Dalam beberapa tahun terakhir, Jokowi terus dihantam oleh wacana terkait masa jabatan presiden tiga periode. Wacana tersebut pada mulanya mulai mengemuka pada akhir tahun 2019 lalu gara-gara pernyataan Saan Mustofa, Sekretaris Fraksi Nasdem yang sempat mengatakan kalau presiden yang sudah baik sebaiknya dilanjutkan. Terutama kalau apa yang dikerjakan sudah hebat.
“Jadi misalnya gini. Kalau kita punya seorang presiden yang baik, yang hebat, ternyata misalnya programnya belum selesai, tiba-tiba masa jabatannya habis, kan sayang. Ketika berganti akan ganti kebijakan, kesinambungannya kan terhenti,” kata Mustofa saat itu. “Makanya ada wacana, kenapa kita nggak buka wacana satu periode lagi menjadi tiga periode?”
Sebelum wacana itu membesar lebih jauh, Jokowi langsung merampungkan wacana tersebut dengan memberikan pernyataan bahwa dirinya menolak jabatan presiden tiga periode.
“Saya adalah produk pemilihan langsung berdasarkan UUD 1945 pasca reformasi. Posisi saya jelas: tak setuju dengan usul masa jabatan Presiden tiga periode. Usulan itu menjerumuskan saya.” Kata Jokowi.
Wacana itu kembali naik setelah sempat dibahas oleh Amien Rais dalam salah satu videonya. Kemudian sempat disinggung juga oleh Direktur Indo Barometer M. Qodari dalam sebuah webinar. Qodari menyatakan bahwa sangat memungkinkan bagi Jokowi dan Prabowo maju bersama di Pilpres 2024 sebagai pasangan capres-cawapres dan memunculkan skenario melawan kotak kosong.
Tentu wacana tersebut mendapatkan counter yang keras dari berbagai pihak. Anggota Dewan Pembina Perludem Titi Anggraini mengatakan bahwa UU 7/2017 tentang Pemilu memang memberi celah untuk tersedianya satu paslon capres, kendati demikian, hal tersebut bisa menjadi preseden yang buruk bagi demokrasi.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat itu menyatakan bahwa di internal MPR sama sekali tidak ada pembahasan terkait perpanjangan masa jabatan presiden dan wakil presiden dari dua periode menjadi tiga periode.
Tenaga ahli Kepala Staf Presiden (KSP) Ade Irfan juga menyatakan bahwa wacana masa jabatan presiden tiga periode hanyalah isapan jempol belaka.
Hingga pada puncaknya, Presiden Jokowi sendiri melalui akun media sosial resminya menyatakan bahwa dirinya tidak berminat menjadi presiden tiga periode. “Saya sama sekali tidak memiliki niat, juga tidak berminat, untuk menjadi presiden tiga periode.” Kata Jokowi.
Kelak, M. Qodari ternyata kembali “berulah”. Sosok itu bikin heboh publik setelah dirinya ikut menggaungkan gerakan Komunitas Jokowi-Prabowo 2024 atau Jok-Pro 2024. Ia bahkan sempat menghadiri talkshow di Mata Najwa pada 18 Maret 2021 lalu di mana dalam talkshow tersebut ia secara dengan penuh semangat berbicara tentang dukungannya terkait Jokpro 2024 dan sambil menggunakan kaos bergambar Jokowi-Prabowo.
Belakangan, dalam acara syukuran Kantor Sekretariat Nasional Komunitas Jok-Pro 2024 di Jakarta, pada Sabtu, 19 Juni 2021 lalu, M. Qodari didapuk menjadi penasihat Komunitas Jok-Pro 2024.
Banyaknya pemberitaan terkait wacana masa jabatan tiga periode tersebut, walau sekilas lalu tampak menguntungkan Jokowi, namun ternyata justru bikin Jokowi repot. Ia pusing sebab wacana itu memang memunculkan antipati dari masyarakat. Hasil survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan bahwa 74 persen masyarakat menolak masa jabatan presiden tiga periode.
Jokowi mau tak mau harus terus dan terus memberikan pernyataan bahwa ia tak berminat dan tak sepakat dengan masa jabatan presiden tiga periode. Hal tersebut semata untuk memberikan kontranarasi atas wanaca yang beredar.
Puncak kerepotan Jokowi itu pada akhirnya terjadi hari ini. Jika wacana masa jabatan presiden tiga periode sudah cukup bikin seorang Jokowi muak, maka kali ini, ia harus menerima kenyataan bahwa muncul wacana lain yang ternyata jauh lebih bikin pusing: wacana presiden seumur hidup.
Jokowi menerima laporan terkait wacana presiden seumur hidup itu dari salah seorang stafnya. Menurut Jokowi, stafnya itu mengatakan bahwa ada belasan kader beberapa partai yang berkumpul untuk membahas wacana menjadikan Jokowi sebagai presiden seumur hidup.
“Wacana gendeng itu, saya itu tidak sebesar Bung Karno, saya nggak layak untuk diminta menjadi presiden seumur hidup. Wong presiden tiga periode saja saya menolak, apalagi ini yang seumur hidup,” kata Jokowi kepada stafnya yang tidak mau disebutkan namanya. Hal tersebut berdasarkan keterangan dari sekretaris kabinet Pramono Anung yang saat itu ikut menemani Jokowi.
