Kasus Kaca Kereta Api Dilempar Batu Adalah Pertanda Orang Indonesia Memang Belum Siap (dan Nggak Pantas) Dapat Hal-hal yang Baik

Kasus Kaca Kereta Api Dilempar Batu Adalah Pertanda Orang Indonesia Memang Belum Siap (dan Nggak Pantas) Dapat Hal-hal yang Baik

Kasus Kaca Kereta Api Dilempar Batu Adalah Pertanda Orang Indonesia Memang Belum Siap (dan Nggak Pantas) Dapat Hal-hal yang Baik

Kasus kaca kereta api dilempar batu yang belakangan viral membuat saya murka dan bertanya-tanya: apa yang salah dengan kalian?

Kereta, bagi saya adalah moda transportasi paling aman dan nyaman. Saya pun memutuskan jika harus bepergian ke luar kota bersama keluarga, kereta adalah moda yang pasti akan saya tunggangi. Tapi rasanya tak lucu jika besok-besok saya harus takut ada batu masuk dari kaca tempat saya bersandar di gerbong. Lebih menakutkan lagi jika ternyata batu tersebut memecahkan kaca di tempat putri saya duduk.

Bayangkan, kalian menikmati tidur nyenyak di gerbong eksekutif yang empuk, dibuai oleh white noise dari gesekan roda dengan rel, plus semburat angin dari AC memelukmu lembut, tiba-tiba kedamaian tersebut remuk oleh batu yang dilempar oleh manusia brengsek dengan otak sebesar kaca polong.

Bayangkan.

Saya pernah bodoh, tapi kereta api dilempar batu? That’s next level of stupidity

Saya pernah muda. Saya melakukan banyak hal bodoh, tentu saja. Tak terhitung banyak hal yang bikin malu saya lakukan. I’ve done so many things I am not proud of. Tapi melempar batu ke kaca kereta api? Tidak, saya tak segoblok itu.

Saya benar-benar yakin, tindakan ini dilakukan oleh orang yang merasa bahwa dia amat keren. Orang ini pasti merasa dia begitu hebat telah melakukan sesuatu yang melawan hukum. Mungkin orang ini sedang membaca berita dan merasa hebat karena yakin tidak tertangkap. Dalam tongkrongan, dia akan membanggakan diri jadi tersangka kasus kaca kereta api dilempar batu.

Orang-orang seperti ini banyak, sayangnya. Banyak orang merasa mereka adalah manusia terhebat dan berkualitas setelah melanggar hukum. Mengeroyok orang, korupsi, ngutil, makan gorengan 10 ngaku 2, kek gini banyak.

Perkara banyak orang rugi, bahkan mungkin meregang nyawa, mereka tak peduli. Justru makin parah korbannya, makin menggila mereka. Dan mereka yakin tak akan menerima konsekuensi, karena penegakan hukum kelewat lemah.

Dan dari kasus kaca kereta api dilempar batu ini, saya punya satu usulan untuk PT KAI.

PT KAI tak boleh terima ajakan damai

Menurut saya, PT KAI harus melakukan investigasi menyeluruh. Kerahkan sebanyak mungkin sumber daya. Tangkap pelakunya, lalu tuntut dengan percobaan pembunuhan. Saya tahu ini bisa atau tidak, tapi intinya, tuntut mereka dan bawa ini ke pengadilan.

Kalau perlu, undang media, selalu update kasus ini. Kenapa? Agar menjadi contoh, mengirimkan pesan pada calon orang goblok yang akan melakukannya. Hukum seberat mungkin agar tidak main-main dengan nyawa. Agar, kasus kaca kereta api dilempar batu ini tak akan terulang lagi.

Jangan ambil langkah damai. Nggak ada ceritanya pake kartu rakyat kecil lagi. Gila aja damai, padahal nyawa jadi taruhan. Kredibilitas KAI justru bisa runtuh kalau sampe damai. Artinya, mereka mau damai pada orang iseng yang niat membunuh orang.

Baca halaman selanjutnya

Oknum, lagi-lagi oknum

KAI sudah melakukan yang terbaik untuk penumpang. Memperbaiki armada, memastikan kereta api tak pernah telat, memastikan kursi nyaman, dan memberikan pelayanan yang maksimal. Mereka tak pantas diperlakukan buruk, apalagi dilempari batu. Brengsek.

Saya sampai punya pikiran jelek: orang Indonesia emang nggak bisa dikasih hal-hal bagus. Dikasih jembatan, bautnya dicopot. Dikasih transportasi bagus, jalurnya direbut. Sekarang, kereta api dilempari batu. Memang anjing.

Oknum this, oknum that

Iya, saya tahu, itu hanya oknum. Itu hanya beberapa orang tak bertanggung jawab. Tapi jujur saja, berapa infrastruktur umum yang dirusak, dicoret-coret, diambilin bagian-bagiannya?

Dilansir dari Nusantara TV, tahun lalu, 7 kaca gerbong kereta api dilempari oleh oknum tak bertanggung jawab. Dua orang harus jadi korban gara-gara tindakan goblok bin biadab ini.

Semoga KAI beneran mengusut kasus ini hingga tuntas, dan jangan ambil langkah damai. Pada titik ini, tindakan nekat nan bodoh ini sudah di luar batas. Sebab, di dalam gerbong-gerbong melintas, banyak manusia-manusia yang ingin pulang bertemu hati-hati yang mereka tinggalkan begitu lama, tanpa harus memakai perban di kepala mereka.

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jogja, Kota yang Keburukannya (Entah Kenapa) Selalu Dimaafkan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.

Exit mobile version