Prokrastinasi: Menunda Pekerjaan yang Hanya Menabung Kesengsaraan

MOJOK.CONggak usah sok-sokan menunda pekerjaan dengan dalih the power of deadline. Dengan prokrastinasi, yang ada kamu makin stres karena kerjaanmu nggak kelar-kelar.

Saya punya seorang teman yang senang sekali mengerjakan pekerjaan mepet dengan tenggat yang ditentukan. Katanya, dia menikmati betul bekerja dengan mengandalkan the power of deadline. Baginya, saat mengerjakan sesuatu dengan diburu deadline, ada energi yang tiba-tiba muncul dan memberikan sensasi bekerja dengan ghirah yang lebih paripurna.

Teman saya ini, mungkin telah menjadikan menunda pekerjaan adalah salah satu passion-nya—selain falling in love with people we can’t have. Akan tetapi, saya kok nggak yakin-yakin amat dia betul-betul merasa lebih nikmat saat bekerja dengan terburu-buru, lantas menjadikan sebuah pekerjaan yang ditunda lebih afdol? Bukankah, ini semua hanya akan meninggalkan efek kelabakan semata?

Btw, siapa di sini yang memilih untuk buka-buka Mojok, padahal masih begitu banyak tanggungan menanti—dengan alasan untuk menyegarkan pikiran?

Atau, siapa yang lagi enak-enaknya dengerin lagu-lagu di Spotify, njuk pas ada lagu yang menarik, langung penasaran dan ngecek di Google biar tahu lirik lagunya? Lantaran masih penasaran, akhirnya sekalian ngecek di Youtube biar tahu videonya dan semakin baper sama lagunya.

Eh, pas si video ini selesai, lha kok ngelihat ada tumbnailnya Ega Balboa di Movi? Lalu muncul pikiran, kayaknya kalau nonton Ega Balboa sebentar, bisa meningkatkan semangat dan konsentrasi dalam bekerja. Padahal… padahal… itu hanya ilusimu, Kisanak. Percaya deh, kalau kesenangan semu itu terus diikuti, yang ada energimu jadi habis, njuk kamu sudah nggak ada tenaga dan kehilangan fokus dalam bekerja. Mamam!

Bagi kita menunda satu pekerjaan dengan kesenangan yang lain, mungkin memang tidak terlalu terasa dampaknya. Kita memang bisa menunda sebuah pekerjaan. Akan tetapi, kita tidak dapat menunda sedetik pun waktu yang terus berjalan. Belum lagi, dengan menunda-nunda pekerjaan kita jadi kepikiran. Pikiran kita akhirnya jadi nggak bebas karena masih ada tanggungan yang belum beres dikerjakan.

Menunda pekerjaan ini biasanya juga disebut dengan prokrastinasi. Dia berasal dari dua kata dalam bahasa Latin, yakni “pro” dan “crastinus”. Arti sederhananya adalah, lakukan besok. Prokrastinasi memang memiliki arti menunda pekerjaan. Namun, tidak semua penundaan dapat disebut dengan prokrastinasi. Pasalnya, ada beberapa keadaan yang memang mengharuskan kita untuk menundanya. Misalnya karena kita sedang sakit. Hal ini menjadi prokrastinasi ketika kita menunda sebuah pekerjaan untuk hal-hal menyenangkan semu yang sebetulnya sama sekali tidak membantu dalam penyelesaian pekerjaan tersebut.

Seperti teman saya yang senang mengandalkan the power of deadline, seorang prokrastinator memang tanpa sadar sering menipu dirinya sendiri. Misalnya punya keyakinan kalau mengerjakan di bawah tekanan dan dalam waktu yang mepet akan menghasilkan sebuah mahakarya yang luar biasa. Jauh luar biasa jika dibandingkan kalau mengerjakannya dengan tenang dan waktu yang cukup panjang.

Oke, mungkin memang betul seperti itu. Akan tetapi, coba diakui saja kalau selama masa-masa penundaan itu, kamu pasti kepikiran kan sama pekerjaan yang lagi ditunda-tunda? Iya, kan?

Selain punya anggapan soal mepet adalah yang terbaik, ada pula tipuan-tipuan lain yang mengelabuhi para prokrastinator. Misalnya, merasa punya banyak waktu untuk mengerjakan, menganggap pekerjaan tersebut membutuhkan sedikit waktu untuk diselesaikan, ataupun menunggu mood dalam keadaan yang betul-betul baik supaya pekerjaan dapat diselesaikan dengan sempurna—lantas milih untuk scroll timeline Instagram, Twitter, Facebook, Askfm, dan balik lagi ke Instagram, hingga suasana hati betul-betul dalam kondisi terbaik. Namun yang ada, mata kita malah udah lelah setelah mendapat begitu banyak informasi yang bersliweran di timeline kita.

Apa? Masih merasa kalau menunda itu yang terbaik? Kok kayaknya, malah jadi terlihat sebagai bentuk ketidakberanian untuk menghadapi tanggung jawab, ya?

Nggak ada yang namanya the power of deadline, Malih. Yang ada hanyalah sebuah penyesalan karena kita tidak dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik. Fyi aja, nih. Seseorang bisa mengalami stres berat atau kecemasan yang berlebih saat mengerjakan sesuatu dengan penuh grusa-grusu. Tentu saja, perasaan cemas dan gugup ini menyebabkan kita jadi kesulitan mendapatkan fokus pada pekerjaan yang sedang kita buru-buru.

Lantas, bagaimana biar nggak terjebak dalam manipulasi pikiran kita sendiri? Banyak orang bilang, cara paling sederhana sih, dengan bikin daftar kegiatan yang harus dilakukan setiap hari. Tak lupa juga dikasih tujuan yang realistis dan aktivitas yang lebih terperinci dari kegiatan tersebut. Jika perlu, sekalian juga estimasi waktunya—kalau bisa dijadiin dua kali lipat—supaya kita nggak terlalu menggampangkan setiap deadline yang harus diakui memang menjemukkan itu.

Jadi, untuk kamu-kamu yang sedang dalam proses mendekati seseorang. Jangan pernah sedikit pun berpikiran untuk menunda-nunda kesempatan. Jangan sampai buat dia menunggu-nunggu lagi, dengan segala pembenaran prokrastinasimu. Gaske, Lur!

Exit mobile version