Penistaan Makanan yang Makin Marak Sebaiknya Dihentikan Sebelum Azab Diturunkan

penistaan makanan MOJOK.CO

MOJOK.COPenistaan makanan yang makin marak sebaiknya dihentikan sebelum azab diturunkan. Mulai dari sakit perut, sampai diabetes sudah di depan mata. STOP!

Ada yang bilang ini bentuk kreativitas. Ada pula yang mengutuk keras karena melihat tampilannya aja bikin muak, mual. Plis, gaes, tolong, hentikan aksi penistaan agama. Azab sakit perut sudah di depan mata.

Soal penistaan makanan, saya pernah melakukannya. Namun, saya rasa, yang saya lakukan masih pada tahap yang bisa dimaklumi. Jadi, sampai sekarang, salah satu menu favorit saya adalah martabak asin dikombinasikan dengan nasi putih hangat. Kamu bisa memakai cabai sebagai pendamping atau sekalian bikin sambal bawang.

Saya yakin banyak yang melakukan penistaan makanan semacam itu. Martabak asin atau disebut “martabak” saja di Jogjakarta, masih dianggap satu famili dengan gorengan. Karena masih famili gorengan, maka memakan martabak dengan nasi putih masih termaafkan. Nggak masuk akal kalau kamu makan nasi putih ditemani martabak manis! Duh, Gusti Allah!

Martabak manis, di Jogja, disebut “terang bulan” karena bentuknya menyerupai bulan separuh. Dari namanya saja sudah jelas, kan. Ada kata “manis” di sana. Kok ya bisa-bisanya ada orang yang makan marbatak manis rasa keju dengan nasi putih. Martabak manis mengandung gula yang tinggi + keju + nasi. Ini antara lapar, rakus, atau memang masokis dengan sengaja naikin gula darah. Suka ya kena diabetes?

Selain risiko diabetes, dari rasa saja sudah sangat berdosa. Marbatak manis jelas rasanya manis, nasi putih juga manis. Astaga, lidahmu terbuat dari gulali? Saya bisa memahami kalau ada orang suka makanan manis. Tapi, manis dari terang bulan + keju + cokelat + nasi putih itu salah satu penistaan makanan paling paripurna.

Selain martabak manis, Indomie juga sering kena penistaan makanan. Indomie goreng, sebagai salah satu makanan paling lezat di dunia sudah enak ketika dibikin apa adanya. Terkadang, yang apa adanya memang lebih memesona ketimbang yang berlebihan memoles diri.

Kamu tahu apa yang dilakukan para penista Indomie? Mereka mencampurnya dengan potongan Oreo dan es krim cokelat. WHAT THE DUCK!

Kamu punya masalah apa, sih? Lagi dan lagi, orang-orang so called kreatif ini memang sengaja pingin kena diabetes.

O belum berhenti di situ. Penistaan makanan kepada Indomie semakin parah. Mereka mencampurkan, misalnya potongan buah alpukat ke mie rebus, merendam Indomie goreng ke es doger, sampai mencampurkan Choco Cips ke Indomie goreng yang sengaja dikasih kuah. I mean, come on!!!

Es doger dicampur Indomie goreng itu antara memang menu atau sisa makanan yang sengaja dicampur untuk kemudian dibuang. Ya maaf saja, itu bikin mual, my friend. Indomie rebus dengan potongan buah alpukat. Kenapa nggak sekalian diblender, dicampur susu cokelat, boba, kopi, dan gula aren? Minumnya pakai sedotan steinlis. Biar jadi SJW lingkungan. Bikin racun kok setengah-setengah.

Dan yang terakhir, saudara-saudara, penistaan makanan terjadi kepada ayam geprek. Dunia sedang diributkan dengan Standard Operational Procedure ayam geprek atau ayam oles sambal, ketika ada pendosan melakukan penistaan makanan ayam geprek.

Kamu sudah tahu, kan, soal anggapan ayam geprek di luar Jogja tidak sesuai pakem yang ada? Ayam geprek di luar Jogja tidak ditumbuk secara serius. Cuma dipukul satu atau kali secara lembut lalu di atas dioles sambal. Padahal, ayam geprek yang konon sudah pakem, ayam gorengnya digeprek sampai hancur bersama ulekan cabai dan bawang putih.

Oke, soal perdebatan itu masih bisa dirembug secara musyawarah terbuka. Nah, ketika perdebatan mengarah produktif, ada sebuah warung yang kayaknya mau berinovasi. Begini isi menunya:

Nasi putih dibuat persegi panjang menggunakan wadah sabun batangan (WTF!) di atasnya ditaburi bawang goreng. Ayam digeprek tanpa cabai BERSAMA OREO! Kamu nggak salah baca. Dua kondimen itu digeprek sampai hancur lalu dimasukkan ke dalam wadah bersama nasi putih. Di atas geprekan AYAM DAN OREO ditambahkan susu kental manis rasa cokelat! Sebagai garnish, ditambah sepotong timun! NGAPAIN?! Nggak sekalian daun pohon beringin? Biar wingit.

Ada lagi yang ditambah boba!

Saya rasa, kucing yang paling nakal pun nggak mau nguntal menu seperti ini. Kucing juga punya harga diri meski sangat murah. Sudah? Belum! Masih ada ayam geprek dicampur boba! Ini cacing di dalam perut pun bakal sakit perut ketika dikasih makanan kayak gini. Cacing juga punya harga diri!

Haduh, saya cuma kuat sampai sini saja, malah bikin lapar nulis penistaan makanan seperti ini. Saya mau makan nasi campur Yakult saja bareng Ega Fansuri. Tenang, kami sudah sedia obat pencahar.

BACA JUGA Derita Orang yang Suka Pilih-pilih makanan atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version