[MOJOK.CO] “Belajarlah untuk selalu try again dari Try Sutrisno.”
Pagi ini, Senin (15/1/2018), Indonesia cukup dibuat geger dengan beredarnya pesan berantai yang berbunyi sebagai berikut:
Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun…
Telah berpulang ke rahmatullah… Bapak Jend (Purn) Tri Sutrisno.. Mantan Wapres RI malam ini di kediaman beliau.. Komp Perumahan Palem Kartika jl. Bambu Apus kel. Bambu Apus kec. Cipayung Jakarta Timur.
Semoga surga menjadi tempat beliau yang terakhir dan selamanya… Aamiin YRA.
Namun, di situs berita, kabar ini bergerak cepat dengan klarifikasi terpercaya dari orang terdekat Try Sutrisno yang merupakan anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), salah satunya dari Kepala UKP PIP, Yudi Latief.
“Hoax itu. Ini peradaban macam apa ya? Kok sering kali wartakan orang hidup dibilang mati. Ampyun, deh,” kata Yudi gemash.
Menanggapi update terbaru tadi, setidaknya ada dua tipe reaksi penikmat berita: 1) mengucap alhamdulillah karena Try Sutrisno masih sehat walafiat; dan 2) masih sibuk googling mencari tahu siapa sebenarnya Try Sutrisno.
Gaes-gaesku sekalian, seperti broadcast yang tadi sudah disebutkan di atas, Try Sutrisno adalah wakil presiden Republik Indonesia ke-6, yaitu pada tahun 1993 hingga 1998. Dengan kata lain, Try Sutrisno merupakan partner Presiden Soeharto pada zamannya.
Pertama-tama, marilah kita semua mengucapkan hamdallah karena Try Sutrisno masih hidup hingga detik ini. Selanjutnya, coba kita duduk sebentar dan merenungi pelajaran-pelajaran bermakna dari sepak terjang profesi Try Sutrisno.
Menjadi wakil presiden merupakan sebuah kehormatan sekaligus langkah utama untuk menjadi yang terlupakan. Faktanya, orang-orang memang lebih mengenal Soeharto dibandingkan Umar Wirahadikusumah, Soedharmono, atau Try Sutrisno tadi. Mungkin, wakil presiden yang paling mudah diingat adalah Mohammad Hatta, itu pun karena jasanya yang besar bagi kemerdekaan Indonesia.
Di mana-mana, orang berlomba-lomba demi posisi nomor satu. Orang-orang akan memberimu selamat ketika kamu meraih juara pertama dalam kompetisi. Bahkan, kata “pertama” yang ditambahkan pada kata runner-up akan membuat posisi kedua terdengar lebih seksi.
Dalam menjalani tugasnya sebagai orang nomor dua se-Indonesia, Try Sutrisno sering kali dicuekin oleh Pak Harto. Seperti menjadi cerminan namanya, mungkin Try Sutrisno memang harus selalu try again. Ada masa-masa di mana tugas-tugas yang semestinya dilakukan bersama dengan presiden malah akhirnya berjalan tanpa Try Sutrisno.
Dengan dukungan yang kuat, popularitas, hingga wajah yang tampan, Try Sutrisno digadang-gadang untuk kembali mengemban posisi wakil presiden. Namun, pada akhirnya, Try Sutrisno memilih untuk tidak menegaskan dirinya dalam “medan perang” sehingga posisi wakil presiden dilanjutkan oleh Habibie.
My lov, pahamilah jalan perjuangan Try Sutrisno. Sangat jelas, sesungguhnya ia memberikan kita peringatan dan pelajaran tentang berada di posisi kedua. Buat apa kamu bertahan di posisi kedua, apalagi dengan tingkat perhatian yang harus terbagi-bagi? Apa kamu rela terus-terusan menjadi yang kedua?
Mengutip kutipan makjleb yang saya temui di Google, Walter Hagen mengatakan, “No one remembers who came in second.” Saya aja tadi nga langsung ngeh kalau Try Sutrisno adalah mantan wakil presiden. Hehehe. Maap.
Namun, yang sebenarnya menjadi pemikiran saya adalah betapa unik dan (mungkin) peliknya nasib Try Sutrisno ini. Dalam kancah politik negara Indonesia, dia memang pernah menjadi orang nomor dua. Sementara itu, di keluarganya sendiri, sepertinya ia harus menjadi orang nomor tiga.
Kenapa nomor tiga? Soalnya namanya “Try”. Bisa jadi, kakak-kakaknya bernama Eko Sutrisno dan Dwy Sutrisno. Hehehe~