MOJOK.CO – Atta Halilintar minta saran nama anak ke followers-nya. Di IG nama yang bagus memang ada dari netizen, tapi Twitter? Pffft.
Fase memberi nama seorang manusia itu memang terlihat mengasyikkan kalau yang dinamai bukan nama anak sendiri. Ini serius. Seru aja utak-atik nama orang, lalu membayangkan hasil utak-atik itu dipakai jadi nama manusia.
Setidaknya, itu bisa diafirmasi dengan kenangan masa kecil saya. Teman-teman saya, di sela main petak umpet atau gobak sodor kala itu, kadang-kadang secara random suka aja sembarangan merangkai nama-nama untuk diproyeksikan jadi nama anak masa depan. Seru.
Sayangnya, begitu fase itu terlewati, menjadi dewasa, sampai masuk ke kondisi harus memberi nama anak sendiri betulan, perasaan inferior biasanya bakal muncul. Euforia merangkai nama tadi hilang menjadi sesuatu yang tak lagi menyenangkan.
Tiba-tiba seperti ada tanggung jawab besar dalam aktivitas yang tadinya seru itu. Membayangkan bahwa nama yang akan kita bikin ini akan dibawa sampai mati oleh si anak, membuat setiap kata yang disiapkan jadi nama anak jadi penuh pertimbangan.
Pada saat momen itulah baru hati kecil ini menyadari, “Anjrit, ternyata bikin nama tak semudah itu!”
Itulah kenapa, lumrah belaka kalau setiap orang tua baru (yang sebentar lagi akan punya anak pertama) suka meminta saran ke kenalan atau orang-orang sekitarnya. Hal yang juga dilakukan Atta Halilintar, hanya saja dalam bentuk yang agak-agak ekstrem.
Saya sebut agak ekstrem karena Atta Halilintar malah membuka saran nama itu ke followers-nya di Instagram. Ke ruang publik.
“Kasih saran nama anak cewek depannya A belakangnya H…,” tulis Atta Halilintar di akunnya @attahalilintar, “Pengin denger kalau saran dari sahabat online.”
Di Instagram, followers Atta memang beberapa memberi saran nama secara serius. Beberapa bahkan beneran bagus-bagus.
Sayangnya, ketika permintaan saran nama dari Atta Halilintar ini pindah platform media sosial ke Twitter, saran yang serupa tidak muncul. Yang ada malah lucu-lucu dan nggatheli.
Ada yang mengusulkan nama untuk Atta Halilintar—yang jelas-jelas minta saran nama cewek—tapi malah pakai nama-nama kayak Anang Hermansyah (mungkin perlu ditambahi kata “wati” dan kata “junior”), Agus Harimurti (woooy), Airlangga Hartanto (dimarahin Golkar lho ente ntar), sampai Astagfirullah Hal’azim (yang kalau manggil otomatis jadi zikir).
Untungnya, Atta Halilintar tak begitu aktif di Twitter, jadi usulan brutal netizen di Twitter itu mungkin nggak begitu direken sama Atta. Meski begitu, sembarangannya netizen Twitter memberi saran nama itu membenarkan premis saya di awal tadi: bahwa utak-atik nama orang itu memang seru kalau itu bukan untuk nama anak sendiri.
Saya sih sebenarnya berharap Atta Halilintar tak sakit hati dengan usulan-usulan barbar netizen di Twitter. Ya salah ente juga sih, minta saran nama anak kok ke netizen. Hayaaa jelas ambyar.
Saran saya untuk Atta Halilintar, jika memang sebingung itu dengan keputusan bikin nama (hal yang saya alami juga ketika menanti kelahiran anak pertama saya), apa tidak sebaiknya ente cari jasa bikin nama anak. FYI aja sih, yang begitu-begitu ada lho.
Di luar negeri, jasa bikin nama anak itu bukan bisnis yang pamali. Orang-orang terkenal seperti Pangeran Harry atau Kim Kardashian ternyata menggunakan jasa semacam ini untuk menamai anaknya.
