MOJOK.CO – Sukses, cakep, terkenal, dan Dian Sastro. Satu entitas ini bikin wanita tanggung se-Indonesia memendam kecemburuan pada sosok aktris yang sungguh kelihatan sempurna.
Ketika saya kecil, kebanyakan kawan saya punya cita-cita jadi dokter. Ibu saya juga pernah menanamkan doktrinasi itu kepada saya meskipun pada akhirnya gagal. Saya bilang ke ibu saya kalau saya penginnya jadi jurnalis. Sungguh cita-cita yang terlalu idealis untuk abad ini.
Terlepas dari itu, entah mengapa saya yakin anak kecil zaman sekarang, utamanya perempuan, seharusnya punya cita-cita jadi Dian Sastro. Alih-alih jadi dokter, jurnalis. pengacara, artis, dan lainnya, Dian Sastro merangkum definisi kesuksesan dan kebahagiaan duniawi setidaknya hingga saat ini.
Anak 80-an dan 90-an tumbuh bersama Dian Sastro, menyaksikan betapa cewek hitam manis ini dulu dinobatkan sebagai gadis sampul. Dia bukan bule, bukan blasteran kayak wajah-wajah populer lain. Dian adalah seorang perempuan Jawa. Perempuan yang jadi pemeran utama di sebuah film penanda bangkitnya kembali sinema di Indonesia, Ada Apa dengan Cinta?.
Saking ikoniknya, selang empat belas tahun kemudian sekuel Ada Apa dengan Cinta? dibuat dan tetap menuai keberhasilan. Kesuksesan yang Dian lakukan itu… jahat!
Kecemburuan wanita tanggung belum sukses yang kemudian pengin banget kayak Dian Sastro adalah wajar. Selain bersinar di dunia hiburan, Dian juga selalu ranking di sekolah, tumbuh sebagai cewek Tarki populer, dan lulus Magister Manajemen UI dengan prediket cum laude.
Terpenting, Dian Sastro masih bisa misuh dan termaafkan.
Bagaimana bisa para wanita tanggung ini nggak timbul anxiety kalau menyaksikan betapa kerennya Dian Sastro. Ngomong-ngomong Dian masih terhitung mama muda sayang anak, disayang suami, dan membina rumah tangga bahagia. Ahelah Mbak, diborong semua!
Awalnya, sebagian orang tidak terusik dengan kehadirannya. Kebanyakan mungkin lagi silau dengan betapa tajirnya Nia Ramadhani dan Sandra Dewi. Belum lagi Raisa, Isyana, dan Chef Renata yang namanya sering digunakan sebagai subtitusi ‘wanita’ setelah harta dan takhta.
Namun saya yakin wanita-wanita tanggung yang waras harusnya mulai timbul bibit-bibit kagum yang ditetesi iri dengki setelah Dian Sastro menyanyikan lagu “Serenata Jiwa Lara” bareng Diskoria. Mana lagunya dibikin sama Laleilmanino lagi!
Saya masih berterima kalau Dian cuma nyanyi buat aji mumpung biasa dan lagunya standar. Tapi mohon maaf suara Mbak Dian di sini bagus banget dan vibes-nya sungguh groovy dan klasik. Tolong, saya nggak kuat dengan betapa multitalent-nya perempuan itu.
[mlambaikan tgan]
Seolah nggak berhenti di situ, the frickin Dian Sastro ingin lebih sukses daripada Dian Sastronya sendiri. FYI mbak Dian juga sukses jadi pengusaha karena kelihaiannya membaca pasar. Hingga bergelimang puji layaknya sekarang pun dia nggak mau berhenti.
Permisi mbak, wanita tanggung hobi rebahan terasa begitu nyampah hidupnya kalau ada njenengan.
Dalam sebuah perbincangan Podcast “Makna Talks” Dian membongkar apa saja yang dia lakukan di balik layar. Oh wow, siap-siap gelombang anxiety berikutnya, Sis. Dian yang suka nonton drakor bahkan pengin punya project bareng Park Seo-joon, oppa-oppa idaman yang namanya selalu mengguncang iman.
Kalau mbak Dian maju mengejar Park Seo-joon, saya mundur, Mbak.
Andai saya dikasih kesempatan buat ngomong langsung sama mbak Dian Sastro saya bakal sampaikan: Teruslah bikin kami iri dan anxiety, Mbak. Karena dari sinilah kami termotivasi untuk mengisi hidup dengan hal-hal yang luar biasa, bercita-cita jadi ibu baik berpendidikan, sukses, dan… menjadi cantik.
BACA JUGA Menganalisis Puisi “Hair Dryer” Dian Sastro Pakai Metode SWOT atau artikel lainnya di POJOKAN.