Keputusan untuk tidak menaikkan cukai rokok pada 2026 yang diketok oleh Menkeu Purbaya memantik banyak reaksi. Tentu, banyak yang kontra, sesuatu yang amat wajar mengingat keputusan ini tidak seperti sebelum-sebelumnya. Tiap tahun, cukai rokok naik terus, kali ini, tidak. Dan terus terang, untuk bagi saya sendiri, cukai tidak naik ini bakal punya imbas yang besar. Salah satunya, pada rokok ilegal.
Perokok, nyatanya, terus bertambah meski cukai naik makin ugal-ugalan. Padahal, salah satu dari fungsi kenaikan cukai ini ya untuk menekan laju perokok. Tapi kenapa jumlah perokok tetap naik? Sederhana, karena adanya rokok ilegal.
Efek paling kentara dari cukai justru adalah peralihan konsumsi ke rokok yang lebih murah, dan tak melulu rokok pabrikan yang resmi. Justru, banyak yang beralih ke rokok ilegal. Penjualnya makin banyak, dan berlipat ganda. Padahal kenaikan cukai sudah membunuh banyak industri resmi, tapi nyatanya, alih-alih menekan, nyatanya hanya mengalihkan konsumen ke produk yang ilegal.
Alasan Menkeu Purbaya untuk tidak menaikkan cukai, karena ingin melindungi industri dan tidak membiarkan produk ilegal makin hidup jadi amat masuk akal. Terserah Anda suka atau tidak, tapi inilah realitas. Ini lebih nyata ketimbang hal-hal ideal yang ada di kepalamu.
Logika sederhana
Kita bicara logika sederhana saja. Kalau memang mau menekan angka perokok aktif, artinya, peredarannya harus dibatasi, dan harganya dibikin mahal. Logika paling sederhana begitu harusnya.
Misalnya, hanya boleh merokok di tempat yang disediakan. Kalau mau beli rokok, harus menunjukkan identitas dan sejenisnya. Harus cukup umur, harus begini, harus begitu. Ini masuk akal. Tapi yang selama ini terjadi kan nggak masuk akal. Cukai naik, tapi aturan larangan dan sanksinya nggak bisa dibilang tegas. Di saat yang sama, rokok ilegal dibiarkan ada dan berlipat ganda.
Saya kira, ini yang Menkeu Purbaya coba sampaikan: bagaimana bisa, industri resminya ditekan terus-terusan, tapi yang ilegal bisa hidup begitu nyaman. Meski tak dijual terang-terangan, tapi produk ilegal ini bisa mudah ditemui. Kalau tidak, nggak mungkin penikmatnya bisa membelinya dengan mudah dong.
Sebenarnya ini sudah mengganggu saya dari dulu. Saya bukan lagi penikmat asap tradisional, saya ngevape. Alasannya amat personal. Cuma, tetap saja ini mengganggu saya. Kenapa bisa produk ilegal dibiarin, sedangkan yang resmi ditekan terus-terusan. Ini kan aneh. Industri resmi ini kan menyumbang pemasukan yang besar (udah, nggak usah denial), tapi kenapa seakan-akan karpet merahnya dikasih ke ilegal?
Langkah Purbaya sudah tepat!
Kalau kalian tidak suka dengan alasan Menkeu Purbaya yang kesannya hanya peduli sama industri, saya awalnya sama. Tapi nyatanya, ini tidak pernah tentang pabrikan besar semata. Justru IHT (industri hasil tembakau) ini urusannya sama banyak orang.
Berdasar dari press release Komunitas Kretek, Rizky Benang menyampaikan bahwa industri ini jadi andalan hidup sekitar 6 juta orang. Juru Bicara Komunitas Kretek, Rizky Benang, menyebut kebijakan Purbaya sudah tepat sasaran. Sebab, IHT nyatanya jadi penyambung hajat hidup negara dan masyarakat.
“Merujuk data Kemenprin, sekitar 6 juta orang menggantungkan hidupnya pada ekosistem IHT dari hulu ke hilir. Petani tembakau dan cengkeh, buruh pabrik, distributor, pedagang, dan lain-lain,” ujarnya di Rumah Kretek Indonesia, Rabu, 1 Oktober 2025.
Jadi ya, untuk saya pribadi, mendukung keputusan Menkeu Purbaya untuk tidak menaikkan cukai rokok ini ya make sense. Toh, misalnya naik pun, yang berpesta ya industri ilegal, yang entah dari dulu tidak pernah disikat secara serius dan kayak seremonial aja.
Mungkin kalian akan mendebat saya, atau bilang bahwa mendukung Purbaya sama saja tidak peduli dengan kesehatan. Tapi jujur saja, rasanya kalau memang pemerintah peduli betul dengan kesehatan, kayaknya nih, kayaknya, rokok ilegal nggak akan beredar begitu bebas merugikan negara hingga 97 triliun rupiah.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Selama Gaji Guru Tidak Naik, Universitas Pendidikan macam UNY Hanya Akan Jadi Pencetak Orang Miskin Baru dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN











