MOJOK.CO – Survei yang dilakukan BPS membuktikan bahwa konsumsi bidang pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan melemah di 2019. Selanjutnya Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik bilang milenial lebih suka kopi dari pada beli baju.
Sebagai orang yang nggak peduli-peduli amat dengan fesyen, saya memahami mengapa orang-orang jadi malas beli pakaian. Rasanya zaman sekarang, nongkrong dan pergi makan keluar hanya pakai celana tidur saja dimaafkan.
Makanya, saat mengetahui hasil survei yang dilakukan BPS tentang bergesernya pola konsumsi, saya nggak kaget.
Survei BPS membuktikan bahwa faktor yang sebelumnya jadi tonggak pertumbuhan konsumsi rumah tangga, menurun di kuartal akhir 2019. Selama ini pengeluaran masyarakat di bidang pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan mampu membantu pertumbuhan konsumsi namun angkanya menurun jika dibandingkan tahun 2018.
Dilansir melalui Katadata, pada 2018 kompenen tersebut tumbuh sebanyak 4,12%, sementara pada akhir 2019 pertumbuhannya hanya mencapai 3,76%.
Sementara itu ketika ditanyai, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik mengungkapkan kalau milenial sekarang lebih doyan nongkrong dan minum kopi ketimbang beli baju. Meski celetukan ini nggak didasarkan pada angka, saya tahu celetukan ini didasari oleh jiwa boomer yang sebal lihat muda-mudi menghabiskan waktu sambil nongkrong karena lebih suka kopi.
Saya lalu menanyai teman-teman saya perihal perilaku konsumsinya. Ternyata mereka memang nggak pernah menyediakan dana khusus untuk beli baju. Ada yang menyiapkannya hanya untuk suatu momen saja, misalnya Lebaran, atau Natalan. Selebihnya mereka suka pakai kaus biasa, polos nggak apa-apa yang penting bisa dipakai.
Lalu saya juga menanyai mereka tentang kebiasaan ngopi. Ternyata nggak semuanya suka kopi dan kalau pun suka kadang ada yang belain bikin sendiri. Tapi untuk urusan jajan, makan di luar, dan kopdar tipis-tipis, mereka sering melakukannya bahkan ada yang lebih dari tiga kali seminggu.
Ternyata bukan cuma urusan kopi, tapi juga nongkrongnya.
Nyatanya kalau kalian muak karena saya menyanggah Bu Sri nggak pakaI data, well objek sanggahannya pun bukan data. Saya juga dirasuki jiwa milenial yang suka ngopi sampai larut dan cerita ngalor ngidul soal kehidupan. Saya sungguh merasa kalau ngopi-ngopi itu layak dilakukan ketimbang beli baju.
Baiklah, bicara angka, 23,3% pendapatan milenial di Amerika memang dihabiskan untuk nongkrong sambil minum. Sementara di Jakarta nggak jauh beda. Sebanyak 23,3% pengeluaran milenial adalah kongko di kafe. Bukti bahwa mereka lebih suka kopi dan tongkrongan.
Angka ini termasuk lumayan mengingat kebutuhan milenial itu banyak. Mulai dari kesehatan, nabung buat beli rumah, nabung buat nikah, belum lagi mereka yang terjepit sebagai generasi sandwich. Nggak heran kalau kebutuhan untuk fesyen sedikit terabaikan.
Di sisi lain saya jadi suka dengan penampilan apa adanya yang tidak sengaja dikampanyekan milenial. Meskipun nongkrong pakai kaus oblong dan sandal jepit, tapi barista di kafe nggak pernah menolak pesanan kita. Justifikasi seseorang berdasarkan pakaian jadi makin luntur. Benar-benar menuju sebuah filosofi dont judge a book by it’s cover.
Ada untungnya juga lebih suka kopi ketimbang fesyen.
Beda dengan tempat sok resmi lain yang kadang sudah nggak percaya duluan karena lihat penampilan. Bayangkan, teman saya pernah hampir diusir dari gerai jam tangan mahal di mal karena kesana pakai celana pendek dan tas ransel jelek. Tapi keluar dari gerai itu dia beli jam tangan harga puluhan juta. Mamam tuh!
Jadi, bodo amat soal fesyen karena kualitas kita bukan dilihat dari baju.
BACA JUGA Dear Coffee Snob, Pernah Coba Konsumsi Kopi untuk Diet? atau artikel lainnya di POJOKAN.