi ini, saya bisa menilai, bahwa ketelitian membaca peraturan dan syarat-syarat itu penting sekali. Itulah kenapa, beberapa orang yang gagal di tahap ini, perkaranya selalu terkesan sepele banget dan rasanya nggelani banget.

Seperti misalnya, lupa tidak mencantumkan formasi yang akan dilamar di surat lamarannya. Lupa kalau surat lamaran harus ditulis memakai tulisan tangan, dan bukan diketik lalu diprint di kertas.

Atau yang cukup banyak; jurusan yang dikehendaki oleh panitia CPNS 2021 tidak sama persis dengan jurusan yang tercantum di ijazah. Misalnya, yang diminta jurusan Ilmu Komunikasi, tapi yang tertulis di ijazahmu adalah jurusan Dakwah dan Komunikasi.

Makanya wajar, kalau setelah pengumuman CPNS 2021 pada sesi pertama ini, pihak panitia CPNS 2021 memberi masa sanggah selama 3 hari untuk peserta. Masa-masa di mana peserta boleh menanyakan alasan ketidaklulusannya, atau menjelaskan bahwa jurusan yang diminta dalam CPNS 2021 cukup linier dengan gelar sarjananya.

Problemnya adalah, tak semua orang mau berlumpur-lumpur menghadapi itu. Rata-rata lebih memilih menyerah karena alasan yang cukup masuk akal, seperti kebanyakan dari mereka sudah bekerja di tempat lain misalnya. Artinya, CPNS 2021 hanya usaha coba-coba saja, lulus administrasi ya syukur, tidak ya syukur.

Dan yang menjadi masalah bagi saya, ternyata saya justru lolos di tahap ini. Agak sedikit di luar dugaan sebenarnya.

Usai lolos pada tahap seleksi administrasi CPNS 2021, hal berikutnya yang menanti adalah SKD, atau seleksi kompetensi dasar.

Sebuah tes yang diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia dan benar-benar mengintimidasi—terutama untuk mereka yang sudah lama tidak mengenyam bangku kuliah atau sekolah lagi. Iya, saya termasuk salah satunya.

Terakhir saya duduk di bangku kuliah itu tahun 2014. Itu pun tidak benar-benar kuliah di dalam kelas karena itu kelas untuk meraih gelar master. Praktis, kalau “belajar” yang serius secara akademik di kelas, saya terakhir melakukannya pada 2010. Dan itu terjadi 11 tahun yang lalu.

Itulah kenapa, saya mengalami apa yang dinamakan kegagapan akademik. Semacam sindrom merasa inferior luar biasa karena harus bertarung lagi menghadapi pelajaran-pelajaran di masa lalu—yang sebagian besar sudah saya lupakan karena pekerjaan saya tidak banyak mengandalkan pengetahuan-pengetahuan itu.

Dimulai dari rumus-rumus matematika dasar, aritmatika, sampai fisika sederhana. Belum dengan Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), yang isinya kebanyakan berisi mengenai sejarah bangsa, tata negara, dan pasal-pasal di undang-undang bukan yang isinya soal pertanyaan kalau pacaran ngapain aja atau kalau Natal ngucapin selamat natal atau nggak.

Bagi orang yang belum memiliki kesibukan selain mengikut seleksi CPNS 2021, saya pikir itu bukan masalah besar. Cukup sediakan waktu belajar sehari dua jam, saya pikir hasilnya nggak bakal terlalu mengecewakan.

Baru menjadi sedikit rumit kalau posisinya adalah orang-orang seperti saya.

Orang yang punya pekerjaan cukup stabil, punya keluarga yang harus dihidupi, dan lama sekali tidak menyentuh soal-soal mata pelajaran masa sekolah. Bahkan karena sibuk dengan pekerjaan juga, waktu untuk belajar saya pun baru bisa saya lakukan secara maksimal H-3 sebelum jadwal ujian SKD dilangsungkan.

