Belakangan, kritikan keras pada fotografer lari mulai menguat. Sebenarnya, hal ini sudah bisa ditebak sejak lama, sebab orang makin hari makin peduli dengan ranah privasi. Saya sih maklum, banyak orang yang pengin lari ya lari aja, peduli setan dengan foto. Dan saya yakin, makin lama, profesi ini bisa jadi punah, bahkan dalam waktu yang lebih cepat dari perkiraan.
Tapi di sisi lain, sama-sama membidik gambar, yang ini nggak akan mati, tapi justru makin lestari: fotografer mini soccer.
Kalau fotografer lari makin ke sini citranya makin dibenci, fotografer mini soccer justru dianggap dewa. Dalam sebuah komunitas mini soccer, justru pemegang kameranya lah yang paling penting. Ketua komunitasnya bisa jadi dicaci, tapi fotografernya malah ditaruh di singgasana Olympus.
Sebagai anggota sebuah komunitas mini soccer, saya tahu betul seberapa vital fotografer. Mereka tak hanya bikin para anggota tidak kehabisan konten untuk diunggah, tapi bikin kami-kami ini merasakan hal-hal yang dulu hanya bisa dibayangkan dan tak akan pernah kami rasakan kalau tak jadi pemain pro.
Mewujudkan memori yang ada
Saya yakin, banyak pembaca Mojok yang menghabiskan masa kecil dan remajanya dengan bermain sepak bola. Saya yakin juga, mereka berandai-andai tendangan mereka, gol mereka, tekel mereka, diabadikan selayaknya pemain pro. Tapi sayangnya, dulu teknologi belum maju. Pun, kenalan yang punya kamera bisa dihitung jari. Itu pun lensanya belum tentu cocok.
Jadi, cerita-cerita tentang tekel, umpan, tendangan, hanya bisa dituturkan secara lisan. Tak pernah ada bukti, tak ada saksi. Semua cerita hanya berujung pada dua hal: tidak digubris, atau dianggap hanya delusi.
Tapi fotografer mini soccer bikin kita bahagia. Pose tendangan terabadikan. Gestur tubuh sebelum mengirimkan umpan panjang yang berujung keluar lapangan tertangkap begitu majestic. Penyelamatan kiper ikonik tertangkap lensa. Tekel bersih yang dulunya dianggap delusi, kini punya saksi.
Tak berlebihan jika kenapa bapak-bapak sekarang pada rajin main bola serta merengek minta izin beli Adidas F50 atau Nike Mercurial karena keberadaan fotografer mini soccer ini. Soalnya ya, kapan lagi kamu sehat plus dapat bahan konten yang unlimited?
Cuan fotografer mini soccer itu gede
Magisnya fotografer mini soccer adalah, bisa jadi, kalian jauh terlihat keren ketimbang skill kalian yang sebenarnya. Saya bukan pemain yang bagus, tapi jujur saja, banyak banget foto saya yang sama sekali tidak mencerminkan skill asli saya. Di foto, saya jauh lebih keren, tendangan saya begitu meyakinkan, dribble saya terlihat mantap, umpan saya terlihat begitu akurat. Asline, mung dipisuhi tok.
Makanya nggak mengagetkan kalau komunitas mini soccer mana pun selalu ramai, asal ada embel-embel dapat foto. Siapa pun ingin punya beberapa foto yang membuat mereka terlihat keren. Dan ini menurutku ya wajar, mengingat sepak bola adalah olah raga paling diminati, jadi wajar jika banyak orang ingin momen mereka main sepak bola terekam.
Menurut saya, ada baiknya fotografer lari ini pindah aja ke mini soccer. Nggak akan lagi kalian dimaki netizen. Justru dianggap dewa, dibutuhkan, dan potensi cuannya keknya lumayan. Maksudnya, gini. Satu komunitas itu bisa main 2-3 kali per minggu. Misal kalian per main dibayar 300 ribu, sebulan dah lumayan banget.
Katakanlah per sesi 300, seminggu 2 kali, per bulan 8 kali, itu udah 2.4 juta. Itu baru dari satu komunitas. Satu komunitas itu paling banter main 2 jam. Nah, bayangin kalau kalian sehari motret 2 komunitas. Katakanlah kalian gabung ke 3 komunitas, dengan jumlah sesi yang sama. Itung sendiri dah pemasukannya.
Saya yakinnya komunitas mini soccer ini susah matinya. Mengingat di Jogja saja, rata-rata lapangannya selalu terisi tiap hari. Masih banyak juga yang baru. Di komunitas yang saya ikuti, membernya selalu bertambah tiap minggu. Bisa jadi malah demam mini soccer tidak segera turun, tapi stabil naik. Makanya, profesi fotografer mini soccer akan selalu aman.
Jadi ya, menurut saya sih, kalau kalian punya kemampuan fotografi mumpuni, sepik-sepik aja ke komunitas mini soccer. Atau malah bikin aja sama kawan kalian, tinggal kumpulin anggota. Udah, itu cuan gampang dan nggak capek. Coba aja dulu.
Iya, sama-sama.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Orang yang Kasar pas Main Mini Soccer Baiknya Memang Dipegangin Kepalanya Bareng-bareng, lalu Dijedotin ke Gapura 182 Kali dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.
