MOJOK.CO – Anggaran janggal ini berupa dana pasir, tiner, helm proyek, Tipp-ex, sampai cat tembok untuk alat peraga siswa SMKN Bisnis Manajemen di Jakarta.
Sial benar nasib Pemprov DKI Jakarta. Anggaran yang dibahas DPRD DKI Jakarta periode kali ini ramai lagi, rusuh lagi. Usai geger-geger soal lem Aibon yang dibongkar oleh politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), kali ini anggaran DPRD DKI masih muncul juga banyak kejanggalan.
Adalah Ima Mahdiah, anggota DPRD dari fraksi PDI-P, yang membongkar ke publik soal anggaran janggal DKI Jakarta. Anggaran janggal ini masih ditemukan wabilkhusus di Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Pertama adalah soal anggaran untuk pasir senilai Rp52 miliar.
Secara sekilas, anggaran ini nggak akan janggal-janggal amat jika peruntukannya untuk membiayai renovasi bangunan sekolah. Ya bagus dong, kalau ada sekolah yang nggak layak gitu bangunannya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta bisa turun tangan langsung. Bukan cuma nunggu program tipi Bedah Rumah berubah jadi Bedah Sekolah.
Masalahnya, Ima Mahdiah menemukan kalau anggaran pasir ini masuk pada bantuan yang peruntukannya mengarah ke siswa sekolah. Bahkan secara khusus, bantuan ini diperuntukkan untuk siswa SMKN bisnis manajemen di Jakarta.
“Ini pasir, di situ tertulisnya untuk alat peraga sekolah. Totalnya Rp52 miliar buat apa itu? Dia di SMKN (jurusan) bisnis manajemen. Memangnya bisnis manajemen ada pasirnya?” kata dia.
Selain pasir, ada juga anggaran janggal untuk tiner, helm proyek, Tipp-ex, sampai cat tembok. Masing-masing total anggaran untuk tiner sebesar Rp40,1 miliar, helm proyek senilai Rp34,27 miliar, Tipp-ex senilai Rp31,61 miliar, cat tembok Rp18,91 miliar, dan kaca bening senilai Rp18,53 miliar.
“Terus cat tembok buat apa? Kan sudah ada renovasi sekolah sih, aku nggak tahu juga berapa triliun buat renovasi. Itu yang nanti mau kita pertanyakan di pembahasan RAPBD, mungkin di Banggar, juga nanti Komisi sudah selesai,” kata Ima Mahdiah.
Gara-gara temuan polisi muda dari PDI-P ini, tentu saja publik kembali dapat bahan bully untuk Pemprov DKI Jakarta. Belum kelar isu lem Aibon yang juga ramai, eh udah muncul lagi perkara ini. Lagi dan lagi, seperti tiada henti Pemprov diserang.
Puadahal ya, kalau kita mau berpikir positif dan mengedepankan khusnudzon, ada banyak manfaat dari anggaran janggal segeda gaban itu. Seperti, tadi disebut oleh Ima Mahdiah, siswa yang ditargetkan adalah siswa manajemen bisnis. Artinya, bisa jadi memang semua itu mau dipakai sebagai alat peraga beneran.
Lah? Alat peraga apa untuk siswa manajemen dan bisnis? Kan seharusnya hal-hal yang berkaitan dengan jurusan itu dong. Misalnya kalkulator gitu? Ini pasir, cat tembok, tiner, sampai helm proyek buat apaan dong? Kalau untuk alat-alat ini kan seharusnya yang jurusannya arsitektur atau teknik sipil gitu.
Hadeh, beginian aja pada nggak paham. Hayaa tentu saja untuk belajar bisnis dong. Lebih spesifik lagi bisnis…
…toko besi.
Jadi gini. Alat-alat itu digunakan sebagai alat peraga sebagai bahan jualan.
Misalnya, bagaimana cara siswa SMKN bisnis manajemen mampu mengelola alat-alat itu sebagai bahan jualan? Kan bisa aja di tiap sekolah nanti, anak-anak dibikin kelompok kreatif yang mengelola beberapa helm proyek, beberapa kilo pasir, dan beberapa cat tembok. Lalu mereka disuruh bikin toko gitu.
Barangkali Pemprov DKI Jakarta memang lagi ngajari kalau bisnis properti lagi oke-okenya nih di Jakarta. Dan salah satu lahan “basah” yang bisa digarap adalah menjadi wirausahawan toko besi. Keuntungan ini belum dengan menghitung beberapa proyek Pemprov DKI Jakarta untuk membangun infrastruktur kota Jakarta.
Coba lihat, betapa bersinerginya anggaran ini untuk masa depan siswa-siswa SMKN di Jakarta? Harapannya tentu saja, siswa-siswa ini bisa diberdayakan ke depan, sehingga mereka jadi punya toko besi semua nantinya.
Wah, kan keren banget itu. Sudahlah diajari bisnis yang cerah, dikasih modal lagi sama Pemprov DKI Jakarta. Coba, kurang keren apa mereka? Kurang peduli apa mereka sama peserta didik di Jakarta?
Hal yang mengherankan adalah, masih saja ada pihak-pihak yang menganggap ini anggaran janggal. Bahkan dianggap nggak masuk akal. Ya kalau sedari orok mikirnya udah fadlizon suudzon, ya susah sih kalau berpikir positif. Bawaannya negatif mulu.
Kalau kemudian ada pertanyaan lanjutan: oke, deh, kalau soal helm, pasir, dan tinder, eh, tiner itu masih nyambung kalau mau bikin wirausaha toko besi, lah kalau anggaran Tipp-ex senilai Rp31,61 miliar? Itu buat apaan coba?
Hadeh, haya jelas untuk menghapus poin-poin laporan keuangan siswa-siwa ini kalau ternyata ada yang nggak beres ketika “alat peraga” ini dimanfaatkan nantinya.
Ya kan siapa tahu, siswa-siswa ini mencontoh pemimpin-pemimpin mereka. Jadi biar mereka bisa lebih baik, maka disediakan Tipp-ex. Jadi kalau ada laporan janggal, ya tinggal di-Tipp-ex. Kan kalau tidak bisa mencontoh hal-hal baik, paling nggak mereka bisa mencontoh hal-hal agar kelihatan baik. Eh.
BACA JUGA Memahami Logika Atap JPO yang Dicopot Anies Baswedan atau tulisan AHMAD KHADAFI lainnya.