Pentingnya Tidak Menjadi Mahasiswa Baru yang Polos

Mahasiswa baru haru kuat, bakoh, dan tetap berdiri walau diterpa angin senioritas.

MOJOK.CO Menjadi mahasiswa baru, berarti juga penuh dengan pengalaman baru. Yang sering membuat takut untuk melangkah dan akhirnya memilih menjadi biasa-biasa saja, atau polos lebih tepatnya. Namun, apakah menjadi mahasiswa yang polos situ tidak apa-apa?

Menjadi seorang mahasiswa baru memang sulit-sulit gampang. Sering kali apa yang dilakukan semacam menjadi simalakama. Serbasalah. Niatnya seperti ini, eh dikiranya seperti itu. Apalagi kalau sudah berurusan dengan kakak tingkat, sosok yang sering kali merasa tau segalanya. Walau memang mereka lebih berpengalaman, tapi bukan berarti tidak dapat salah. Namun biasanya, mereka akan menjadi seseorang yang sok tahu lalu mendominasi dan maunya menang sendiri.

Lingkungan yang seperti itu, sering kali membuat kita sebagai mahasiswa baru mudah merasa takut. Takut apa? Takut kalau ternyata apa yang kita lakukan itu salah. Nggak bener. Akhirnya, memilih menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja. yang manut sesuai dengan peraturan yang ada.

Wah, wah. Nggak bisa kayak gitu juga sih. Maka kali ini, Mojok Institute akan memberikan beberapa saran, agar teman-teman mahasiswa baru sekalian, menjadi mahasiswa yang nggak polos-polos amat. Karena apa? Karena yang belang memang lebih enak. Hadeh, apa sih. Gitu lah ya, pokoknya. Oke, lets see~

1. Berani menggunakan jatah bolos dengan baik dan benar

Menjadi seorang mahasiswa yang rajin memang sebuah kebanggaan dosen dan orang tua. Apalagi kalau tidak hanya rajin masuk, namun juga dapat masuk kuliah dengan on time. Daftar kehadiran di akhir semester pun terpampang nyata, 100%. Uwiihhh, pasti kamu bakal jadi andalan banget nih buat temen-temen lain yang sering bolos.

Tapi, Beb. Btw, kalau saran dari kami, jangan terlalu rajin sewaktu jadi mahasiswa. Memang masuk kuliah adalah kewajiban kamu sebagai mahasiswa. Tapi yang sangat perlu kamu ingat, bahwa kamu juga punya jatah bolos. Iya. Kamu punya jatah bolos yang bisa kamu manfaatkan sebaik-baiknya. Jadi jangan kamu sia-siakan kesempatan ini.

Jam kuliah yang kamu bolongi itu, bisa kamu gunakan untuk nonton drama korea atau masuk ke kelasnya gebetan kamu. Hadeee, mau bolos aja tetep gantinya ikutan kelas lain~

2. Tidak mudah dimanfaatkan oleh kakak tingkat

Seperti yang sedikit disinggung di atas, bahwa kakak tingkat itu tidak seluruhnya benar. Jangan terlalu polos menjadi orang dengan mengamini semua kata-katanya. Mereka juga manusia seperti kita, yang bisa salah.

Ingat hal ini, jika nanti takdir menempatkan kamu berada dalam satu kelompok dengan kakak tingkat, jangan mau dimanfaatin. Jangan sampai tugas yang katanya dikerjakan berkelompok itu, hanya dikerjakan oleh segelintir orang. Lalu si kakak tingkat ini menjadi diantara yang mengerjakan sekenanya atau bahkan tidak mengerjakan apa-apa. Jangan sampai dia cuma berleha-leha lalu setor muka dan nama. Dia juga punya hak dan kewajiban yang sama dengan kamu, Beb. Please, jangan manutan jadi manusia.

3. Tidak merasa takut pakai baju yang sama berturut-turut

Menjadi mahasiswa merupakan kondisi di mana kamu tidak perlu memakai seragam lagi.  Ini adalah kesempatan untukmu bisa mengenakan baju yang kamu banget. Asalkan tetap dalam koridor rapi dan sopan seperti yang disyaratkan. Tapi terkadang kebebasan ini, justru membuat bingung. Bingung enaknya pakai baju yang mana, kemudian takut kalau harus pakai baju yang sama selama berturut-turut. Akibatnya, baju numpuk di gantungan kos. Pasalnya, baju tersebut cuma dipakai sekali, masih belum layak untuk masuk laundry.

Padahal, Beb. Sebenarnya nggak ada yang peduli juga, kalau kamu pakai baju yang sama dua atau tiga hari berturut-turut. Kalau pun ada teman-temanmu yang sok-sokan sosialita itu ngeh dan berkometar. Terus apa? Kamu takut dihempas dari pergaulan yang cuma ngelihat penampilan? Jadi cuek aja deh. Nggak ada kok aturan di kampus yang melarang pakai baju yang sama berturut-turut. Mana kalau ada? Sini deh kirimin buktinya ke Mojok.

4. Tidak mudah terbawa aliran sesat atau pergaulan bebas.

Selama kuliah, jangan sampai kamu menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja. Yang temenan sama yang itu-itu saja. Kamu harus bergaul dengan siapa saja. Perluas pergaulanmu itu. Ini sangat penting, Beb. Dengan menjalin koneksi serta berjejaring sosial, maka kamu akan menjadi seseorang yang nggak cupu-cupu banget. Pengetahuanmu pun akan meluas.

Akibatnya? Kamu nggak akan mudah dicawe-cawe untuk ikutan aliran-aliran sesat atau pergaulan bebas. Kamu tidak akan mudah didoktrin yang aneh-aneh. Pasalnya, dengan pemikiran yang luas, lalu ada yang ngajakin kamu aktivitas agak aneh, pasti kamu bakal punya pikiran, “Apakah jalan yang kutempuh ini benar?” Pokoknya kamu tidak akan mudah terjebak, Beb.

5. Ada yang datang ke sidang atau wisudamu

Sebenarnya, poin nomor 5 ini hampir sama dengan poin no 4. Tapi karena beda manfaatnya, jadi kami memutuskan untuk dipisahkan saja. Biar pas 5, karena nomor ganjil terasa lebih yahud. Oke lanjut. Btw, ada lagi manfaat untuk tidak menjadi mahasiswa yang terlalu polos dengan memperluas pergaulan. Kamu bisa menunjukkan eksistensimu. Setidaknya dengan pergaulanmu yang luas, kamu bisa mengenal orang-orang seantero kampus –setidaknya fakultas– dari satpam hingga dosen. Dari mahasiswa yang suka naik gunung hingga yang suka kajian di masjid. Dampaknya, ketika kamu sidang dan wisuda, maka ada orang yang akan menghampiri kamu. Memberikan selamat, foto bareng, eh siapa tahu sekalian hadiahnya juga. Sungguh, ini sebuah pencapaian yang bakal membuatmu terharu. Di situlah kariermu dalam berjejaring nampak. Kamu dikenal.

Jadi, apakah kamu tetap memilih menjadi mahasiswa polos? Dengan segala manfaat yang dapat kamu peroleh kalau kamu nggak jadi mahasiswa yang polos-polos amat?

BACA JUGA Merencanakan Selebrasi, padahal Ngajuin Judul Skripsi Saja Belum. Kebiasaan! dan artikel Audian Laili lainnya

Exit mobile version