Melihat Semesta Bekerja, Seperti Lirik Lagu Kunto Aji

ilustrasi Andai Multiverse of Madness Loki Beneran Ada, Boleh Kali Pindah ke Indonesia Versi Lain mojok.co

ilustrasi Andai Multiverse of Madness Loki Beneran Ada, Boleh Kali Pindah ke Indonesia Versi Lain mojok.co

MOJOK.CO Kebahagiaan dan kesedihan dalam hidup punya satu muara: semesta bekerja untukmu dan tak pernah salah langkah, apalagi salah alamat. Tapi, apa maksudnya?

Saya kira, di dunia ini hal paling sulit dipahami adalah semester pendek di perkuliahan kampus. Soalnya, meskipun namanya “pendek”, tetap saja rasanya panjang dan tak berkesudahan. Kepala tetap mumet, emosi tetap ingin njebluk.

Tapi ternyata, setelah hidup lebih lama dan diserang beberapa kegagalan yang menyayat hati, saya tahu ada istilah yang lebih bikin heran daripada “semester pendek”, yaitu “semesta bekerja”. Sekilas terdengar romantis dan puitis, sebagaimana bisa kita dengar dari lagu “Rehat”-nya Kunto Aji (“…biarkanlah semesta bekerja untukmu.”), namun tetap bikin heran: Memangnya sekaya apa, sih, kita sampai nyuruh semesta bekerja buat kita, padahal kita kan numpang tinggal di tengah semesta???

Baiklah, karena saya lahir dari rubrik Versus, mari kita mulai pembahasan ini dari KBBI. Menurut kamus, semesta berarti ‘seluruh; segenap; semuanya; seluruh dunia’.  Sementara itu, bekerja berarti ‘berbuat sesuatu’.

Singkatnya, “semesta bekerja” merujuk pada segala hal di dunia yang sedang berbuat sesuatu. Untuk apa? Kalau kata Kunto Aji—lagi-lagi dalam lagu “Rehat”—ya untuk kamu. Untuk masing-masing dari kita.

Lema ini saya kira kurang lebih sama dengan istilah yang dulu jauh lebih populer, yaitu mestakung alias semesta mendukung. Saya bahkan ingat waktu SD atau SMP menonton film pendek soal Law of Attraction yang berujung pada promosi buku The Secret yang ditulis oleh Rhonda Bryne.

Lewat “kekuatan” Law of Attraction, buku ini menjelaskan bahwa alam semesta ini punya hukum ketertarikan. Apakah ini sama dengan sugesti? Entahlah. Mungkin  saja. Tapi yang jelas, hukum ketertarikan tidak mengenal apa yang kita sebut “kebetulan”.

Diselingkuhin? Dapat undangan pernikahan di Sumatra? Lolos beasiswa ke luar negeri? Semuanya adalah apa yang bakal kamu dapat sesuai apa yang dirimu tarik, baik dari pikiran, doa, atau keyakinan (atau ketidakyakinan) yang kamu punya.

Tapi ternyata, semesta bekerja bukan cuma pakai hukum ketertarikan. Setidaknya, menurut Times Indonesia, masih ada enam hukum alam lain yang berlaku, termasuk hukum sebab akibat.

Pernah dengar pepatah “siapa yang menanam, ia yang menuai”? Hukum ini adalah wujud nyatanya, serupa dengan hukum Newton yang menyebut bahwa “setiap aksi akan menimbulkan reaksi yang sebanding dan berkebalikan”. Saya nggak tahu apa kata yang lebih tepat, tapi mungkin kita bisa menyebutnya dengan “kualat”, kalau konteksnya negatif?

Saya pernah pergi ke suatu tempat asing bersama keluarga, termasuk Nenek yang sudah sepuh. Saya mendapat tugas untuk memastikan Nenek pergi di bawah pengawasan saya, tapi ada suatu momen di mana Nenek ingin pergi sendiri dan menepis tangan saya.

Saya sebal dan ngambek seharian. Demi memenuhi kesedihan, saya bercerita kepada Kakak saat kami sedang berjalan-jalan. Kami ngobrol terlampau semangat sampai kami terpisah dari rombongan.

Tebak apa yang terjadi? Segerombolan orang merampok dompet saya.

Di dompet itu nggak ada uangnya sama sekali, tapi kehilangan surat-surat berharga dalam dompet tepat saat saya mengomel dan membicarakan nenek sendiri terasa cukup menyakitkan. Padahal, kalau dipikir-pikir, mungkin Nenek tidak bermaksud jahat. Ia cuma bosan. Alih-alih memahaminya, saya malah marah-marah dan memisahkan diri dari rombongan padahal ayah saya sudah berpesan bahwa kami harus selalu berjalan berdekatan.

Saya melanggarnya, dan lihat apa yang terjadi pada saya.

Semesta bekerja dengan cara yang misterius. Saya pernah berdoa untuk berkuliah di Jogja dan perlu waktu satu tahun penuh sampai doanya terkabul. Saya pernah bermimpi jadi penulis yang punya pembaca dan merasa itu hal yang nggak mungkin, tapi kemudian saya melihat lowongan pekerjaan redaktur di Mojok.

Rasanya aneh kalau bilang semesta bekerja untuk kita, tapi memang kadang kita harus mengakui bahwa ada hal yang berada di luar kontrol kita. Kalau sudah begitu, Tuhanlah yang akan turun tangan, meminta semesta bekerja lewat semua hukum yang berlaku, memberikan dan tidak memberikan apa yang jadi dan tidak jadi hak milik kita.

Agak njelimet, sih, tapi percaya deh, semesta bekerja beneran buat kita—buat saya dan buat kamu.

Jadi, yang tenang, ya!

BACA JUGA Ekspektasi Hipnoterapi Kayak Dihipnotis Uya Kuya, Eh Realitanya Gagal Total

Exit mobile version