Bill Gates Cerai, Hubungan Percintaan (yang Toxic) Tak Boleh Dipaksakan

Bill Gates Cerai, Hubungan Percintaan (yang Toxic) Tak Boleh Dipaksakan MOJOK.CO

Bill Gates Cerai, Hubungan Percintaan (yang Toxic) Tak Boleh Dipaksakan MOJOK.CO

MOJOK.COKenapa, sih, Bill Gates memutuskan cerai sama istrinya? Kalau kisah cinta mereka ternyata toxic, memang lebih baik bubar aja.

Kayaknya tema cerai tengah mewarnai hari-hari saya selama satu bulan terakhir. Yang pertama, teman saya baru saja menyelesaikan proses cerai dengan istri yang kini sudah jadi mantan. Hari ini, kabar cerai muncul lagi. Bill Gates, horang kayah itu, memutuskan untuk berpisah dengan istrinya.

Bill Gates mengakhiri pernikahan yang sudah berusia 27 tahun. Pernikahan Bill dan Melinda diwarnai oleh kehadiran tiga anak. Bill Gates menyebut ketiga anaknya sebagai anak-anak yang hebat dan dia bersyukur mendapatkan kesempatan menjadi ayah bagi mereka.

Dua kisah cerai antara Bill Gates dan teman saya jelas berbeda latar belakang. Namun, yang saya rasakan ketika menyaksikan sebuah perpisahan terjadi tetap sama. Sedih, adalah perasaan yang mendominasi ketika kisah cerai itu sampai di telinga saya. Saya selalu percaya bahwa perpisahan itu selalu bikin sedih.

Namun, kepercayaan saya ini agak terganggu ketika “mengawal” kisah cerai teman saya. Bukan kesedihan yang teman saya rasakan ketika “harus” berpisah dengan istrinya, tetapi kelegaan dan suka ria. Batin saya, “Sialan, udah capek-capek sedih.”

Yah, pada akhirnya saya harus menyerah kepada anggapan bahwa perpisahan itu, terkadang, tak bisa dicegah. Bahkan, demi kebaikan dua insan, kisah cerai harus terjadi. Ketimbang memelihara bara di balik sekam, kata orang bijak dari Kecamatan Cisompet, Garut.

Saya dan kita semua belum tahu alasan Bill Gates cerai dengan pasangannya. Banyak yang membuat asumsi. Beberapa normal saja asumsinya, beberapa terlalu liar. Ada yang bilang sudah tak ada lagi cinta, ada yang curiga hubungan Bill dan Melinda itu sebetulnya toxic.

Dugaan ini saya rasa masuk akal. Beberapa tahun yang lalu, tetangga saya yang beragama Katolik memutuskan untuk “berpisah”. Pernikahan mereka juga sudah terhitung sudah lama. Namun, karena beragama Katolik, keduanya tak bisa cerai secara agama. Keduanya memilih berpisah tanpa status yang jelas.

Tetangga kiri dan kanan saling bertukar kecurigaan. Hingga pada suatu hari, terbuka sudah alasan perpisahan mereka. Keduanya merasa hubungan pernikahan yang berjalan puluhan tahun itu sudah terlalu beracun. Ketika lagi marahan, sih, memang nggak sampai membentak atau banting piring. Nggak ada saling bentak atau minta dibalikin ke orang tuanya.

Namun, keduanya terlalu sering saling menyindir secara halus. Yah, mirip Mojok ini, sukanya satire tipis-tipis. Makanya, tetangga kiri dan kanan nggak tahu kalau hubungan keduanya nggak harmonis. Di luar terlihat kompak, Pak dan Bu RT, tapi di dalam ternyata hubungan mereka keruh.

Saya lalu curiga, jangan-jangan Bill Gates dan istrinya juga seperti itu. Di luar terlihat harmonis. Bahkan keduanya bikin yayasan bareng. Bisa kamu bayangin, ketika hubungan mereka tak harmonis, tapi harus ketemu secara intens karena keberadaan yayasan amal. Sekali lagi, ini cuma kecurigaan saya aja. Dih, udah kayak emak-emak nggosip sama kang sayur.

Yang pengin saya curhatin ke pembaca itu sebetulnya satu hal aja, yaitu hubungan toxic nggak boleh dipertahankan. Kecuali, ada kesadaran dari kedua pihak untuk duduk bersama, sama-sama ikhlas mau berubah, dan punya niat besar untuk memperbaiki situasi.

Namun, kita juga tahu, memaksa pasangan untuk berubah sesuai standar kita itu sebuah kesalahan. Jika pasangan itu mau berubah, bisa jadi tidak ada keikhlasan di sana. Ujungnya ada dua kemungkinan; meledak amarahnya karena memendam kesabaran dan menjadi lebih toxic dari dia yang memaksa dia berubah. Nggak ada yang enak.

Belum lagi kalau ternyata pihak mertua terlalu kreatif untuk selalu terlibat di dalam hubungan pernikahan anak-anak mereka. Mertua yang “riweh” banget sama kondisi pernikahan anaknya itu berpotesi jadi masalah baru.

“Dih, si Bill itu masak nggak belanjain hampers buat mama sama papa, padahal minggu depan udah Lebaran. Katanya duitnya banyak,” kata ibu dari Melinda, mertua Bill.

“Itu istrimu kok nggak pernah wasap papa sama mama, sih, Bill. Nggak peduli ya sama mertuanya,” kata bapaknya Bill Gates, lagi ghibahin menantunya sendiri.

Berapa banyak dari kamu yang kesel sama mertua karena riweuh banget sama kehidupan pernikahan kalian? Hehehe….

Yah, karena itu juga, alasan teman saya memilih cerai bisa saya pahami. Ketimbang teman saya stres, lalu istrinya ikut stres, bapak kontrakan ikut stres karena teman saya nggak bisa bayar kontrakan, teman-temannya ikut stres karena bertubi-tubi jadi tempat curhat, ya mending balik kanan bubar jalan.

Buat kamu yang masih pacaran, ada baiknya selalu jujur akan perasaan dan berani berdebat. Terkadang, kita harus menegaskan “maunya gimana” di depan ketimbang dipendam dan kelak jadi dendam, jadi penyakit bikin hati lebam.

Bill Gates bakal sendirian ketika Lebaran nanti. Sedih, sih, bayangin beliau makan ketupat sama opor sendirian. Tapi, kalau inget dia makan ketupat sama opor dengan triliunan di tabungan, saya jadi nyesel usah sedih.

Nggak usah munafik, deh, menyeka air mata dengan lembaran ratusan ribu lebih menenangkan ketimbang tisu gulungan yang biasanya dipakai di toilet itu.

BACA JUGA Cara Jitu Menjadi Kaya oleh Orang yang Sudah Kaya Raya Duluan dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Exit mobile version