Perkara Gaya Rambut Pria: Manusia Berharap, Barber yang Menentukan

gaya rambut pria, barbershop, potong rambut mojok.co

gaya rambut pria, barbershop, potong rambut mojok.co

MOJOK.COBarber yang berkerja di luar instruksi adalah pembawa petaka. Bisa jadi Anda pulang dengan gaya rambut pria terburuk sepanjang sejarah kehidupan Anda.

Berangkat ke barbershop itu tidak ubahnya berangkat ke medan perang bagi lelaki. Hasil dari tangan para tukang cukur itu akan menentukan harga dirimu dalam beberapa waktu ke depan. Tak peduli referensi gaya rambut pria yang kau punya bejibun, nasib tetap ada di tangan para barber dan guntingnya.

Ketika kita datang ke tukang cukur, kita punya harapan untuk setidaknya kita terlihat lebih tampan dari biasanya. Kita sudah punya angan tersendiri ketika datang ke barbershop, kita mau rambutnya gini dan gini. Ketika kita mengutarakan keinginan ke barber, pasti dia bilang siap, oke, iya mas, gassss, baiklah, dan jawaban lain yang serupa. Kita duduk, dikafani, eh ditutup kain, selebihnya pejah gesang nderek tukang cukur.

Sekarang bayangkan Anda sedang duduk di depan kaca, menunggu dicukur.

Tarik, cekres, sisir, tarik lagi, cekres lagi. Di depan cermin, Anda deg-degan menunggu hasil akhirnya. Tapi Anda merasa ada yang salah. Bagian itu harusnya cuma segini, bagian itu kok pendek, loh yang itu kok nggak dipotong, dan Anda sudah membayangkan bahwa ini bukan gaya rambut yang Anda inginkan.

“Mas, kok dipotongnya gini? Kayaknya tadi saya mintanya nggak gitu deh”
“Tenang, Mas. Saya tahu kok maksude njenengan, hasil akhirnya pasti sesuai”

Beberapa menit kemudian, ritual selesai. Kepala Anda disabeti pake handuk, diunyel-unyel biar rambut sisa tidak menempel di tubuh dan rambut Anda. Dan hasilnya? Benar sesuai.

Sesuai dengan mimpi buruk Anda.

Tanganmu mengepal, kepala langsung mendidih, dan Kyubi sudah ngawengawe minta segelnya dilepas. Tapi Anda tersadar ketika barber menyatakan tarif yang harus dibayar. Mau tidak mau, Anda harus pulang dengan gaya rambut pria terburuk sepanjang sejarah peradaban manusia. Wis elek, mbayar meneh.

Dalam hidup kalian, pasti ada satu momen saat potong rambut di mana apa yang Anda inginkan digarap berbeda oleh para barber. Berharap mirip Marco Reus, berakhir mirip wedhus, atau maksud hati pengen rambut kekinian malah ujungnya ambyar. Kita nggak bisa meminta rambut kita balik, dan harus menanggung derita.

Padahal ya kita sudah bilang secara rinci harus seperti apa, tapi berujung dipotong berbeda. Ada yang alasan kepalanya jajar genjang lah, rambutnya tipis lah, ada yang memang mukanya tidak tertolong, pokoknya berujung eyel-eyelan yang tidak berfaedah.

Saya nggak paham ada barber yang tetap memotong rambut tidak sesuai keinginan klien. Maksudnya kalau klien minta detil tapi eksekusinya sama sekali nggak sesuai dengan permintaan klien itu yang ngawur. Memang Anda-Anda ini dibekali kemampuan dan pengetahuan lebih tentang rambut dibanding klien Anda, tapi kan nggak tepat juga kalau Anda mengabaikan keinginan klien. Perkara ujungnya keliatan konyol, setidaknya klien itu yang minta.

Saya juga nggak paham ada barber yang diminta untuk potong gaya rambut ini bilang bisa, tapi ternyata nggak bisa. Saya punya pengalaman pribadi tentang ini. Saya minta rambut saya dicukur mirip Beckham, yang otomatis bagian pinggir lebih tipis. Alih-alih hasilnya rapi, rambut saya dipapras dan hasil akhir persis dengan rambutnya Gogon. Instruksi sama hasil bisa berbeda jauh, padahal ya dia menyanggupi.

Kalau nggak bisa atau memang nggak cocok, kan bisa dibicarakan, nggak langsung eksekusi. Gerilya itu butuh perencanaan, kalau asal pindah itu keluyuran. Gaya rambut juga sama, tidak asal papras, tapi ada perhitungannya. Barber sih aman, tapi bagi korban malpraktek, dia harus menanggung derita selama dalam waktu yang lama.

Bayangkan kalau yang jadi korban adalah orang yang punya tipe rambut yang tumbuhnya lama, berapa lama dia harus menanggung rasa malu?

Ini saya nggak memukul rata tiap barber kayak gitu ya, tapi bagi yang punya tabiat kayak gini, mbok dikurangi. Kasian para orang yang harus menanggung derita dan juga kekecewaan setelah pulang dari barbershop Anda. Kalau memang nggak bisa gaya rambut kekinian, nggak usah dipaksa, bilang aja. Klien juga pasti dengerin alasan Anda kok tanpa sakit hati.

Bagi para klien, saya sarankan tegas kalau barber mulai offside saat bertugas. Kalau nggak gitu, gaya rambutmu akan jadi hinaan untuk waktu yang lama. Saling mengingatkan saja sih, itu intinya. Dan jgua pegang satu hal, kalau memang nggak tertolong mukanya, jangan salahkan gaya rambut Anda. Nggak kok, nggak bercanda.

BACA JUGA Update Harian Virus Corona di Indonesia: untuk Pembaca yang Jenuh tapi Butuh Tahu dan artikel menarik lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version