Hakim Nggak Percaya Nunung Depresi Hanya karena Ia Tampil Cengengesan

Hakim Nggak Percaya Nunung Depresi Hanya karena Ia Tampil Cengengesan MOJOK.CO

MOJOK.COHanya karena Nunung sering tampil cengengesan demi peran pekerjaannya, Hakim persidangan nggak percaya kalau Nunung mengalami depresi.

Sebuah dagelan yang lebih lucu dari Opera Van Java baru saja terjadi dalam persidangan Nunung terkait kasus penggunaan narkoba yang dialaminya. Bagaimana tidak? Dalam persidangan tersebut ketika Dokter Herny Taruli Tambunan, saksi dari Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) yang melakukan pemeriksaan kepada Nunung mengatakan bahwa Nunung menderita depresi, justru hakim tidak percaya. Dan yang membuat pernyataan ketidakpercayaannya menjadi lucu saat hakim Djoko Indiarto tersebut bilang sambil sedikit tertawa, “Ini kan kerjanya setiap hari cengengesan (di televisi) kok bisa stres?”

Entahlah apa yang sebenarnya dipahami oleh bapak hakim terkait depresi? Apakah dalam pemahamannya, seorang yang merasa depresi adalah mereka-mereka yang ngeluntruk terus-terusan sambil menangis tersedu-sedu sepanjang hari? Sehingga ia merasa terheran-heran dengan kondisi Nunung yang disebut sedang memiliki depresi.

Begini ya, Pak. Orang yang sedang mengalami depresi sangat mungkin terlihat baik-baik saja di depan banyak orang bahkan orang terdekatnya sekalipun. Sampai-sampai mereka tidak melihat kejanggalan apa pun. Misalnya saja Nunung, beliau memang bisa-bisa saja memperlihatkan tawa gembira ketika sedang tampil menghibur kita. Akan tetapi, percayalah, itu bukanlah suatu hal yang jadi patokan bahwa ia memang dalam kondisi psikologis yang baik. Fyi, kita tidak pernah betul-betul tahu apa yang dirasakan seseorang terhadap dirinya sendiri.

Memang betul, orang yang depresi identik dengan suasana hati dan ekspresi tubuh yang seolah tidak mempunyai harapan dengan kehidupannya atau salah satu fase hidupnya. Hanya saja, kondisi seperti ini juga tidak selalu ditampakkan ke orang lain. Ada yang tidak sanggup menutupinya atau memilih untuk memperlihatkannya pada orang lain. Ada pula yang sanggup menutupinya atau memilih untuk tidak memperlihatkannya. Intinya, kondisi ini kompleks. Tidak bisa dilihat hanya dari satu perspektif saja.

Jadi, Bapak Hakim, mungkin yang sedang dialami oleh Nunung biasanya disebut dengan smiling depression. Sebetulnya ini bukanlah istilah teknis yang digunakan psikolog. Namun, istilah ini untuk memudahkan merujuk pada seseorang yang mungkin sedang mengalami depresi dan ia berhasil menutupi gejala-gejala yang sedang ia rasakan. Btw, lantaran ia sulit menunjukkan kondisi yang sesungguhnya, hal ini berpotensi besar membuatnya semakin merasa tertekan dan semakin tidak baik-baik saja.

Orang yang mengalami depresi juga terkadang sulit dipahami oleh orang lain. Pasalnya, tidak sedikit yang mengalami depresi tapi memiliki hidup yang seolah-olah tidak punya masalah apa pun. Seperti, keluarga lengkap yang harmonis, karier yang bagus, atau teman-teman yang menyenangkan. Bahkan mereka bisa mengobrol dengan kita tentang hal-hal yang optimis untuk masa depan yang lebih baik. Akan tetapi di dalam, ada perasaan putus asa, tidak berharga, dan pikiran untuk mengakhiri kehidupan mereka saja.

Terus ya, Pak, hal ini akan menjadi semakin berat ketika ia terus menerus menolak dan menyangkal sedang mengalami depresi. Topeng-topeng tebal yang ia tunjukkan pada orang lain justru akan mempersulitnya untuk meminta pertolongan apalagi menyembuhkan dirinya sendiri. Mungkin ini yang dialami Nunung.

Memang betul seperti yang dikatakan Bapak, bahwa orang depresi memang memiliki tanda-tanda psikologis yang terlihat kurang baik. Untuk dipahami bersama-sama, dilansir dari Pijar Psikologi, orang yang mengalami depresi punya tanda-tanda seperti ini. Pertama, ada kelambatan dalam proses berpikir karena terkungkung dalam pikiran dan bayangan yang membuat tidak nyaman. Misalnya, seperti ketakutan akan masa depan atau masa lalu yang disesali. Kedua, memiliki emosi yang sangat tidak stabil dan merasa selalu dalam perasaan tidak nyaman. Seperti merasa tidak berharga, bersalah, dan tidak punya harapan lagi.

Ketiga, tubuh tidak lagi se-fit biasanya. Bisa jadi susah tidur, mudah merasa lelah dan tidak berenergi, ataupun mengalami siklus menstruasi yang berubah. Keempat, ada perubahan dalam hubungan sosialnya. Misalnya, orang yang dulunya sangat riang dan senang bergaul, tiba-tiba memilih untuk menarik diri. Atau, ia merasa kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya sangat ia gemari.

Namun sekali lagi, Pak. Tidak semua orang yang sedang mengalami depresi bisa langsung tampak jelas menunjukkan tanda-tanda tersebut. Ada yang sanggup atau memilih menutupinya dengan topeng-topeng yang memperlihatkan hidupnya penuh kebaikan. Mungkin karena ia tidak tahu caranya mengawali cerita dan meminta bantuan. Mungkin karena ia tidak mau merepoti dan membuat khawatir orang-orang terdekatnya. Atau mungkin ia sudah kehabisan energi sekadar untuk bercerita.

Tapi yang jelas mohon maaf nih, mempertanyakan kondisi psikologis Nunung yang sedang tidak baik hanya karena ia tampak cengengesan demi peran pekerjaannya, kok rasanya sangat tidak manusiawi dan nggak ada empati-empatinya ya, Pak? Apa memang betul tidak ada cara bertanya yang lain?

BACA JUGA Jika Ada Teman Curhat dan Bilang Lagi Depresi, Kita Harus Ngapain? atau artikel Audian Laili lainnya.

 

Exit mobile version