MOJOK.CO – Jurgen Klopp memperkuat Liverpool lewat kepercayaan yang tebal kepada semua pemain. Ani Yudhoyono selalu percaya kepada kebaikan manusia-manusia politik.
Jurgen Klopp adalah pelatih spesialis pecundang. Ia kalah enam kali di partai final, partai yang paling membutuhkan pondasi mental. Ia dianggap tidak cukup kuat mental untuk menyelesaikan jenis pertandingan seperti ini. Ada pula yang menyebutnya sebagai pelatih paling tidak beruntung di dunia.
Namun, status itu gugur ketika Jurgen Klopp akhirnya bisa tertawa lepas bahkan menangis di atas podium. Bersama Liverpool, pelatih asal Jerman itu berhasil menjadi juara Liga Champions dengan cara paling sulit. Ada pula yang menyebut juaranya Liverpool adalah keajaiban, ketika berhasil memangkas defisit tiga gol atas Barcelona di babak semifinal.
Apakah keberhasilan Jurgen Klopp bersama Liverpool hanya soal kesabaran dan keajaiban (baca: keberuntungan) semata? Ada satu hal yang lebih bernilai dari sekadar kesabaran. Satu hal yang paling bernilai ini melambari semua kerja panjang dua entitas tersebut. Satu hal yang saya maksud adalah kepercayaan.
Unsur kepercayaan yang Jurgen Klopp tunjukkan kepada masing-masing pemain Liverpool bukan jenis kepercayaan pelatih kepada pemain semata. Bukan jenis kepercayaan antara orang dengan level lebih tinggi, kepada yang dibawah. Ini jenis kepercayaan yang sangat mengikat. Seperti kasih ibu kepada keluarga. Seperti cinta Ani Yudhoyono kepada SBY dan Partai Demokrat.
Sabtu (1/5), jauh sebelum sepak mula partai final Liga Champions, Indonesia tiba-tiba hening. Ani Yudhoyono, yang selama beberapa waktu dirawat di Singapura akhirnya tutup usia. Kanker darah menggerogoti sisa hidup Ani Yudhoyono. Ketika beliau meninggal di usia 67 tahun, yang terbayang adalah kepercayaan beliau kepada Pak SBY dan kepada masing-masing entitas yang berproses di dalam Partai Demokrat.
Jurgen Klopp membangun individu Liverpool, Ani Yudhoyono menghidupi
Liverpool menghabiskan lebih dari 300 juta paun untuk membangun skuat. Uang belanja sebanyak itu terbentang di tiga musim terakhir. Tambal dan sulam, jual dan beli pemain. The Reds sedang berusaha menemukan titik keseimbangan dan mengakhiri proses pendewasaan diri lewat berbagai rupa kekalahan.
Di tengah proses berulang itu, hadir dua bek sayap muda, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson. Dua bek muda yang hanya dianggap sebagai penambal lubang dari dua bek sayap senior Liverpool yang sedang cedera dan satunya mengalami penurunan performa secara signifikan. Mereka adalah Nathaniel Clyen dan Alberto Moreno.
Nathaniel Clyne adalah bek potensial yang diorbitkan Liverpool. Ia bahwa menjadi anggota reguler timnas Inggris. Sementara itu, Moreno adalah lesatan baru, bek muda potensial dari Spanyol yang sukses bersama Sevilla. Namun, cedera merenggut kaki-kaki mereka. Klopp, harus mempercayai dua bek muda yang dipandang sebelah mata.
Trent adalah anak bawang, sementara Andrew baru saja degradasi bersama Hull City. Ia dibeli Liverpool dengan mahar delapan juta paun. Murah meriah untuk bek muda modern. Jurgen Klopp paham satu hal: untuk Liverpool, determinasi dan kemauan untuk berlari lebih jauh dan bergerak lebih cepat sudah dimiliki keduanya.
Ia percaya kepada dua pemain “medioker” itu. Apa yang terjadi? Trent dan Andrew adalah pasangan bek sayap terbaik di Inggris, bahkan mungkin di dunia. Trent menggeser Clyne di timnas Inggris. Sementara itu, Andrew menjadi kapten timnas Skotlandia. Kepercayaan pada awalnya, totalitas yang didapat pada akhirnya.
Jurgen Klopp juga tidak berpikir terlalu rumit ketika memainkan Divock Origi ketika Roberto Firmino. Hanya dengan tiga tembakan, Origi mencetak tiga gol. Dua gol yang ia cetak di semifinal, mungkin, menjadi gol paling penting bagi Liverpool musim ini. Dan, salah satu gol Origi tercipta dari asis cerdik Trent. Kamu lihat, bukan. Kepercayaan yang kuat melahirkan kekuatan yang nyata.
Kasih Klopp kepada Liverpool seperti kasih Ani Yudhoyono kepada Pak SBY dan Partai Demokrat. Ketika SBY digoyang oleh isu yang tak sedap, mulai dari demo pembakaran fotonya hingga isu sudah pernah menikah, Ani Yudhoyono selalu ada untuk memberi dukungan. Di balik laki-laki yang tangguh, terdapat wanita kuat.
Ia menjadi batu karang tempat Pak SBY bersandar ketika menghadapi tekanan ombak kehidupan. Ani Yudhoyono menjadi baru karang dengan kepercayaannnya kepada orang-orang terkasih.
Muhammad Zainul Majdi, atau dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB), yang saat ini memegang jabatan Gubernur Nusa Tenggara Barat menyebut Ani Yudhoyono sebagai penengah ketika terjadi turbulensi di tubuh Partai Demokrat. Banyak konflik dan dinamika yang terjadi di internal partai mampu diredam dengan masukan dari Ani Yudhoyono sebagai penengah.
Ani Yudhoyono berhasil meredam dinamika internal partai saat TGB, yang saat itu masih menjadi anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, memutuskan mendukung calon Presiden Joko Widodo di Pemilu 2019. Sementara itu, Partai Demokrat mendukung Prabowo Subianto. Saat itu, TGB akhirnya memutuskan untuk keluar dari partai.
“Kehadirannya tidak hanya menenangkan secara psikologis, tapi ia juga menjadi katalisator, mampu memberi pandangan dan masukan yang baik di antara kubu-kubu yang berseberangan,” ungkap TGB menggambarkan peran Ani Yudhoyono seperti dikutip Kompas.
Lewat kepercayaan yang ditunjukkan, baik oleh Jurgen Klopp maupun Ani Yudhoyono, sebuah solusi hadir. Ketika tekanan kehidupan semakin berat, ketika ekspektasi semakin tinggi, kepercayaan dari para “patron” menjadi sangat bernilai.
Juaranya Liverpool adalah buah kepercayaan yang murni kepada semua pemain. Sementara itu, harmonisnya kehidupan keluarga Pak SBY dan adem ayemnya Demokrat, dibangun oleh percikan kepercayaan Ani Yudhoyono kepada manusia-manusia politik.
Menghadapi manusia politik bisa jadi pekerjaan yang merepotkan. Mereka punya pikiran “yang dinamis”. Menenangkan mereka adalah bukti nyata keberadaan seorang patron. Keberadaan Ani Yudhoyono sangat penting, berkat kepercayaan itu.
Selamat berbahagia Jurgen Klopp. Semoga husnul khotimah Ibu Ani Yudhoyono.