MOJOK.CO – Selain menyakitkan, putus cinta juga bisa jadi absurd. Ada banyak kasus di mana seseorang ditagih barang pemberian mantan sesaat setelah berpisah.
Seorang pengguna Twitter, @FreditaIstijarN membagikan kisahnya setelah putus dari mantan. Hubungan yang telah mereka jalani ini, ternyata tidak hanya menyisahkan gonjangan rasa sepi dan hampa. Namun, juga rasa kesal yang tidak terkira. Bagaimana tidak, setelah putus cinta, ia ditagih mengembalikan barang pemberian mantan. Kalau sudah seperti ini, yang tersisa tidak lagi rasa hampa. Justru rasa benci dan mangkel berlapis-lapis kayak wafer Tango!
Tidak perlu nggumun. Nyatanya, tipe orang semacam ini, banyak adanya. Sementara itu, Mbak Fre yang merasa harga dirinya terinjak-injak, langsung mencatat dan nge-list apa saja barang pemberian mantan pacarnya tersebut. Bahkan, untuk biaya parkir pun, tak lupa ia masukkan dalam catatan. Tidak hanya barang yang masih berwujud, yang bakal dia kembalikan. Namun, juga semua uang yang sudah terpakai untuk makan, jalan, nonton, yang memang sudah berwujud kenangan, juga bakal ia kembalikan.
Tentu saja, menyedihkan jika bertemu dengan pasangan yang seperti ini. Tapi ya, mau gimana lagi, kita memang tidak pernah tahu akan berhubungan dengan seseorang yang seperti apa. Bisa saja terasa baik-baik saja ketika masih dalam dekap. Namun ketika putus dia berubah menjadi rentenir dalam sekejap.
Saya berusaha memahami apa yang sebetulnya dirasakan oleh lelaki—mantannya Mbak Fre—ini. Sakit hati semacam apa yang akhirnya membuatnya sebegitu marahnya dan nggak mau rugi apapun atas segala investasi yang sudah diberikan. Ada beberapa kemungkinan yang sedang saya terawang dan raba-raba mengenai hasrat merebut kembali semacam itu.
Pertama, mungkin ketika dulu memberi barang-barang tersebut, dia memang tidak memberinya dengan ikhlas dan ada rasa keterpaksaan. Untuk dilihat begini, untuk dinilai begitu. Akhirnya, dia pun menjadi hitung-hitungan.
Kedua, ada rasa patah hati yang teramat dalam ketika putus cinta, sehingga ia memilih membalasnya dengan cara yang sangat tidak dewasa.
Ketiga, jangan-jangan, barang pemberian mantan yang ditagih tadi hanya kedok si mantan untuk bisa berkomunikasi atau bahkan bertemu kembali. Banyak kan, rasa cinta yang tidak sanggup diungkapkan justru terlihat seperti benci yang tak berkesudahan?
Pasalnya, dilihat dari segi mana pun, yang namanya sudah niat untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, ya harusnya benar-benar sadar betul saat memberikannya. Menyadari dan mengikhlaskan bahwa barang yang diberikan tersebut sudah menjadi hak orang lain. Lantas, tidak mungkin diambil kembali dengan alasan apapun. Tanpa terkecuali, perasaan sakit hati yang membabi buta. Duh, kok jadi nyalahin babi, sih.
Dari saya kecil dulu, adab ini sudah diajarkan oleh lingkungan saya: tidak pantas mengambil kembali barang yang sudah kita berikan pada orang lain.
Tidak hanya secara adab dan moral, baik secara hukum pun nyatanya seperti itu. Hal ini sudah disampaikan dalam Pasal 1666 KUHPerdata, intinya barang yang diterima sebagai pemberian atau hibah, tidak dapat ditarik kembali.
Jadi, sakit hati seharusnya tidak menjadi alasan seseorang bersikap sangat tidak elegan semacam itu. Begini ya, Malih, selalu ada risiko atas segala keputusan yang kita ambil. Begitu pula ketika kita memutuskan untuk berhubungan asmara dengan seseorang, lantas semesta menjadikan relasi yang ada tidak lagi baik untuk dilanjutkan.
Harusnya kita memahami satu hal, meski membuat bahagia, toh memang terlalu banyak risiko dalam cinta. Kalau kata Jono Terbakar sih, nggak ada cinta yang bergaransi. Catat ini baik-baik, yang namanya cinta, diasuransi macam apapun, dia tetap berisiko untuk dapat terbolak-balik.
Oleh karena itu, lebih baik diterima saja segala bentuk kekecewaan yang ada. Menerima dan tidak menyangkal emosi yang bergejolak, terkadang memang menjadi satu-satunya solusi untuk merasa lebih baik-baik saja. Lagian ya, buat sampeyan yang pengin ngambil barang yang udah dikasih ke mantan, percayalah, minta barangnya dikembalikan, tidak akan membuat hati sampeyan membaik. Coba rasakan baik-baik, justru ganjalan di dada terasa semakin besar.
Dengan merelakan segala investasi yang berakhir bodong tersebut, malah bakal menunjukkan tingkat kedewasaan sampeyan yang mumpuni. Ya, kecuali kalau memang dari awal, barang-barang tidak dikasih cuma-cuma, namun sekadar dipinjamkan saja.
Jika memang niat awal yang disampaikan duluuuuu—ketika masih dimabuk asmara—barang tersebut hanya dipinjamkan. Tentu saja, barang tersebut belum sepenuhnya menjadi milik dia. Lha wong masih dipinjamkan kok. Jadi, nggak ada masalah kalau tiba-tiba sampeyan dalam keadaan hati yang sudah compang-camping itu datang ke dia…
…dan meminta kembali barang yang menjadi hak sampeyan.
Pokoknya sih, jangan sampai patah hati membuat logika sampeyan nggak jalan. Lantas, menjadi anak kecil yang belum bisa mengerti, memahami, dan membedakan mana yang menjadi hak sampeyan dan mana yang telah menjadi hak orang lain.
Lagipula ya, Malih. Kalau memang belum ikhlas untuk memberikan hadiah dan segala traktiran makan, nonton, antar jemput supaya terlihat sebagai sosok yang romantis saat pacaran dulu. Lebih baik, fokus sekolah atau bekerja keras bagai kuda dulu lah. Ya, bukannya apa, nih. Supaya urusan yang berkaitan dengan uang ini, nggak menjadi masalah bagi kehidupan sampeyan, hingga harus merendakan harga diri sendiri dengan menarik kembali semua yang telah terberi.
Mohon maaf, nih, jika memang pengin move on, kok ya malah ngambil barang-barang yang sudah terkontaminasi sama mantan coba? Kalau kayak gini, bukankah setiap melihat barang-barang tersebut jadi malah terkenang dan justru ada keinginan untuk balikan? Hadeeeh, sekali lagi, tolonglah logikanya dipakai, Kisanak!!11!!!
Pokoknya bagaimanapun juga, yang sudah diberi tak pantas untuk diambil kembali~