Foto Diri Sendiri Dijadiin Wallpaper Hape atau WhatsApp, Apa Tidak Jijique?

wallpaper whatsapp foto diri sendiri dijadiin foto wallpaper whatsapp wallpaper hape mojok.co

wallpaper whatsapp foto diri sendiri dijadiin foto wallpaper whatsapp wallpaper hape mojok.co

MOJOK.COMencintai diri sendiri itu memang perlu. Namun, kalau saking mencintai diri sendiri sampai masang foto sebagai wallpaper hape apalagi wallpaper WhatsApp, apakah Anda bakal tetap berpendapat positif?

Mencintai diri sendiri itu bentuknya banyak. Memakai kosmetik, mengenakan baju yang bagus, atau makan makanan sehat. Tapi kalau kasusnya memakai selfie diri sendiri sebagai wallpaper hape maupun wallpaper WhatsApp sebagai bentuk mencintai diri sendiri, bagaimana reaksimu?

Seringnya, kita melihat tokoh idola, artis, atau gambar karakter sebagai wallpaper hape atau kadang wallpaper WhatsApp. Tapi ada juga yang pasang foto diri sendiri. Sebenarnya nggak ada masalah, tapi sering nggak kalian berpikir seberapa pedenya orang kok bisa-bisanya masang foto sendiri jadi wallpaper?

Sebenarnya bukan masalah pedenya, tapi ada alasan lain. Contohnya adalah memandang sebanyak-banyak foto aesthetique tersebut. Kalau foto yang dipasang tersebut dirasa punya nilai estetika yang tinggi. Katakanlah foto manggung, itu sering banget dipakai sebagai wallpaper. Ketika memang memasang foto karena estetika, hal tersebut jadi wajar. Kan wangun kalau wallpaper hape pakai foto ngedrum kek Travis Barker gitu.

Alasan lainnya yaitu masalah tingkat narsis seseorang. Masih berhubungan dengan pede sih, tapi ini di titik yang lain. Orang yang narsis biasanya memasang foto diri sendiri sebagai wallpaper. Orang narsis memandang dirinya punya nilai lebih, jadi ya wajar saja.

Tapi yang jadi masalah adalah, orang sering berkomentar miring tentang masang foto diri sendiri sebagai wallpaper, apalagi foto selfie. Orang sering menghakimi dengan kata-kata “Mbladus we pede” atau “Sok cantik banget foto sendiri dipasang”. Kita jadi nyinyir pada hal yang nggak penting, tapi nyatanya itu kerap terjadi.

Kalaupun kita punya masalah dengan orang yang kita anggap jelek tapi pede memakai fotonya sendiri, sebenarnya masalahnya ada pada diri kita sendiri. Kepercayaan diri kita yang rendah memaksa kita bertingkah defensif dengan menghujat orang yang melakukan hal tersebut. Padahal sah-sah saja sebenarnya, orang hape dia sendiri.

Kita nggak tahu juga kan kalau orang masang foto dia itu niatnya apa. Bisa jadi untuk mencoba mencintai diri sendiri, bisa karena dia melihat nilai estetika foto tersebut, atau bisa jadi penanda kepemilikan hape. Apa nggak bingung kalau satu tongkrongan ada 3 hape, semuanya persis pake wallpaper hape foto Lisa Blackpink?

Dalam kasus foto sendiri dijadikan wallpaper WhatsApp, jika Anda berada di tongkrongan yang oknum-oknumnya suka curi-curi membongkar WhatsApp kita, tentu bakal ketahuan wong background-nya mencolok banget.

Lagian belum tentu ketika kita punya foto kita yang bagus banget, kita nggak tergoda buat masang foto diri sendiri sebagai wallpaper. Katakanlah kalian kebetulan difoto candid dan hasilnya membuat Anda terlihat sebagai Isyana atau Messi, ya pasti tergoda. Kalian juga nggak mungkin pasang foto mbladus sebagai wallpaper hape kalian.

Jadi pasang foto diri sendiri sebagai wallpaper hape lah, wallpaper WhatsApp lah, itu sah saja. Saya sendiri kalau dapet foto manggung yang mbois ya nggak ragu saya pasang. Ha estetik je. Selama itu punya nilai estetik yang bagus menurut kalian, gas wae.

Yang nggak boleh itu pasang foto diri sendiri dengan pasangan orang (hadeeeh) atau ngedit foto kalian sama Anya Geraldine atau Kim Jong-un. Bermimpi boleh lah, tapi jangan kepolen.

BACA JUGA Penyerang Novel Baswedan Baru Ketemu, Puadahal Sketsa Wajah Sudah Ada sejak 2017 dan artikel menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Exit mobile version