MOJOK.CO – Sebelumnya jauh dari sorotan publik, La Nyalla Mattaliti berhasil menduduki jabatan baru sebagai Ketua DPD RI untuk periode 2019-2024. Waw.
Jika kamu adalah penggemar sepak bola Indonesia sejak era 2015, nama La Nyalla Mattaliti tak mungkin bisa dilupakan.
Bagaimana bisa lupa? Pada awal kepemimpinannya sebagai Ketum PSSI (2015), PSSI sedang dijatuhi sanksi oleh Kemenpora. Bahkan saat itu sepak bola Indonesia juga dikenai hukuman dari FIFA.
Yaah, harus diakui, di balik segala kontroversi yang terjadi, nama La Nyalla semakin menyala dan dikenal publik justru mulai saat itu.
Nama yang sudah sangat dihafal oleh penggemar sepak bola tanah air ini memang sudah dikenal dengan relasi karier politik yang luar biasa hebat. Paling tidak hal itu—sekali lagi—dibuktikan saat La Nyalla Mattaliti berhasil menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2019-2024 pada Selasa (1/10).
Relasi yang hebat ini sudah bisa dilacak jauh sebelum menjabat sebagai Ketum PSSI, bahkan usai jadi Ketum PSSI, publik selalu dipertontonkan betapa powerful dirinya dalam persoalan politik…
…dan hukum.
Dari 2009, misalnya, ia merupakan satu dari sedikit politisi yang konsisten untuk selalu inkonsisten dalam keberpihakan politik.
Sejak Pilpres 2009, Ketua Umum Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila Jawa Timur ini tercatat merupakan politisi yang mendukung Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto. Lalu di periode berikutnya, pengusaha sukses di Surabaya ini melawan Megawati karena harus mendukung Prabowo pada Pilpres 2014.
Lalu lima tahun berselang, jelang Pilpres 2019, pria kelahiran 10 Mei 1959 ini beralih haluan dengan mendukung partai Megawati dan Jokowi karena ia bergabung dengan Partai Bulan Bintang (PBB). Partainya Yusril Ihza Mahendra ini mendukung petahana.
Keputusan ini bukannya tanpa udang di balik batu. La Nyalla mengaku pernah ditagih mahar politik yang terlalu besar oleh Prabowo Subianto saat ia berniat maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018. Merasa habis manis sepah dibuang oleh Prabowo, dirinya pun memilih menyeberang.
Hal yang mengejutkan banyak pihak, tidak cuma mendukung, Komisioner PT Pelabuhan Jatim Satu ini bahkan membuka semua aib tim sukses Prabowo pada Pilpres 2014 saat dirinya masih bergabung.
Tak main-main, La Nyalla dengan kesadaran penuh mengaku bahwa dirinyalah yang mengatur kabar fitnah bahwa Jokowi adalah anggota PKI, orang Kristen, dan keturunan Cina.
Bahkan tanpa malu-malu, dirinya mengaku sebagai pihak yang mendistribusikan tabloid Obor Rakyat. Sebuah media kontroversial yang berisi narasi fitnah ke capres Jokowi saat itu. Waaaw, mamam.
“Saya sudah minta maaf dan saya sudah mengakui bahwa saya yang sebarkan (isu) PKI itu, saya yang ngomong Pak Jokowi PKI. Saya yang mengatakan Pak Jokowi itu Kristen, agamanya nggak jelas, tapi saya sudah minta maaf karena saya bukan oposisi,” ujarnya.
Uniknya, pihak Jokowi dan partai koalisi pemerintah malah menyambutnya dengan tangan terbuka dan memaafkan begitu saja. Padahal, kalau mau diperkarakan hukum, La Nyalla jelas bisa tersandung kasus penyebaran hoaks dan ujaran kebencian berujung SARA. Tapi ya bagaimana, orang ini memang dikenal punya kekuatan hukum yang luar biasa.
Paling tidak itu bisa dilihat sejak Maret 2016, ketika La Nyalla ditetapkan tersangka korupsi dana hibah Kadim Jawa Timur. Tak sampai satu bulan, status tersangka dicabut lewat jalur praperadilan.
Lucunya, saat itu lulusan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ini divonis bebas karena menurut pengadilan tidak ada kerugian negara dari kasus Tipikor tersebut. Usut punya usut, ternyata uang yang diduga hasil korupsi sudah dikembalikan semua oleh La Nyalla.
Beberapa minggu kemudian, La Nyalla kembali ditetapkan tersangka. Tapi ya, sebagaimana kamu sudah tahu, dirinya bisa bebas lagi. Kali ini masih memakai jalur praperadilan lagi, tapi mengatasnamakan adiknya.
Sampai kemudian, untuk ketiga kalinya, pria berusia 60 tahun ini ditetapkan lagi sebagai tersangka untuk kasus yang sama. Bahkan kalau dibandingkan dengan Setya Novanto, level kemampuan dicabut status tersangka korupsi, La Nyalla ini sudah level dewa.
Tiga kali jadi tersangka hanya dalam tempo tidak sampai 9 bulan. Hebatnya, tidak seperti Setnov yang cupu langsung masuk bui, La Nyalla lolos semua.
Tapi bukan soal kemampuan mencabut status tersangka korupsi yang membuat dirinya hebat. Di penetapan ketiga kalinya, La Nyalla akhirnya menjalani sidang tipikor di Jakarta pada 5 September 2016. Mungkin karena udah capek praperadilan terus.
Tidak ada yang menyangka, tuntutan 6 tahun penjara dan denda Rp500 juta dari Jaksa Umum ditolak semuanya. Hakim pengadilan memvonis bebas dari tuduhan korupsi. Maka wajar saja kalau La Nyalla sampai melakukan sujud syukur saat mendengar putusan hakim tersebut.
Di tengah-tengah segala macam jejak kontroversialnya selama ini dan perhatian publik yang fokus pada RKUHP dan UU KPK, hampir tidak ada yang peduli ketika La Nyalla sukses menjadi DPD dari Fraksi Partai Bulan Bintang. Jadi ketua lagi. Warbiyasa.
Barangkali karier politiknya yang penuh lika-liku ini merupakan gambaran nyata dari pepatah retro:
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian
Manuver politik dulu, bersenang di Senayan kemudian
BACA JUGA Kontroversi La Nyalla: Akui Sebut Jokowi PKI sampai Sentil Salat Jumat Prabowo atau artikel Ahmad Khadafi lainnya.