Kalau Abdul Somad dan Adi Hidayat dukung 02 lalu Yusuf Mansur dan TGB dukung 01 Emang Kenapa?

MOJOK.CO – Repotnya jadi Abdul Somad, Adi Hidayat, Yusuf Mansur, dan TGB. Menyampaikan pilihan aja diserang sana-sini. Maju kena, mundur kena nih.

Jelang detik-detik pencoblosan Pilpres 2019, dua ustaz paling dikenal beberapa tahun ke belakang menyampaikan dukungannya ke salah satu calon presiden. Adegan Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Adi Hidayat bercengkraman dengan capres nomor urut 02, mengisyaratkan secara jelas bahwa keduanya mendukung Prabowo Subianto.

Beberapa respons positif pun menghampiri kedua ustaz yang dikenal secara luas—tentu dari pendukung pasangan calon nomor urut 02. Bahkan Adi Hidayat diketahui sampai sowan langsung ke kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan.

Abdul Somad pun tak kalah, bahkan Prabowo sampai diberi dua cenderamata, sebuah tasbih dan sebuah parfum. Dalam adegan pertemuan tersebut, terlihat bagaimana Prabowo sampai tak kuasa menahan haru ketika Abdul Somad memberikan pesan-pesan penting.

Jauh sebelum bertemu secara langsung dengan Prabowo, beberapa kali penceramah yang berasal dari Sumatra Utara ini sering dikaitkan dengan kubu 02. Meski sepanjang itu pula, Abdul Somad tak pernah secara terbuka menyampaikan bahwa dirinya mendukung. Bahkan keengganannya untuk menjadi cawapres mendampingi Prabowo mengisyaratkan Abdul Somad netral-netral saja.

Akan tetapi, jelang beberapa hari pencoblosan, secara terbuka Abdul Somad menyampaikan dukungan tersebut. Hal yang tak berselang lama disusul dengan Adi Hidayat—sahabat baiknya.

Sebelum kedua penceramah ini menyampaikan dukungan, Ustaz Yusuf Mansur dan Muhammad Zainul Majdi atau yang lebih dikenal Tuan Guru Bajang, sudah lebih dulu menyampaikan secara terbuka mendukung Joko Widodo atau Jokowi.

Bedanya, ketimbang dukungan Adi Hidayat dan Abdul Somad yang berlangsung selo-selo aja, respons yang menimpa Yusuf Mansur dan Tuan Guru Bajang jauh lebih keras. Beberapa kali kedua sosok ini sering diserang.

Tentu tak menutup kemungkinan hal yang sama juga bisa dialami Adi Hidayat dan Abdul Somad. Hanya saja sampai tulisan ini kamu baca, belum ada “serangan” berarti dari kedua ustaz yang disukai banyak kalangan karena ceramah mereka yang santun dan kadang lucu itu.

Padahal, tak menutup kemungkinan, pendengar ceramah Adi Hidayat dan Abdul Somad juga seseorang yang memilih Jokowi besok saat pencoblosan.

Di saat keempat tokoh ini secara terbuka menyampaikan pilihannya masing-masing, sentilan-sentilan nyinyir muncul. Kubu Prabowo—kita tahu—selalu diserang persoalan “politisasi agama”, hal yang sama juga terjadi saat ada tokoh yang mendukung Jokowi bakalan diserang soal “ada udang di balik batu”.

Seperti kasus Paytren Yusuf Mansur dan persoalan jabatan TGB sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diungkit-ungkit ketika menyatakan dukungan ke Jokowi. Atau Adi Hidayat dan Abdul Somad yang bisa saja bakal dituduh “memasukkan politik ke kegiatan keagamaan”.

Padahal, jika melihat keempat tokoh tersebut, tidak ada satu pun dari mereka yang menyerang atau menyudutkan kubu sebelah. Tidak Abdul Somad, tidak pula Yusuf Mansur. Masing-masing mencoba melihat secara positif pilihan yang sudah mereka ambil.

Bahkan Adi Hidayat, dalam kesempatan berbeda sampai mengeluhkan sikap para pendukung capres yang doyan saling menyerang.

“UAH dan UAS sahabatan milih nomor 2 ya nggak apa-apa, kenapa ramai? Ya udah nggak usah ribut gitu kan? Kan kita saling hargai saja satu sama lain. UYM-TGB pilih nomor 1 kita hargai. Jangan ribut jangan mencela,” kata Adi Hidayat.

Hal yang sama juga coba disampaikan Yusuf Mansur.

“Silakan masuk di 02, silakan masuk di 01, tapi jadilah pendukung yang berbeda. Jadilah kemudian barisan yang berbeda. Usahakan ada akhlak. Jangan ikutan yang negatif-negatif,” kata Yusuf Mansur.

Lucunya, meski sudah disampaikan sebegitu kencang baik oleh Adi Hidayat, Abdul Somad, sampai Yusuf Mansur ini, riuh komentar emosional netizen pendukung 01 dan 02 masih saja muncul. Bahkan makin kencang. Terutama ketika tahu ustaz yang diidolakannya ternyata punya dukungan yang berbeda.

Mendadak lalu muncul prasangka-prasangka buruk yang belum jelas juntrungannya. Seolah-olah keempat tokoh ini harus punya preferensi politik yang sama.

Hedeh, benar-benar sekelompok manusia yang benar-benar menggemaskan sekaligus mengherankan.

Jika tak sama maka dianggap ada sesuatu yang salah. Lalu berpaling dari ustaz tersebut sambil mencela-cela. Jika tidak seragam diserang lalu doyan mengumbar-umbar aib yang bisa berujung fitnah, jika pilihan politik beda ada aja jamaah yang baper lalu menganggap bahwa selama ini dirinya salah udah dengerin ceramah si ustaz tersebut.

Lah, kamu pikir tokoh-tokoh ini harus nurut sama kamu? Mereka kan juga manusia. Punya pertimbangan sendiri. Menyampaikan alasan-alasan sesuai dengan pengalaman hidupnya masing-masing.

Kalau punya pendapat berbeda kok tiba-tiba jadi musuh, betapa kasihan sekali hidupmu itu.

Beda pilihan menu makanan dimusuhi, beda pilihan ormas dilawan, beda pilihan capres dicela-cela. Lah kamu itu maunya gimana? Hidup sama orang yang selalu sepakat dengan pendapatmu terus-terusan?

Nabi aja dari zaman jebot selalu berurusan sama umat yang nggak seragam pemikirannya, kamu kok maunya semua orang satu suara. Harus sama kayak pilihanmu lagi. Calon presiden bukan, tim sukses bukan. Pyongyang, eh, ngomyang aja kerjaannya.

Ealah. Ngotot minta pemimpin yang adil, giliran bersikap adil sama ustaz yang beda pilihan aja kagak bisa. Endonesa, Endonesa.

Exit mobile version