Prihatin terhadap Boomer yang Nggak Bisa Bedain Hoaks dan Video Editan

ilustrasi Cara Membahagiakan Orang Tua Bisa Dimulai dengan Meluruskan Informasi Hoaks hoax vaksin mojok.co

ilustrasi Cara Membahagiakan Orang Tua Bisa Dimulai dengan Meluruskan Informasi Hoaks hoax vaksin mojok.co

MOJOK.CO Jangankan menilai mana info yang hoaks atau fakta, terkadang boomer nggak bisa bedain video editan CGI sama kenyataan. Ingin prihatin tapi perlu maklum.

Suatu malam kami, redaktur Mojok berdiskusi melalui grup WhatsApp tentang keprihatinan sebaran informasi di grup WhatsApp keluarga. Klise memang, problem grup WhatsApp yang dibahas di grup WhatsApp.

Lalu tanpa komando, kami semua refleks ngecek grup WhatsApp keluarga masing-masing. Bukan rahasia kalau sebagian milenial dan gen Z (seperti kami fufufu) itu males banget ikutan nimbrung obrolan di sana. Lha selain kurang nyambung, chat-nya banyak banget.

Betapa kagetnya kalau masing-masing dari kami menemukan hoaks. Mas Dafi mendapati ada yang nge-share hoaks pelarangan hubungan suami istri selama pandemi corona, saya pun menemukan berita model forward-an yang isinya bawang merah bisa membunuh virus corona. Jujur ini agak merisaukan dan saya nggak pengin orang tua saya jadi agen penyebar pesan model forward yang kebenarannya belum diketahui.

Saya langsung telepon ibu saya saat tu juga. Baru saya tahu, ternyata memang ibu dan bapak saya perlu arahan soal gimana caranya cek fakta. Waduuuh.

Dari sekian keprihatinan milenial terhadap boomer, saya lebih sedih membaca twit ini beserta unggahan video editannya.

Saya bahkan baru tahu kalau burung gergasi maksudnya adalah burung raksasa, tapi saya langsung paham video di atas adalah editan yang sengaja dibuat untuk pamer kemampuan rekayasa CGI.

Cobalah kalian buka video berikut ini. Ini adalah channel YouTube JJPD Producciones milik dua bersaudara asal Nikaragua. Mereka memang berkecimpung di dunia editan video, yang mereka lakukan di video ini adalah flexing alias pamer kemampuan doang.

Kalau Hadirin tidak percaya, cek captionnya deh. Video editan di atas diberi keterangan dengan bahasa Spanyol, bahasa nasional Nikaragua. Awalnya memang mendeskripsikan bahwa ada ‘setan’ yang sedang berkeliaran di kota Granada, yang mana ini cuma ndagel aja. Selanjutnya ada klaim:

Estos son videos paranormales creados por nosotros para entretener.
Todas las imágenes mostradas son de ficción.
Vídeo CGI ( Imagen Generada Por Computadora).

Artinya, “Ini adalah video paranormal yang kami buat untuk menghibur.
Semua gambar yang ditampilkan adalah fiksi.
Video CGI (Gambar Buatan Komputer).”

Bahkan video tersebut diunggah pada Juni 2019, hampir setahun yang lalu, Bor.

Lha kok bisa-bisanya ada boomer selebtwat yang ngasih keterangan kalau burung raksasa perlambangan iblis ini kelihatan di menara Vatikan. Padahal cetho welo-welo kalau video tersebut editan. Di salah satu frame burung raksasanya kelihatan nembus kubahnya, tuh! Tanpa tahu JJPD Producciones, harusnya naluri kita udah ngasih rada video editan. Secara nalar aja nggak mashook.

[Aww mlu bnget]

Sungguh kenyataan-kenyataan ini bikin saya prihatin terhadap boomer yang nggak bisa bedain hoaks dan video editan CGI. Seolah mereka nggak tumbuh bersama film-film Star Wars dan Blade Runner.

Di sisi lain saya merasa milenial dan gen Z harus maklum dan sabar membina generasi baby boomer kita bersama. Mereka tidak tumbuh di dunia percepatan teknologi dan lebih rentan untuk salah paham dengan informasi. Teori ini sekaligus menjawab fenomena tipu-tipu mama minta pulsa dan s3L4m@T anD4 d@pAT k3juTand 2 miliar yang masih beredar. Karena memang masih ada yang ketipu.

Parahnya lagi, mereka cenderung nggak ingin berusaha untuk melakukan konfirmasi terhadap informasi yang mungkin mereka curigai, mereka bakal lebih senang menyebarkannya. Bagi mereka menjadi penyampai pesan, apapun bunyinya, adalah sebuah hal yang keren. Silakan cek grup WhatsApp alumni-alumni di ponsel orang tua kalian.

Bagi mereka, melakukan konfirmasi dengan googling atau membuka situs-situs cek fakta adalah langkah yang ribet dan merepotkan. Setidaknya ini saya dapat dari pengakuan ibu saya sendiri. Baginya melakukan forward pesan di WhatsApp atau share Facebook adalah satu langkah yang lebih mudah dilakukan. Stau tombol, nggak pindah-pindah, nggak membingungkan.

Generasi baby boomer memiliki pemahaman minim tentang literasi digital. Mereka seolah dipaksa untuk hidup ‘gagap’ di masa-masa yang serba futuristik. Kita nggak bisa pakai metode pemaksaan, tapi memang harus pelan-pelan.

Kalau goals kita bikin perlahan boomer paham mana hoaks mana fakta, mana video editan mana yang kenyataan tentu dibutuhkan sumbu kesabaran sepanjang Anyer-Panarukan. Iya, susah memang dan seringnya bikin emosi.

Tenang, nggak semua boomer segaptek itu. Ada yang langsung ngeh kok kalau video burung gergasi tadi editan dan rekayasa CGI. Boomer yang begini patut kita apresiasi. Tapi kalau ketemu boomer kaya yang nyebarin video di atas, ups, tolong ya langsung sikat miring.

BACA JUGA Dear Boomer, Berhentilah Berusaha Terlalu Keras Membaur dengan Main TikTok atau artikel lainnya di POJOKAN.

 

Exit mobile version