Jangan Pernah Sepelekan Kursus dan Pelatihan

pelatihan

Saya menjalani karier kepenulisan saya dengan berproses di banyak tempat, dan Rumah Gemilang Indonesia adalah salah satunya.

Rumah Gemilang adalah semacam pusat kursus atau pelatihan kerja milik Lembaga Amil Zakat Nasional Al-Azhar yang berlokasi di Sawangan, Depok. Saya dikirim ke pusat pelatihan ini tahun 2011 silam. Pengirimnya adalah juga sebuah lembaga amil zakat berbasis di Magelang bernama DKD (Dana Kemanusiaan Duafa). Saya dikirim bersama 7 orang lain untuk belajar di sana.

Di Rumah Gemilang, saya masuk kelas desain (kelas yang lain adalah kelas foto video, komputer, dan tata busana).

Dulu pertama kali ikut pelatihan di Rumah Gemilang, saya tak berharap banyak. Saya hanya ingin mencoba belajar desain agar kelak bisa bikin desain-desain sederhana buat kaos, banner, gambar cover facebook.

Dan saya tak menyangka, Bahwa ternyata, ilmu yang saya dapatkan di lembaga pelatihan inilah yang kemudian membantu saya untuk bisa bertahan hidup, sampai saat ini.

Di Rumah Gemilang, saya diajari menulis oleh seorang penulis bernama Oleh Solihin. Pak Oleh ini adalah seorang penulis yang sangat produktif. Dia inilah yang mengajari saya teknik-teknik menulis yang sistematis.

Pak Oleh adalah seorang pentolan HTI pada masanya (belakangan saya dengar, dia sudah keluar dari keanggotaan HTI). Karena itulah, suatu ketika, saat Kalis pacar saya bikin heboh karena berkonfrontasi dengan Felix Siauw soal HTI, saya pernah iseng bilang sama dia, “Kalis, asal kau tahu, guru menulisku adalah seorang HTI, jadi kalau kamu aku traktir makan menggunakan uang honor menulisku, itu artinya, ada darah HTI yang mengalir deras dalam nadimu.”

Guru saya yang lain bernama Fery Heryadi. Seorang grafis desainer yang sangat berpengalaman luar-dalam hitam-putih. Ia pernah menjadi layouter banyak media, dari media politik, media bisnis, sampai media esek-esek.

Dari Pak Fery inilah saya belajar membuat layout tabloid, majalah, buku, sampai laporan tahunan. Berkat ia pula dulu saya bisa punya kesempatan keluar masuk kantor-kantor besar di Jakarta (dari Bank Mandiri sampai Pertamina) karena mengerjakan layout buku laporan tahunan mereka.

Tahun 2013, setelah sempat bekerja beberapa waktu di Sukabumi dan Jakarta, saya akhirnya pulang ke Magelang.

Di Magelang, sembari bekerja sebagai penjaga warnet, saya kemudian membuat sebuah website berisi tutorial adobe indesign (software desain layout) yang dulu saya pelajari. Nama website-nya tutorialindesign.com. Dasar nasib mujur, website ini ternyata menjadi rujukan bagi banyak orang yang sedang belajar adobe Indesign. Maklum, waktu itu, website tersebut memang menjadi satu-satunya website tutorial adobe Indesign berbahasa Indonesia.

Dari syafaat website tersebut, saya kemudian banyak mendapatkan job layout. Dari majalah, buku, sampai tabloid. Saya lantas membuat semacam usaha jasa desain grafis bernama agusdesain.com. Saya mendapatkan uang yang lumayan buat hidup dari membuka jasa desain grafis ini.

Setahun berselang, Rumah Gemilang membuka cabangnya di Magelang. Saya kemudian dipercaya menjadi pengajar di sana. Saya sempat mengajar selama dua tahun.

Sebagai pengajar, saya punya lumayan banyak murid. Salah satu murid saya bernama Dani. Nah, Dani inilah yang menjerumuskan saya dalam dunia edit foto bareng artis. Dialah yang dulu mengajak saya untuk nonton konser JKT48 dan memaksa saya untuk mengedit foto saya bareng JKT48. Editan foto itulah yang kemudian menjadi viral dan kemudian ikut memuluskan karier saya sebagai penulis buku.

Tahun 2016, saya berhenti menjadi pengajar karena harus bekerja di Jogja sebagai bagian dari Mojok.

Rangkaian pengalaman pekerjaan yang pernah saya jalani di atas tak bisa tidak kemudian menyadarkan saya, bahwa jangan pernah menyepelekan kursus, pelatihan, ataupun pendidikan yang memberikan skill pekerjaan.

Bisa jadi, skill yang kita dapatkan dari pelatihan-pelatihan itulah yang justru menjadi sumber utama penghasilan kita.

Saya sudah membuktikannya sendiri. Dan berkali-kali.

Exit mobile version