Emak-emak Sering Payah Soal Navigasi tapi Kenapa Jago Nemu Barang Hilang?

MOJOK.CODibandingkan saya yang bakal cari barang yang hilang seantero rumah, emak-emak kayak istri saya hanya akan fokus pada lokasi khusus.

Sebagai orang Jogja, saya lumayan berani klaim cukup jago soal navigasi. Orang Jogja dan Jawa Tengah, pada umumnya emang refleks menandai sebuah daerah baru dengan mencari di mana itu Utara-Selatan atau Barat-Timur.

Patokan arah bukan lagi “kirinya Alfamart” atau “kanan jalan setelah ATM”, melainkan “sebelah utaranya baliho” atau “selatannya selokan “. Gitu.

Masalahnya, meski saya selalu punya kemampuan bawaan begitu, istri saya malah sebaliknya. Blio adalah emak-emak yang cukup payah soal navigasi. Jangankan urusan navigasi, soal kanan kiri saja suka keliru-keliru. Ajaibnya, untuk urusan mencari barang ilang di dalam rumah, emak-emak macam istri saya adalah jagoan tanpa tanding.

Hampir semua barang yang ketlingsut atau lupa naruh selalu berhasil ditemukan. Bahkan kadang, untuk barang-barang yang belum pernah istri saya lihat secara langsung. Saya kadang khawatir, jangan-jangan istri saya pasang sisitipi di rumah secara diam-diam. Meski, saya lebih percaya dengan tiga mitos kenapa emak-emak bisa jago amat jadi detektif barang ilang.

Pertama, konon keajaiban semacam itu ada karena ibu rumah tangga sangat menguasai teritori daerah kekuasaannya. Sehingga setiap sudut lubang kecoak di rumah emak-emak bisa tahu. Ada semacam CCTV dalam alam bawah sadar, di mana lalu lalang orang-orang di rumahnya bisa dilacak. Dengan begitu, jika ada barang hilang, area pencarian akan dipersempit ke spot-spot tertentu oleh emak-emak kayak istri saya.

Seperti ketika saya kehilangan kunci motor—misalnya. Dibandingkan saya yang bakal mencari seantero rumah, istri saya hanya akan fokus pada lokasi-lokasi khusus. Area yang sering saya lewati dari garasi menuju kamar, conotohnya. Pencarian jadi lebih mudah, cepat, dan irit kalori yang dikeluarkan.

Beda jauh dengan saya yang bakal uring-uringan dulu, sambil mencari ke lokasi-lokasi mustahil, dan hasilnya sering zonk, meski udah pakai teriak-teriak, “Tuhaaan, kenapa ini terjadi padakuuuu! Kunci motor barusan aku pakai kok ilaaang.”

Kedua, perempuan itu punya kecenderungan punya kemampuan multitasking ketimbang laki-laki.

Jadi ketika saya membawa suatu barang, dan pada saat yang sama kebetulan ada kesibukan berbeda mendesak, sangat sering barang yang saya bawa itu tiba-tiba lenyap begitu saja. Tiba-tiba saja otak saya ilang sinyal. “Perasaan tadi barangnya aku pegang, kok tiba-tiba ilang ya? Ilang ke mana ya?”

Dengan kemampuan fokus yang berlebihan, suami seperti saya akan mencari barang dengan terburu-buru. Beda dengan emak-emak kayak istri saya yang bisa cari barang dengan masih sempet ngiris bawang, masak tempe, atau bahkan momong anak.

Dan karena mencari penuh amarah dan nafsu, seringkali pada lokasi yang sama saya tidak menemukan barang yang saya cari, sedangkan istri saya akan menemukannya dengan mudah sambil ngecenging.

“Nyarinya jangan buru-buru makanya, Yaaah.”

Lalu saya mbatin, “Perasaan tadi aku nyari di tempat yang sama kok nggak ketemu yak? Apa kena gendam ya aku ni?”

Ketiga, ibu rumah tangga kayak istri saya adalah orang pertama yang akan membereskan barang berantakan. Maka bisa dipahami kalau ada barang ilang, hanya istri saya yang bisa menemukan. Bukan karena barang itu sudah ditemukan, tapi karena barang itu emang disembunyikan biar “Nggak ilang lagi,” katanya.

Disembunyikan biar nggak ilang? Bentar, bentaaar. Saya mikir dulu kok kayaknya ada yang aneh sama kesimpulan emak-emak istri saya ini.

Oke, oke. Saya tahu, soal urusan barang-barang hilang, tiada detektif lebih handal ketimbang emak-emak. Meski begitu untuk urusan navigasi di luar rumah, saya berani klaim kalau saya lebih baik. Sebagai gambaran betapa payahnya istri saya soal navigasi. Dari percakapan di bawah ini salah satu buktinya.

Masio nggak paham navigasi, tapi kalau arah terbitnya Matahari, Mama pasti paham dong dari mana,” kata saya yang udah kliyep-kliyep ngantuk.

“Emang dari arah mana, Yah?” tanyanya biasa aja.

Saya merasa aneh, dan langsung pasang wajah curiga. Masak iya, istri saya nggak tahu Matahari terbit dari mana? Ini kok seperti pertanyaan jebakan.

“Barat,” kata saya. Sambil siap-siap kalau mau dikecengin balik.

“Oooh,” kata istri saya menyerap jawaban saya gitu aja bak nelen paracetamol.

“Ma, serius nggak tahu?” tanya saya.

“Nggak,” jawab istri saya biasa aja.

“Wah, hebat ya,” kata saya.

“Kok hebat?” tanya istri saya.

“Ya hebat. Coba bayangin, Ma. Bayangin kalau besok ini hari kiamat. Lalu Matahari terbit dari Barat beneran. Semua orang panik, berhamburan ke sana kemari. Minta tobat. Teriak-teriak. Dan di saat itulah Mama dengan santainya keluar rumah sambil bilang, ‘aaaah, pagi yang indaaah ya, Yaaah?’.”

BACA JUGA Barang Hilang Tiba-Tiba, lalu Muncul Kembali: Fenomena Apa Ini? atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Exit mobile version