Memahami Amarah Saat Paketan Rusak dan Nggak Sampai Tujuan. Emosi Maksimal!

Memahami Amarah Saat Paketan Rusak dan Nggak Sampai Tujuan. Emosi Maksimal!

Memahami Amarah Saat Paketan Rusak dan Nggak Sampai Tujuan. Emosi Maksimal!

MOJOK.CO Paket poster idola yang tersobek oleh kurir itu menandakan cabik-cabiknya hati karena paketan yang nilainya turut rusak. Nggak ada yang nggak emosi kalau begini.

Sebelum ramainya orang belanja secara online, kita hampir nggak pernah dengar kendala soal paketan yang rusak, telat, tidak bisa dilacak, dst. dst.. Boro-boro, dulu mau belanja online aja mikir ribuan kali karena takut ditipu. Sekarang zaman sudah bergeser, dan problematika juga tercipta di antara berbagai kemudahan.

Seorang fans K-pop gedek bukan main saat mendapati paketan yang dia tunggu-tunggu telah rusak karena kurir atau pihak pengiriman yan agak rese. Poster idolanya robek jadi dua bagian. Pengirim sudah sedemikian rupa membungkus poster berbahan kertas itu dalam sebuah pipa paralon agar bentuknya nggak kusut dan mendarat dalam keadaan baik.

Tapi apalah daya. Ada tangan nakal yang motekin pipa paralonnya jadi dua. Mungkin ceritanya biar lebih enak dibawa. Hmmm, lebih enak dibawa ndiasmoe~

Saya paham betul bagaimana rasanya jadi si penerima paketan yang rusak itu. Setiap barang yang kita tunggu-tunggu menyimpan momentum spesial, meskipun saat itu kita cuma belanja alat masak. Saya yakin setiap orang punya harapan yang luar biasa perihal paketan barang yang mereka harapkan datang.

Masalahnya kalau rusak begitu, diganti uang pun si pengirim tetap akan dongkol. Bukan soal harganya, tapi soal betapa berharga nilai barangnya dan waktu yang kita habiskan buat menunggunya sampai. Kecuali kalau sebagai gantinya, ybs dipertemukan sama idolnya langsung oleh pihak jasa pengirim. Nah, mungkin ini cukup mengobati.

Jujur aja kecewa perihal menerima paketan rusak itu hampir sama kekinya dengan mengetahui kalau paket kita nggak sampai-sampai.

Saya hobi main kartu pos tiga tahun belakangan, tapi di tahun ini saya harus merelakannya dengan cuma-cuma. Bukan karena bosan, tapi karena kartu pos yang saya kirim dan yang seharusnya saya terima nggak ada yang sampai. Sumpah, sakit hati adek, Bang.

Beberapa kartu pos yang tulis penuh kehangatan itu seharusnya sudah sampai di Rusia, Jerman, dan Jepang. Sekitar empat kartu pos yang saya tunggu-tunggu dari beberapa kawan juga nggak ada yang sampai sama sekali tahun ini. Saya dosa apa ya sama Pos Indonesia. Pengin nangis rasanya.

Jangan kira saya belum pernah mencoba komplain. Saya telepon Pos Indonesia dan menanyakan kok bisa kartu pos nggak ada yang sampai. Tahun ini jumlah kartu pos yang berhasil saya kirim dan saya terima itu nihil.

Kurang lebih Pos Indonesia bilang pihaknya nggak bisa tanggung jawab karena kiriman dengan prangko nggak bisa dilacak pakai nomor resi. Ya iyalah Bos, seninya kan memang terletak di prangko. Mereka justru menyarankan lain kali ngirimnya pakai amplop yang rapet dan dipaketin layaknya barang kiriman. Biayanya juga beda.

Wait, what?

Lha, saya suka main kartu pos memang karena hobi. Kalau kartu posnya dimasukin amplop dan dipaketin, bukan hanya prangkonya nggak akan dapat cap pos, tapi nilainya hilang.

Tiga kartu pos seri Gotochi dari Jepang yang menggemaskan itu, yang sampai di tangan saya cuma satu. Ya Alloh, teman saya aja sampai capek ngirimnya. Katanya, kartu pos kalau dikirim ke Indonesia auto hilang. Ini Pos Indonesia apa orba?

Hingga kini, sebelum tidur malam kadang-kadang saya kepikiran. Kartu-kartu pos saya yang harusnya sampai itu ditilep siapa ya? Mau ngapain mereka nyimpenin kartu pos yang nama penerimanya saja bukan nama mereka. Aduh, aduh, merana dan emosi cuma dengan memikirkannya.

Dear jasa pengiriman, kalian tahu nggak sih kalau setiap benda yang seharusnya jadi milik kami itu begitu bermakna? Saking bermaknanya kami nggak bernafsu mengklaim asuransinya karena nilai barang itu bukan cuma pada harganya. Kalau paketan rusak begitu diterima, rasanya sama aja kayak diselingkuhin pas udah komitmen buat setia. Kalau paketan hilang dan nggak sampai kayak kartu-kartu pos saya, rasanya persis kayak di-ghosting pas lagi kasmaran. Jahaaadh!

Tolong lah, jasa pengiriman jangan bercanda lagi. Soalnya sakit hati kami ini serius.

BACA JUGA Kita Kudu Bayar Biaya Sewa Modem IndiHome dan Itu Nggak Masuk Akal atau artikel lainnya di POJOKAN.

Exit mobile version