Membedah Anatomi Tayangan FTV ala SCTV yang Menggemaskan

ilustrasi 5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu... mojok.co

ilustrasi 5 Elemen Wajib dalam FTV SCTV Angkatan Pertama. Kadek Devi, Kami Rindu... mojok.co

MOJOK.CO Tayangan FTV ala SCTV sudah menghiasi layar kaca semenjak gen Z belum mengenal apa itu cinta. Hingga saat ini nilai kekhasannya luar biasa, dan perlu kita bedah.

Tidak perlu gengsi mengakui bahwa kadang secara sadar maupun iseng, kita pernah nonton tayangan FTV, utamanya yang ada di SCTV. Tayangan ini nggak butuh dipikirkan berat-berat dan dianalisis semiotik bahkan framing-nya. Ibarat kata, FTV adalah hiburan instan yang membantu para sobat gabut menghabiskan waktu.

Saya dan tayangan FTV punya sebuah hubungan love and hate. Di satu sisi saya benci banget sama FTV yang ceritanya cenderung serba mudah dan serba mustahil. Di sisi lain saya penasaran banget dan terus-terusan nungguin tayangan FTV yang berani ngasih ending berbeda, ending yang sama sekali nggak diharapkan penonton.

Jadilah, dalam periode tertentu saya nontonin FTV terus karena motivasi yang aneh. Saya lebih layak disebut nggak ada kerjaan. Namun berkat rutinitas ini saya jadi tahu kalau anatomi tayangan FTV ala SCTV itu punya kekhasan yang bikin ngakak saat kita bahas satu demi satu.

Unsur #1 Judul yang edgy dan sangat mengikuti zaman

Formulasi judul tayangan FTV adalah yang paling jenius. Selama lebih dari tiga tahun saya kerja di media online, saya harus akui kejeniusan membuat judul begini langka banget. Ibaratnya, mereka bikin judul clickbait yang bertanggung jawab. Alias clickbait-nya itu nggak tipu-tipu.

Satria: Negeri Ini Butuh Es Tebu
Terinveksi Virus Tongseng yang Ku Mau
Culametan Met Met di Playground

Sungguh sebuah judul kreatif yang dipadukan dengan kearifan-netizen-lokal. Orang-orang cenderung akan meremehkan “Idih tayangan FTV apaan kok judulnya begini?” pada awalnya. Namun kenyataannya mereka nonton satu, dua scene, lalu ketagihan.

Saya bahkan nemu utas yang membagikan beberapa referensi kocak judul tayangan FTV.

Unsur #2 Lagu wajib D’Bagindas dan Yovie & Nuno

Jeng jettt jeng jettt…
Aku memang manusia biasa
Yang tak sempurna dan kadang salah

Lagu ini akan diputar sepanjang film, mau situasinya sedih, bahagia, kasmaran, bahkan marah-marah, pokoknya lagu ini harus diputar. Sungguh keren, karena sulit sekali menemukan lagu yang bisa cocok di segala kondisi.

Selain lagu “Manusia Biasa” milik Yovie & Nuno, lagu D’Bagindas yang judulnya “Suka sama Kamu” juga seolah jadi trademark tayangan FTV ala SCTV. Nih, silakan diputar sendiri kalau lupa lagunya. Hati-hati refleks berjoget.

Unsur #3 Cewek kuliahan pakai tas selempang, sialan.

Terkadang saya mikir kejauhan sata nonton FTV, kenapa sih cewek-cewek di FTV kalau berangkat ke kampus sempet banget dandan? Mana mereka selalu pakai tas selempang yang kelihatannya kayak nggak ada isinya.

Tas kayak gtu biasanya saya pakai buat ngemal, bukan buat ke kampus. Moon maap nih pemirsa, saya perlu bawa laptop, bukunya Deddy Mulyana dan Joseph Devito yang saking tebalnya bisa buat bantalan, ditambah buku gelatik kembar yang isinya catatan semua mata kuliah. Maka jangan salahkan cewek-cewek yang memutuskan bawa ransel ke kampus, karena memang bawaannya banyak.

Tapi, sudalah, bukankah nonton tayangan FTV itu nggak boleh mikir kejauhan?!

Unsur #4 Cinta yang mendobrak kesenjangan ekonomi

Kadang, tayangan FTV menampilkan seorang bos besar yang akhirnya jatuh cinta sama mbak-mbak salon. Ada juga yang menceritakan Kang Cilok yang akhirnya jadinya sama mbak-mbak yang mobilnya Audi.

Kesenjangan ekonomi dengan begitu saja diselesaikan atas nama cinta. Bisa jadi, tayangan FTV inilah yang menginspirasi Bapak Muhadjir Effendi untuk mengusulkan fatwa orang kaya menikahi orang miskin demi mengurangi angka kemiskinan.

Unsur #5 Pemainnya yang… khas

Aktor dan aktris yang main di tayangan FTV terkesan cuma itu-itu aja. Tapi jangan salah kawan, itulah yang bikin FTV punya kekhasan. Kalian bahkan sudah kebayang wajah pemainnya kalau saya sebut polisi FTV, orang kaya FTV, dan Mas-mas FTV. Semuanya sungguh menancap di ingatan.

Maka jangan sekali-kali sok nonton film-film Oscar dan mengatakannya bagus biar dibilang berbudaya. Di lubuk hati kalian terdalam ada sebuah kecintaan tanpa syarat terhadap tayangan FTV.

BACA JUGA Rumah Uya Settingan, Boomer dan Penontonnya Sudah Tahu atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version