Proses ini harus dilalui karena, saya sudah kadung lolos seleksi sampai tahap ini. Eman-eman saja untuk tidak sekalian tahu apa saja yang dialami seorang calon PNS ketika mengikuti CPNS 2021 kali ini.

Dan benar saja, mengerjakan SKD ini jauh lebih sulit dari yang saya bayangkan. Bahkan sedikit lebih sulit ketimbang (yang saya ingat) ketika saya mengerjakan Ujian Akhir Nasional (UAN) dulu. Ujian yang saat itu menjadi patokan kelulusan SMA.

Meski begitu, kesulitan yang saya alami itu, saya duga, terjadi karena lebih pada urusan adanya gap yang cukup jauh antara pengetahuan saya dengan pengalaman belajar anak-anak muda zaman sekarang.

Soal yang harus dijawab sih tidak semuanya betul-betul sulit, hanya saja waktu yang disediakan benar-benar menguras energi dan konsentrasi. Kamu hanya diberi waktu 100 menit, tapi soal yang harus kamu kerjakan jumlahnya 110.

Secara komposisi general, artinya kamu harus selesai mengerjakan satu soal dalam waktu kurang dari 50 detik. Artinya, pada tahap ini, kamu dituntut mengerjakan dan menyelesaikan soal secepat mungkin.

Itulah kenapa, saya cukup salut dengan mereka-mereka yang bisa lolos dengan angka yang begitu tinggi (430-480-an). Saya tak tahu bagaimana otak-otak anak muda tersebut bekerja secepat itu menghajar setiap soal yang kadang tingkat kesulitannya cukup nggilani.

Bahkan, saya baru tahu kemudian kalau waktu pengumuman CPNS 2021 di tahap SKD, telah terjadi rekor dengan banyaknya peserta yang nilainya begitu tinggi. Meski, yaaah, ada kabar juga bahwa sebagian kecil dari mereka yang bernilai tinggi itu belakangan baru ketahuan kalau melakukan tindak kecurangan.

Ketika sudah sampai tahap ini, mengerjakan soal-soal SKD ini, saya sempat punya perasaan ingin menyerah saja. Kepala sudah pening, keringat dingin sudah membasahi ketiak dan selangkangan saja. Duh, rasanya ingin segera keluar saja dari ruang ujian. Bodo amat sama hasilnya.

Tapi… entah karena hanya beruntung atau karena kekuatan sholawat  saya jebul lolos passing grade saat pengumuman CPNS 2021 di tahap SKD.

Oke, bukan angka yang membanggakan sih, hanya 400-an sekian, tapi itu cukup bikin saya tersenyum. Sebab, itu artinya saya dikasih kesempatan untuk tahu… apa tahap lanjut yang akan dihadapi para calon PNS setelah SKD ini. Sebuah pengalaman yang rasa-rasanya menarik—karena tak pernah saya duga sebelumnya.

Akan tetapi, polemik baru datang kemudian. Begini. Dulu saya pikir, ketika seorang calon PNS lolos passing grade dari SKD, maka mereka akan otomatis masuk ke tahap tes selanjutnya.

Kenyataannya di lapangan, ternyata tidak sesederhana itu. Nilai kita ternyata akan dirangking secara nasional sesuai dengan formasi dan jabatan yang kita daftar. Hanya mereka yang masuk tiga besar saja yang berhak untuk ikut di tes selanjutnya.

Ini syarat CPNS yang sudah terjadi sejak dulu sebenarnya, bukan hanya untuk 2021 saja. Saya baru tahu, karena memang baru kali ini saya daftar CPNS, apalagi ujug-ujug sampai tahap akhir begini.

Di tahap akhir setelah pengumuman rangking peserta CPNS 2021 itulah saya kemudian menemukan level kesulitan yang lebih tinggi dari keseluruhan tahap ini. Ternyata seorang calon PNS akan diwawancarai secara live dengan dua tahap, dan bakal diakhiri dengan sebuah psikotes.