Kepada awak media, Pramono Anung mengatakan bahwa Jokowi cukup pusing dengan munculnya wacana-wacana aneh terkait masa jabatan presiden itu.
“Pak Jokowi ini pusing betulan, kasihan beliau, lama-lama bisa nggregesi,” terangnya yang langsung disambut tawa para awak media. “Presiden tiga periode belum rampung, ini nambah lagi presiden seumur hidup.”
Lebih lanjut, Pramono Anung tidak mau menyebutkan siapa saja kader partai yang berkumpul untuk membahas wacana Jokowi presiden seumur hidup.
“Kalau yang ini kami belum bisa bocorkan ke publik, biar diselidiki dahulu sama tim, biar tidak ada salah paham. Ini kan perkara sensitif,” terangnya.
Hantaman masalah seolah masih belum mau berdamai dengan Jokowi. Hanya berselang satu jam setelah kabar terkait wacana presiden seumur hidup itu diterima Jokowi, ia harus kembali mendapatkan “kejutan” lain. Kali ini, giliran Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang memberikan kabar yang tidak kalah mengagetkan itu.
Kepada Jokowi, Prabowo mengutarakan rencananya untuk berhenti menjadi menteri. Hal tersebut ia katakan secara terbuka di depan Jokowi dan disaksikan pula oleh Pramono Anung, Kepala Staf Presiden Moeldoko, serta beberapa staf lainnya di beranda istana.
“Mbok dipikir dulu, Pak,” kata Jokowi kepada Prabowo. Tampak betul Jokowi mencoba tenang walau banyak orang di sekitarnya yakin ia sedang sangat kalut.
“Ini sudah saya pikirkan matang-matang, Pak, sejak lama” jawab Prabowo mantap.
Rencana mundurnya Prabowo sebagai menteri ini tentu saja cukup membikin Jokowi terpukul. Beberapa staf yang ada di sana pun tampak terkejut. Maklum saja, beberapa hari sebelumnya, dalam wawancaranya bersama presenter dan mantan pesulap Deddy Corbuzier, Prabowo tampak amat solid dalam mendukung Jokowi.
“Saya sudah me-list beberapa kandidat yang menurut saya cocok untuk menggantikan saya, baik yang orang partai, maupun yang bukan, nanti biar bapak sendiri yang menentukan siapa yang paling cocok.” Kata Prabowo mantap.
Jokowi tampak terdiam. Ia hanya duduk sambil menempelkan tangannya ke dahinya. Pramono Anung yang duduk di sebelah Jokowi mencoba menenangkannya.
Prabowo yang saat itu menggunakan pakaian warna coklat beberapa saat kemudian pamit undur diri. Beberapa staf ikut mengantarkan Prabowo keluar.
“Kok malah koyo mene yo, Mas?” kata Jokowi kepada Pramono Anung, kali ini menggunakan bahasa Jawa. Yang diajak berbicara hanya bisa diam sambil mengelus pundak Jokowi.
Pandemi yang semakin gawat, wacana masa jabatan presiden, ditambah mundurnya Prabowo, tentu menjadi trisula maut yang membuat Jokowi bingung setengah mati.
Jokowi tampak pasrah. Wajahnya tampak sayu. Ia pun bangkit dari kursi lalu berjalan gontai menuju ruang kerjanya.
Namun, belum juga jauh Jokowi beranjak, mendadak dari arah samping, Prabowo dan juga Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Bidang Informasi dan Komunikasi Politik Juri Ardiantoro datang membawa kue. Lagu “Selamat ulang tahun” dari Jamrud pun langsung terdengar keras dari sound system di sebelah ruang kerja presiden.
“Selamat ulang tahuuuuuuuun…” kata Prabowo.
Jokowi kaget tak terkira. Ia kemudian melemparkan pandangannya ke samping, di sana, dari jauh, tampak banyak orang yang berdatangan menyambut Jokowi, termasuk beberapa menteri dan anggota staf kepresidenan. Semuanya kompak memakai topi kerucut.
Jokowi yang sedari tegang dan tampak gusar kini tampak sebal dan jengkel.
“Jigur, kena lagi,” kata Jokowi sambil menepok jidatnya. “Kalau sampai tahun depan kamu berani begini lagi, nggak perlu mundur, langsung tak pecat kamu, Pak!” Kata Jokowi kepada Prabowo yang tampak terkekeh.
“Ampun, Booos!” kata Prabowo sambil merenges. “Ini masih mending. Tadinya anak-anak malah pengin kasih kejutan kepada bapak dengan diikut di tiang bendera trus dilempari tepung.”
Jokowi tertawa. Ia kemudian melirik ke arah Pramono Anung. “Aktingmu apik, Mas.”
“Ya jelas, aku og,” balas Pramono Anung.
Sungguh sebuah adegan yang menarik. Tentu saja adegan di atas tak pernah terjadi di dunia nyata. Selain aneh, juga rasanya mustahil ada orang Indonesia yang cukup bodoh dengan mau melepaskan jabatan menteri yang didamba-dambakan oleh banyak orang.
Yang jelas, Selamat ulang tahun, Pak Jokowi. Usia boleh bertambah, tapi masa jabatan jangan.