MOJOK.CO – Saya langsung kalah secara otomatis karena, saat wawancara kerja, saya menjawab, “Tidak ada,” ketika ditanya perihal pengalaman kerja profesional.
Tiga tahun yang lalu, saya berniat mendaftar pekerjaan sebagai seorang editor buku fiksi di sebuah penerbit Jakarta. Sayang, persyaratan pertama yang tercantum dalam daftar kriteria adalah: memiliki pengalaman minimal 1 tahun. Berangkat dari situ, saya pun bermaksud mencari pengalaman dengan cara mencari tempat kerja yang tidak mencari orang dengan pengalaman kerja (nah loh, mudeng nggak?).
Ketemu. Saya diterima di sebuah penerbit Jogja sebagai editor, padahal saya sebelumnya tidak pernah bekerja profesional sebagai editor. Lega juga saya karena bisa merasakan suka duka editor buku tanpa harus memiliki pengalaman kerja sebelumnya.
Namun, kadang saya heran: pekerjaan yang mensyaratkan pengalaman kerja sebelumnya itu pertimbangannya apa, ya? Apakah biar tenaga kerjanya sudah terjamin terampil? Belum habis rasa heran saya, Pak Presiden Jokowi baruuu saja membuat pernyataan yang membuat saya kian mengerutkan hati yang rapuh dahi.
Katanya, jangan serahkan negara kepada orang yang belum berpengalaman.
Ya, ya, ya, di acara Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan Rakyat Jabar hari ini, Jokowi menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara besar yang penduduknya mencapai lebih dari 260 juta orang. Saking ribetnya negara besar yang penduduknya padat ini untuk diurus, ia pun menegaskan,
“Jadi perlu saya ingatkan, mengurus negara sebesar Indonesia tidak mudah, jadi jangan diberikan kepada yang belum berpengalaman.”
(((jangan diberikan kepada yang belum berpengalaman)))
Duh, Pak Jokowi, kok Bapak malah kayak memandang sebelah mata gitu, sih? :(((
Saya langsung merasa tertohok, teringat lamaran-lamaran kerja dahulu kala yang tetap nekat saya kirimkan, untuk kemudian lantas ditolak karena tidak punya pengalaman. Meski latar belakang pendidikan saya tak jauh berbeda dengan pelamar yang lain—bahkan sama—saya langsung kalah secara otomatis karena, saat wawancara kerja berlangsung, saya menjawab, “Tidak ada,” ketika ditanya perihal pengalaman kerja profesional.
Padahal, saya—dan ratusan pelamar tanpa pengalaman lainnya—yakin betul dapat mengikuti aturan pekerjaan dan deskripsi job sesuai dengan yang diharapkan. Maksud saya—yah, kami semua pasti juga bakal berusaha keras, loh! Toh, latar belakang kemampuan dan ilmu kami juga nggak dangkal-dangkal amat.
Jokowi bilang, dirinya pernah menjadi Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta sebelum akhirnya menjabat Presiden RI. Jabatan sebelumnya itulah yang ia anggap sebagai pengalaman untuk memodali dirinya menjadi pemimpin di Indonesia.
Pernyataannya ini jelas sebuah tekelan menyebalkan untuk Prabowo. Lah gimana, Prabowo kan nggak pernah jadi Wali Kota dan Gubernur, apalagi Presiden. Kalau sudah begini, harus gimana? Harus mengakui bahwa Jokowi lebih qualified daripada Prabowo, gitu?
Uh, maaf Pak Jokowi, tapi sebagai orang yang pernah diremehkan gara-gara nggak punya pengalaman kerja, saya merasa sedih dan kecebong, eh kecewa.
[!!!!!11!!!!!!!1!!!]
Pak Jokowi bilang, seorang presiden harus bisa bertanggung jawab pada lebih dari 260 juta penduduk itu. Maka dari itu, jabatan ini tak bisa seenaknya diberikan kepada orang yang tidak berpengalaman, tidak seperti dirinya yang sudah pernah menjabat sebagai presiden.
Tapi, Pak, monmaap, nih; waktu pertama kali jadi presiden, bukankah itu berarti Bapak juga tidak memiliki pengalaman memimpin 260 juta penduduk? Saya rasa, jumlah warga Solo dan warga Jakarta tentu tidak mencapai 260 juta juga, tuh. Iya, kan, Pak? Iya, kan???
“Jangan dipikir (memimpin) mudah, gampang. Menguasai masalah yang ada di setiap provinsi, kabupaten, kota, itu masalahnya berbeda-beda,” sambung bapaknya Kaesang ini.
Nah, nah, nah, itu Anda bilang sendiri, loh, Pak! Karena Solo-Jakarta itu berbeda, tentu Anda juga tak berpengalaman saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, begitu pula saat pertama kali dilantik sebagai Presiden RI. Nyatanya, Anda sendiri sampai hari ini masih menjadi presiden, tuh, meski tanpa pengalaman sebelumnya.
Saya juga—bertahan dengan epiknya selama hampir dua tahun sebagai editor di tempat kerja yang menerima saya tanpa meminta pengalaman.
Kembali soal pekerjaan dan wawancara kerja, saya sih nggak berharap-harap amat akan ada banyak perusahaan yang mendewakan syarat pengalaman ini. Lah, gimana lagi coba: kalau semua kerjaan harus dipenuhi dengan syarat “berpengalaman”, langkah pertama untuk memulai pengalamannya itu sendiri dari mana??? Dari niat??? Kan nggak mungkin!
Coba bayangkan pula kalau prinsip “harus berpengalaman” ini diaplikasikan ke banyak lini kehidupan, tidak hanya perihal wawancara kerja dan pemilihan presiden: pasti bakal ribet. Kan nggak lucu kalau kita menolak lamaran pria yang kita suka cuma dengan alasan, “Maaf, Mas, aku sayang banget sama kamu, tapi kamu nggak punya pengalaman nikah, sih.”
Hadeeeeh, kalau kayak gitu, kapan mau nggak jomblonya?