Karena kebetulan formasi saya adalah seorang PNS di bidang keagamaan, maka—tentu saja—penguji saya adalah orang yang sangat andal untuk urusan agama.

Di tahap pertama, saya disuruh ngomong pakai bahasa Arab (yang tentu saja saya belepotan), lalu disuruh menjelaskan kompetensi saya, pengalaman saya, dan kemampuan yang saya miliki.

Wawancara yang terjadi memang cukup cair, meski saya tidak yakin apakah saya dianggap layak atau tidak. Maklum, sejak saya lolos SKD, saya sudah punya perasaan feel free saja. Bersiap untuk yang terburuk, mempersiapkan yang terbaik. Loss dol saja lah pokoknya.

Di tahap kedua pada hari kedua, saya mendapat kisi-kisi dari Kemenag untuk mempersiapkan hafalan ayat-ayat Al-Quran atau praktik ibadah sehari-hari.

Di sana, tentu saja saya memperlancar lagi hafalan doa qunut, praktik salat jenazah (karena cukup jarang dilakukan jadi kadang suka ketlingsut-ketlingsut doanya), sampai dengan kemampuan menulis kalimat dalam aksara Arab.

Kemauan saya “belajar” itu tadi tentu bukan semata-mata karena beneran ingin lulus pada tahap CPNS 2021 akhir itu sebenarnya, tapi lebih kepada perasaan malu kalau nggak bisa jawab waktu dites penguji.

Ya kaliii, saya bisa saja di-bully habis-habisan kalau ketahuan saya ini pengampu rubrik Khotbah Mojok, tapi ternyata waktu dites praktik salat jenazah tidak lancar. Hayaaa remoook dong saya.

Meski pada akhirnya, apa yang saya persiapkan semua itu tadi ternyata tidak ada sama sekali yang ditanyakan oleh penguji. Howalah, ajuuur, Bosque. Pada praktiknya, yang ada malah pertanyaan-pertanyaan soal moderasi beragama doang.

Ada sih yang disuruh buka Al-Quran dan membaca salah satu ayat di sana secara random lalu disuruh menafsirkannya.

Setelah itu semua, baru di tahap akhir, di hari ketiga, saya “digiring” untuk menjalani psikotes. Sebuah tes yang level kesulitannya paling tinggi di antara semua tahapan tes yang pernah saya lalui sejak bulan Juli 2021 mengikuti pendaftaran CPNS 2021 ini.

Awalnya saya pikir, psikotes ini isinya adalah bagaimana panitia CPNS 2021 atau lembaga negara yang akan menerima saya, ingin mengetahui mentalitas saya sebagai calon PNS, etapi ternyata soal-soal yang diujikan hampir mirip dengan tes saat SKD.

Ada matematika lagi (bahkan yang di tahap ini jauh lebih sulit), ada fisika pula (dengan model pertanyaan narasi), kemampuan berbahasa yang baik dan benar (sudah tentu kamu tahu apa hasilnya)… dan yang lebih ngerinya lagi jumlah soalnya ada 150 dengan waktu pengerjaan cuma 120 menit.

Benar-benar pengalaman yang tidak begitu menyenangkan. Mengerjakan soal yang buanyaknya nadzubillah setan itu dengan waktu yang sesempit pori-pori yang rutin dikasih MS Glow.

Meski begitu, entah apapun hasilnya nanti, saya sebenarnya tidak begitu peduli-peduli amat. Setidaknya saya sudah menyelesaikan tahapan itu sampai di ujung, mengalahkan cukup banyak kompetitor lain di tahap sebelum-sebelumnya.

Kalaupun kalah saing di tahap ini nanti waktu pengumuman CPNS 2021, setidaknya saya punya stok cerita dongeng untuk anak saya atau…

… sebuah bahan baku tulisan yang akhirnya mau-maunya kamu baca juga sampai akhir ini. Hehe.

BACA JUGA Alasan Orang Tua Ingin Anaknya Jadi PNS atau tulisan soal PNS lainnya.

 

Exit mobile version