Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Pojokan

Menutup Argumen dengan ‘Semua Kembali ke Pribadi Masing-masing’ Adalah Ciri Orang Goblok

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
8 Mei 2020
0
A A
pendapat argumen orang bodoh mojok.co pendapat argumen orang bodoh mojok.co Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan

pendapat argumen orang bodoh mojok.co pendapat argumen orang bodoh mojok.co Pentingnya Belajar Seni Membuat Alasan

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau ujung-ujungnya kembali ke pendapat masing-masing orang, ngapain lu bikin argumen, tong?

Dalam hidup kalian yang fana dan penuh derita karena ditinggal gebetan, kalian pasti pernah menemukan artikel, celetukan, thread, atau status panjang yang modelnya begini:

Awal tulisan: mengangkat sebuah masalah dan memproblematisirnya.

Tengah tulisan: memberi argumen ndakik-ndakik bahwa orang menyikapi masalah itu dengan cara yang tolol, salah banget, enggak bisa diterima.

Penutup: membuat kalimat pamunqkas yang sengaja banget ditulis, “Tapi itu semua kembali ke pribadi masing-masing, sebab pemaparan saya tadi hanya pendapat pribadi.”

*banting keyboard*

YAIYALAH KUDU BANTING KEYBOARD. Semua orang juga tahu tiap orang punya pendapat berbeda-beda. Itulah kenapa dalam seni berpendapat, dasar vitalnya adalah argumen yang kokoh. Kenapa kudu kokoh? Biar menangkis argumen orang lain yang udah klean-klean vonis salah.

Bayangin orang model “semua kembali ke pribadi masing-masing” berdebat sama pasangannya.

Pasangan: ADUH, INI KENAPA HANDUK BASAH DITARUH DI ATAS KASUR LAGI SIH?

Jawaban doi, semisal doi cowok: Namanya juga lupa. Lagian itu kasurku sendiri, kenapa kamu yang sensi sih? Sebaiknya kamu berhenti deh merecoki kebiasaan hidup semua orang. Yang menjalani aja nggak masalah, kenapa kamu yang heboh? Aku tekankan dari sekarang ya, setop ikut campur urusan orang.

Pasangan: *melotot*

Doi: Eh, tapi semua kembali ke pribadi masing-masing ding. Kalau kamu mau tetep marah, silakaN, hehehe.

Kalau kalian adalah salah satu pelakunya, saya mau nanya deh, biar apa sih bikin statement kayak gitu? Biar normatif dan dianggap menghargai perbedaan pendapat gitu?

Nga.

Kalimat penutup seperti itu justru membuat argumenmu jadi nggak penting untuk dibaca, mylov. Ya ngapain gitu kita harus mendengarkan argumenmu kalau ujungnya “Iki nek aku lho ya, nek kowe ora ngono ya nggak apa-apa”.

Kalau masih nggak paham betapa sia-sianya pernyataan macam itu, kita bikin studi kasus biar gampang. Ambil contoh masalah mudik di masa pandemi. Peraturan pemerintah memang melarang mudik, tapi nyatanya banyak bupati dan kepala daerah lain yang mempersilakan warganya yang merantau untuk kembali ke kampung halaman.

Ente lalu menulis puanjang argumen tentang mudik tuh harusnya dibolehkan. Awalnya ente ngasih argumen nggak ada larangan mudik dari kota yang tidak menerapkan PSBB. Di tengah-tengah, ente ngasih argumen pendukung, bahwa sepanjang protokol kesehatan dipatuhi, potensi seseorang jadi pembawa virus jadi minimal. Tapi di akhir ente bilang:

“YAaa iTu pEnDapAt sAya aJa SiH, baIKnYa meMAnG PeRaTurAn PemEriNtaH KitA pAtUhi.”

Ya ngapain bilang mudik nggak apa-apa, bambaaang. Kebanyakan atraksi lau.