Oke deh, buku nama-nama anak memang masih ada di toko, deret nama-nama anak juga banyak sekali di mesin pencari, tapi kadang-kadang pilihan yang kelewat banyak itu justru membingungkan si calon orang tua.
Apalagi referensi nama-nama itu kadang kesannya lawas banget. Sebagai orang tua milenial, tentu orang kayak Atta Halilintar ingin merangkai nama dengan gaya yang “baru” dan tidak konvensional.
Nah, maka dari itu jasa merangkai nama bayi ada. Mereka bisa kasih sentuhan personal yang sesuai dengan karakteristik atau kepribadian keluarga dari si calon orang tua. Misalnya menyesuaikan dengan Atta Halilintar yang dikit-dikit bikin konten. Nah, sentuhan personal itulah yang kemudian dibisniskan.
Salah satu jasa pembuatan nama di luar negeri ada yang bernama Future Perfect Service. Konsultasi 15 menit untuk mendapat 10 nama yang ideal untuk anak bisa didapatkan dengan harga 100 dolar AS atau sekitar Rp1,4 juta.
Kalau misalnya 10 nama itu masih kurang sreg, konsumen bisa meningkatkan pelayanan dengan paket yang lebih mahal sebesar 350 dolar AS atau Rp5 juta. Di sana akan ada interview secara mendalam dari produsen nama bayi ke calon orang tua sampai menemukan nama yang cocok.
Oke, saya ngerti. Di Indonesia, praktik semacam ini memang belum lumrah. Nama anak dianggap terlalu sakral untuk dibisniskan. Apalagi kalau tarifnya dianggap kemahalan.
Saya sempat iseng melacak jasa-jasa seperti ini dan ternyata di Indonesia sudah ada beberapa perusahaan kecil-kecilan yang ada. Salah satunya pernah diliput Vice Indonesia, yang menerapkan tarif Rp50 ribu untuk satu nama sampai Rp180 ribu untuk jatah enam nama.
Sebuah harga yang rasa-rasanya tidak terlalu mahal untuk sebuah nama yang akan dibawa sampai mati untuk anak kita. Yah, apalagi untuk Atta Halilintar. Uang segitu mah hanya sebesar uang parkir jalan-jalannya Aurel saja lah.
Masalahnya, kadang-kadang perihal kemampuan memberi nama anak itu kerap jadi kemampuan yang diremehkan di Indonesia. Padahal ada basic pengetahuan yang nggak main-main kalau ada seseorang yang begitu jago memberi nama anak. Sehingga memilih menggunakan jasa itu bukan sesuatu yang masuk dalam rekomendasi keluarga besar si calon orang tua.
Akan tetapi, ini siapa tahu (iya siapa tahu), kalau Atta mau memakai jasa sepert itu, lalu banyak calon orang tua yang tertarik memakai jasa yang sama, ini bisa menciptakan satu lapangan kerja baru bagi banyak orang di masa depan kan? Berawal dari tren lalu bertransformasi jadi bisnis yang bisa ikut menggerakkan baut-baut ekonomi bangsa.
Secara personal, saya sih optimis. Kalau Atta Halilintar mau pakai jasa seperti ini, rasa-rasanya tinggal menunggu waktu saja jasa seperti ini akan jadi tren di Indonesia. Bahkan bukan tidak mungkin, 5 atau 10 tahun lagi, jasa merangkai nama bayi bakal kayak agensi iklan. Lalu outlet-nya tersebar di beberapa ruko dan mal di Indonesia.
Setidaknya, jasa bikin nama itu nanti jadi tren, kita sebagai generasi penerus bangsa bisa meminimalisir kemunculan nama aneh di masa depan kayak Etika Silit Asin, Royal Jelly, atau—bahkan—Tuhan.
BACA JUGA Tuhan yang Jadi Lelucon dan tulisan soal NAMA lainnya.