MOJOK.CO – Terima kasih Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Terima kasih untuk senyum kebahagiaan hari ini. Terima kasih untuk emas yang begitu bermakna ini.
Greysia Polii dan Apriyani Rahayu sukses melukis seutas senyum di wajah Indonesia yang muram. Dan ketika Wonderwall dari Oasis berkumandang, ada rasa haru yang tumbuh perlahan di dada saya.
And all the roads we have to walk are winding
And all the lights that lead us there are blinding
There are many things that I
Would like to say to you but I don’t know how
Because maybe
You’re gonna be the one that saves me
And after all
You’re my wonderwall
Saya sudah menyiapkan diri bakal menyaksikan final badminton ganda perempuan yang ketat. Mungkin sampai rubber set. Saling kejar angka, saling susul di saat-saat kritis, teriakan dan lenguhan sebagai ekspresi gairah yang membuncah. Begitulah badminton untuk sebagian besar rakyat Indonesia. Olahraga yang lebih memuaskan untuk dirayakan ketimbang sepak bola.
Namun, yang saya, dan jutaan pasang mata di dunia, adalah final yang setengahnya berjalan satu arah. Greysia Polii dan Apriyani Rahayu selalu bisa menjaga keunggulan. Sementara itu, pasangan Cina, Chen Qing Chen dan Jia Yi Fan banyak membuat kesalahan, terutama di set kedua.
Di mata saya, pasangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu seperti kombinasi gelandang box-to-box yang jago bertahan dan menyerang. Jago membaca niat lawan, mengantisipasinya dengan begitu cantik, dan menyerang balik, memberi kengerian di setiap sabetan raket mereka.
Selain konsistensi selama 2 set, pasangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu itu seperti berlian. Meski terkubur di dalam “lumpur”, namanya berlian tetap bersinar.
Menurut penuturan Ilham Zada, wartawan senior, pasangan ini melewati masa kecil yang berat. Keduanya tumbuh dan menjadi atlet hebat di tengah keterbatasan.
Sebelum lancar berbicara, Apriyani Rahayu bahkan sudah fasih memegang raket. Apriyani kecil menggunakan raket bekas yang dulu digunakan ibunya. Perlu kamu ketahui, ibu Apriyani juga sering bermain badminton. Beberapa kali mewakil kantornya.
“Ibu Apriyani Rahayu sering mewakili dinas untuk lomba di level kantor. Nah, raket bekasnya itu dipakai Apriyani. Seringkali senarnya sudah putus dan disambung oleh ayahnya. Sang ayah juga membuatkan lapangan sederhana di halaman rumah di Konawe agar anaknya bisa berlatih,” kata Ilham.
Sementara itu, Greysia Polii kecil tidak bisa bermain dengan raket yang proper. Sebagai gantinya, dia bermain badminton dari raket kayu.
“Saat sebelum usia sekolah, Greysia Polii yang tinggal di Manado, tertarik main bulu tangkis karena anak-anak di sana memainkannya. Karena belum punya raket, dia pake raket kayu atau kadang tripleks. Hingga ibunya suatu saat menjual bajunya demi sang anak bisa dibelikan raket,” kenang Ilham.
“Apriyani Rahayu lahir dan tumbuh di Konawe, Sulawesi Tenggara. Greysia Polii lahir di Jakarta, tapi tumbuh di Manado, Sulawesi Utara sebelum keluarganya pindah ke Jakarta. Karena itu, mereka paham betul minimnya fasilitas di daerah. Tapi berlian, meski dalam lumpur tetap bersinar,” tegas Ilham lewat akun Twitter pribadinya.
Bagi saya pribadi, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu adalah penawar. Keduanya membuat hari-hari kita terasa lebih ringan meskipun hanya sesaat. Tangis haru Greysia dan Rahayu mengingatkan kita bahwa kemenangan tidak bisa digapai tanpa perjuangan, rasa saling memahami, dan tentu saja pengorbanan.
Pelajaran emas dari pasangan ini kita butuhkan di tengah penanganan pandemi yang payah. Di tengah keputusasaan dan kibaran bendera putih. Ketika negara tidak bisa diharapkan. Hingga kita sampai di sebuah titik di mana kesejahteraan dan keselamatan rakyat hanya bisa dicapai dengan kekuatan sesama.
Bermain ganda di badminton itu sulit sekali. Tanpa komunikasi, pengorbanan ego demi memahami pasangan main, dan kerja keras untuk saling mengimbangi, gelar terbaik tak akan menjadi kenyataan. Hari ini, 2 Agustus 2021, Greysia Polii dan Apriyani Rahayu mengajari kita.
Senyum dan tangis haru di bawah gelegar Indonesia Raya adalah kekasih yang selalu ingin kita rasakan. Kebahagiaan, meski pada kenyataannya hanya sesaat adalah penawar terbaik untuk setiap penderitaan.
Terima kasih Greysia Polii dan Apriyani Rahayu. Terima kasih untuk senyum kebahagiaan hari ini.
And after all
You’re my wonderwall
BACA JUGA Kenapa Ahsan dan Hendra Jago Banget Main Badminton? dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.