Untuk produk motor, bir, rokok, dan produk-produk lainnya yang identik dengan konsumen laki-laki, hampir bisa dipastikan bahwa salesnya adalah perempuan.
Hal tersebut adalah imbas dari realitas dunia marketing, di mana laki-laki memang cenderung tertarik pada perempuan, termasuk produk yang ia jual.
Nah, jika menggunakan konsep tersebut, maka seharusnya produk-produk yang identik dengan konsumen perempuan seperti busana perempuan atau kosmetik, harusnya salesnya adalah laki-laki.
Nyatanya tidak. Sales untuk produk-produk perempuan sebagian besar tetap perempuan.
Mengapa bisa begitu? Usut punya usut, ada satu teori yang menyatakan bahwa hal tersebut ada sangkut pautnya dengan psikologi ketertarikan.
Lelaki cenderung tertarik dengan perempuan cantik, dan cenderung tidak suka dengan lelaki tampan (mereka menganggapnya sebagai pesaing). Sedangkan pada perempuan, mereka cenderung suka dengan lelaki tampan, tapi tidak benci dengan perempuan cantik (mereka malah cenderung mengagumi).
Itulah kenapa perempuan banyak yang jadi sales baik untuk produk lelaki maupun produk perempuan, sebab mereka disukai laki-laki namun juga tidak dibenci oleh sesama perempuan.
Saya sangat setuju dengan teori tersebut, sebab saya berkali-kali membuktikannya.
Kejadian siang hari tadi semakin mempertebal keyakinan saya.
Saya sedang bersama pacar saya di bandara siang tadi. Ia mengantarkan saya yang siang ini akan berangkat ke Bengkulu karena ada urusan pekerjaan.
Sebelum saya check in, kami duduk-duduk sebentar di depan gerbang masuk jalur pemberangkatan. Yah, sekadar menghabiskan waktu sejenak sebelum kami berpisah.
Kami ngobrol-ngobrol soal beberapa hal.
Saat kami sedang asyik ngobrol, mendadak lewat seorang perempuan yang, menurut mata lelaki saya, sangat seksi dan sintal. Pakaiannya sangat mini, sehingga pahanya yang putih dan indah terlihat dengan begitu jelas.
Mata lelaki saya bereaksi. Saya sempat melirik perempuan itu saat ia berlalu.
Walau hanya sebentar, namun pacar saya ternyata sadar kalau saya melirik perempuan yang secara visual sangat seksi dan menggoda itu.
Ia kemudian menghalau pandangan saya.
“Nggak usah lama-lama ngelihatinnya…” katanya dengan pasang tampang jengkel.
Saya yang sudah kadung ke-gep tak bisa mengelak.
“He he he, mbaknya seksi,” kata saya.
Saya kemudian fokus kembali pada pacar saya. Kami melanjutkan obrolan kami yang tadi sempat terputus sejenak karena kehadiran si perempuan seksi.
Tak berselang lama, pacar saya mendadak menengok ke arah perempuan seksi yang tadi sempat saya lirik.
Ia kemudian berkata kepada saya, “Iya, je Mas. Mbaknya seksi. Pahanya bagus…”
Saya tertawa terbahak.
“Kandhani og!!!”