Jangan Senang Dulu, Luhut Binsar Panjaitan Itu Minta Maaf Bukan ke Rakyat

luhut ppkm level 3 mojok.co

luhut ppkm level 3 mojok.co

MOJOK.COLuhut Binsar Panjaitan bikin pernyataan mengejutkan ketika minta maaf secara live di hadapan televisi. Waw. Dapaniya?

Tak ada yang lebih mengharukan ketika mendengar pejabat tinggi meminta maaf karena kesalahannya. Kerendahan hati yang melegakan ketika didengarkan oleh rakyat kebanyakan. Hal-hal kecil ini yang kadang diperlukan.

Dan situasi cukup melegakan itu muncul malam tadi (17/07). Luhut Binsar Panjaitan, Presiden Republik Indonesia Menko Bidang Kemaritiman, menyampaikan permintaan maaf secara live di televisi nasional.

“Sebagai koordinator PPKM Darurat Jawa-Bali, dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia, jika dalam penanganan PPKM Jawa-Bali ini masih belum maksimal,” kata Luhut.

“Dan penyaluran bansos kepada masyarakat dapat berjalan,” tambahnya.

Permintaan maaf ini memang terkesan menggambarkan sikap ksatria Luhut Binsar Panjaitan, sayangnya, kalau kamu-kamu-kamu perhatikan lagi kalimatnya, maka penyesalan itu sebenarnya bukan penyesalan untuk rakyat, tapi penyesalan karena tak mampu menyelesaikan program.

Oke deh, kamu mungkin anggap saya terlalu nyinyir, tapi jujur, ketika saya mendengar Luhut Binsar Panjaitan minta maaf… ada harapan yang muncul di kepala saya, bagaimana kalimat permintaan maaf itu meluncur dari mulut penuh ketegasan seorang Menko Kemaritiman seperti Luhut Binsar Panjaitan.

Begini kalimat yang ada di kepala saya kalau ada pejabat minta maaf tentang Covid-19:

“Saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya dan bertanggung jawab penuh atas nyawa-nyawa yang hilang. Sulit untuk menghitung duka yang diakibatkan hilang nyawa dengan cara yang tragis dalam setahun terakhir.”

Oh, itu bukan kalimat di kepala saya ding. Itu kalimat dari Perdana Menteri Inggris. Boris Johnson, karena kasus Covid-19 kembali bermunculan di Inggris beberapa bulan lalu.

Atau kalimat lain yang sempat muncul di kepala saya.

“Sebagai orang yang bertanggung jawab, saya meminta maaf.”

Itu juga bukan kalimat bikinan saya, itu kalimatnya Yoshihide Suga, Perdana Menteri Jepang, pada awal 2021 kemarin.

Atau ketika Direktur Jenderal Kesehatan Selandia Baru, Ashley Bloomfield, yang meminta maaf karena kembali muncul 3 kasus corona di negaranya pada bulan Juni 2021.

HANYA 3 KASUS CORONA DAN PEJABATNYA MINTA MAAF? MUKEGILE!!!

“Saya tentu saja kesal dengan itu dan saya meminta maaf bahwa kita berakhir pada posisi ini,” kata Ahsley Bloomfield.

Tolong perhatikan lagi-lagi fokusnya. Beda pejabat tanah air dengan pejabat-pejabat luar negeri.

Permintaan maaf Perdana Menteri Inggris, Jepang, dan Pejabat Selandia Baru itu disampaikan ke rakyat karena pengakuan mereka dalam kegagalan mencegah kematian-kematian warganya akibat Covid-19, bukan pengakuan kegagalan karena tak berhasil selesaikan program.

Permintaan maaf yang disampaikan Luhut memang ada disclaimer disampaikan untuk ke rakyat, tapi kalimat “jika dalam penanganan PPKM Jawa-Bali ini masih belum maksimal” itu bukan bentuk permintaan maaf ke rakyat, itu bentuk laporan pertanggungjawaban ke atasan. Permintaan maaf ke atasannya Pak Luhut.

Etapi, jangan khawatir. Mungkin Pak Luhut Binsar Panjaitan tidak bermaksud begitu.

Mungkin maksud kalimat sebenarnya memang betul-betul menyesali bahwa sudah banyak kematian di masyarakat karena Covid-19 dan mewakili pemerintah untuk minta maaf ke rakyat. Hanya saja maksud hati dengan kata-kata yang tertulis di kertas dan yang keluar dari mulut kadang nggak sinkron

Maklum, mulut manusia kan memang kadang tidak bisa dikendalikan. Bahkan meski berkali-kali bilang semua sudah terkendali.

Bener gitu kan, Pak?

Eh.


BACA JUGA Kalau Pak Luhut Bilang Penanganan Pandemi Itu Terkendali ya Berarti Itu Terkendali atau tulisan soal ghibahin Pak Luhut Binsar Panjaitan lainnya.

Exit mobile version