Masih mending setelah ngasih pendapat kek gitu dibales dengan “opini yang bagus, Jawa, sekarang kembali mengaduk semen”, kalau ujungnya nggak digubris ya rugi bandar. Pendapatmu nggak akan dianggep soalnya pertama, kamu membebaskan orang tetap pada opini mereka, kedua kamu seakan hanya minta dikasih kesempatan ngomong.

Orang berargumen tujuannya adalah memberi insight baru agar pendapat-pendapat yang sudah ada bisa direvisi atau ditinjau ulang. Kayak skripsi itu lho, ngab, bab II kan isinya teori dan argumen-argumen yang dipakai acuan waktu menganalisis kasus. Situ nggak pernah nemu skripsi yang ahlinya ngomong, “Ini pendapat saya aja sih, semua kembali ke pribadi masing-masing” kan?

Saran saya kurang-kurangi atau malah hilangkan kebiasaan kayak gitu. Berbeda argumen itu biasa, nggak usah lau kasih tahu semua orang juga sampun ngertos. Kita nggak harus berusaha keras untuk menjaga hati seseorang karena pendapatnya dibantah demi menghindari masalah. Ya, emang ada kasus di mana mengkritik itu berujung diciduk, tapi ya terus jangan parno berpendapat tho, ngab.

Kalau orang berpendapat malah diciduk aparat, itu lain soal. Belum tentu argumenmu yang salah, bisa jadi aparatnya aja yang emang ampas.

BACA JUGA Jangan Kaget Kalau Ada yang Membela Ferdian Paleka Karena Perbedaan Bisa Dianggap Dosa dan artikel Rizky Prasetya lainnya.

Terakhir diperbarui pada 8 Mei 2020 oleh

Tags: argumenpendapatpenulis
Iklan
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

Tak Berniat Jadi Penulis, Tapi Hidup Berubah Karena Menulis | Semenjana Eps. 16
Movi

Tak Berniat Jadi Penulis, Tapi Hidup Berubah Karena Menulis | Semenjana Eps. 16

10 Juni 2025
Hairus Salim: Mengkritik Karya Pram dan Tiga Kata Kunci Mengenal Karya Pram
Movi

Hairus Salim: Mengkritik Karya Pram dan Tiga Kata Kunci Mengenal Karya Pram

18 Maret 2025
Menjadi penulis jika ingin sejahtera maka jangan hanya fokus menulis MOJOK.CO
Ragam

Panduan untuk Calon Penulis agar Hidup Sejahtera, Karena Tak Cukup kalau Andalkan Royalti Saja

19 Januari 2025
Seperempat Abad Puthut EA Berkarya, Percaya Jadi Penulis Hidupnya Bisa Sejahtera
Movi

Seperempat Abad Puthut EA Berkarya, Percaya Jadi Penulis Hidupnya Bisa Sejahtera

4 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Gudeg Jogja Menyengat Lidah Orang Surabaya, Bikin Pusing dan Hampir Saja Dia Membenci Kuliner Ini MOJOK.CO

Gudeg Jogja Menyengat Lidah Orang Surabaya, Bikin Pusing dan Hampir Saja Dia Membenci Kuliner Ini

4 Juli 2025
Kuliah S1 selama 4 tahun semakin tak relevan lagi karena nyatanya banyak sarjana pengangguran, beda dengan vokasi? MOJOK.CO

Kuliah S1 4 Tahun Terlalu Lama dan Tak Relevan Lagi karena Peluang di Dunia Kerja Lebih Nyata Vokasi?

4 Juli 2025
Yamaha NMAX Bukan Motor, tapi Benteng Takeshi buat Ibu-ibu Kayak Saya

Yamaha NMAX Bukan Motor, tapi Benteng Takeshi buat Ibu-ibu Kayak Saya

4 Juli 2025
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin dalam acara asalha mahapuja di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. MOJOK.CO

Indonesia Tipitaka Chanting: Ribuan Umat Buddha di Candi Borobudur Belajar tentang Penderitaan dan Cara Mengakhirinya

7 Juli 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.